Sustainability
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 24 April 2025
PENDAHULUAN
Dalam upaya global untuk mencapai keberlanjutan, berbagai industri mulai mengadopsi strategi yang lebih ramah lingkungan. Paper berjudul Sustainability Approaches in Industrial Sectors: Evaluating Environmental and Economic Impacts yang diterbitkan dalam jurnal Sustainability membahas berbagai metode yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi sumber daya serta mengurangi dampak lingkungan dari kegiatan industri. Studi ini memberikan wawasan mengenai bagaimana prinsip keberlanjutan diterapkan di berbagai sektor, serta mengevaluasi manfaat ekonomi dan lingkungan dari pendekatan tersebut.
TANTANGAN DAN PELUANG DALAM PENERAPAN KEHIDUPAN BERKELANJUTAN
1. Tantangan dalam Implementasi Keberlanjutan
Banyak industri menghadapi berbagai tantangan dalam mengadopsi praktik berkelanjutan, seperti:
2. Peluang dalam Keberlanjutan Industri
Meski terdapat tantangan, penerapan praktik keberlanjutan juga menawarkan berbagai peluang, seperti:
STRATEGI INDUSTRI UNTUK KEHIDUPAN BERKELANJUTAN
Paper ini mengevaluasi beberapa strategi utama yang digunakan oleh berbagai industri untuk mencapai keberlanjutan:
1. Circular Economy dan Pengurangan Limbah
2. Energi Terbarukan dan Efisiensi Energi
3. Digitalisasi dan Industri 4.0
4. Desain Produk Berkelanjutan
ANALISIS DAMPAK: LINGKUNGAN DAN EKONOMI
1. Dampak Lingkungan
Studi menunjukkan bahwa penerapan strategi keberlanjutan dapat:
2. Dampak Ekonomi
Selain manfaat lingkungan, keberlanjutan juga memiliki dampak positif terhadap ekonomi:
STUDI KASUS: IMPLEMENTASI KEBERLANJUTAN DI INDUSTRI MANUFAKTUR
Salah satu studi kasus dalam paper ini menyoroti sebuah perusahaan manufaktur global yang berhasil mengurangi emisi karbonnya hingga 35% dalam satu dekade melalui:
Hasil ini menunjukkan bahwa keberlanjutan tidak hanya memungkinkan perusahaan memenuhi regulasi lingkungan, tetapi juga meningkatkan efisiensi produksi dan profitabilitas.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Paper ini menegaskan bahwa penerapan strategi keberlanjutan di sektor industri memiliki dampak positif yang signifikan terhadap lingkungan dan ekonomi. Meskipun terdapat tantangan dalam implementasinya, manfaat jangka panjangnya jauh lebih besar, termasuk pengurangan emisi, efisiensi biaya, dan peningkatan daya saing.
Beberapa rekomendasi utama dari penelitian ini meliputi:
Dengan menerapkan pendekatan ini, industri dapat berkontribusi lebih besar dalam mewujudkan ekonomi yang lebih hijau dan berkelanjutan.
SUMBER
Paper ini dapat diakses di jurnal Sustainability dengan DOI.
Sustainability
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 23 April 2025
Mencari Bahan Bangunan yang Lebih Bijak dan Terjangkau
Di tengah perubahan iklim global, tingginya harga bahan bangunan, dan meningkatnya kebutuhan akan perumahan yang terjangkau, industri konstruksi ditantang untuk lebih bijak dalam memilih material. Pilihan ideal seharusnya tidak hanya kuat dan tahan lama, tetapi juga murah, mudah diakses, serta memiliki dampak lingkungan yang rendah.
Salah satu jawabannya mungkin selama ini terabaikan: laterit. Tanah merah yang banyak ditemukan di wilayah tropis ini ternyata punya potensi luar biasa sebagai bahan bangunan yang ramah lingkungan dan hemat biaya. Dalam penelitian berjudul “Sustainable Environment: Laterite as Sustainable Building Materials in Construction Industry” oleh Muntari Mudi Yar’Adua dan Abbas Usman Kakale, dijelaskan secara rinci bagaimana laterit bisa menjadi tulang punggung pembangunan berkelanjutan, khususnya di negara berkembang seperti Nigeria.
Mengenal Laterit dan Keunggulannya
Laterit adalah jenis tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan di daerah tropis, kaya akan kandungan besi dan aluminium. Warna merah kecokelatannya khas, dan sifat fisiknya cukup kuat jika diproses dengan benar. Salah satu daya tarik utama laterit adalah keberadaannya yang melimpah di berbagai daerah, terutama di Afrika dan Asia. Artinya, laterit bisa diperoleh secara lokal tanpa perlu biaya transportasi yang besar.
Keunggulan utama laterit terletak pada sifat termalnya yang baik. Di siang hari, bangunan dari laterit tetap sejuk, dan saat malam hari atau musim dingin, ia membantu menjaga kehangatan ruangan. Ini menjadikannya sangat cocok untuk iklim tropis atau subtropis yang panas dan lembap. Selain itu, material ini tahan terhadap serangan serangga dan jamur, serta tahan api.
Studi Kasus: Penggunaan Laterit di Nigeria
Penelitian ini dilakukan di tiga negara bagian di Nigeria: Katsina, Kano, dan Kaduna. Wilayah ini dipilih karena memiliki aktivitas konstruksi yang aktif serta ketersediaan sumber laterit yang melimpah. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner yang disebarkan kepada pelaku industri konstruksi, ditemukan bahwa sebagian besar responden menganggap penggunaan laterit sangat penting dari segi ekonomi.
Rata-rata tanggapan menunjukkan bahwa faktor ekonomi adalah alasan paling kuat dalam pemanfaatan laterit, dengan skor signifikan 4,25 dari skala Likert lima poin. Artinya, dari sudut pandang praktisi konstruksi lokal, laterit bukan hanya solusi alternatif, tapi justru bisa menjadi pilihan utama dalam menurunkan biaya pembangunan.
Energi dan Dampak Lingkungan
Salah satu argumen terkuat dalam mendukung penggunaan laterit adalah efisiensi energinya. Untuk memproduksi satu meter kubik batu bata laterit, hanya dibutuhkan sekitar lima kilowatt-jam energi. Bandingkan dengan bata bakar yang membutuhkan sekitar seribu kilowatt-jam, atau blok beton yang memerlukan antara empat ratus hingga lima ratus kilowatt-jam. Perbedaannya sangat mencolok.
Dalam konteks keberlanjutan, semakin sedikit energi yang digunakan dalam produksi material, semakin kecil pula jejak karbon yang dihasilkan. Ini membuat laterit menjadi pilihan logis dalam mendukung pembangunan yang ramah lingkungan.
Manfaat Sosial dan Budaya
Selain manfaat ekonomi dan lingkungan, laterit juga membawa dampak sosial yang positif. Karena mudah diproses dan tidak membutuhkan teknologi tinggi, laterit membuka peluang kerja bagi tenaga kerja lokal yang tidak memiliki keterampilan formal tinggi. Proyek pembangunan yang menggunakan laterit lebih mungkin melibatkan masyarakat setempat secara langsung, baik dalam penggalian, pencetakan, maupun pembangunan.
Ada pula nilai budaya yang melekat pada penggunaan laterit. Di banyak wilayah di Nigeria dan Afrika Barat, rumah-rumah tradisional dari laterit telah berdiri selama ratusan tahun. Salah satu contohnya adalah Minaret Gobarau di Katsina, sebuah bangunan berusia lebih dari seribu tahun yang dibangun seluruhnya menggunakan laterit dan masih berdiri kokoh hingga kini.
Tantangan yang Masih Harus Diatasi
Meskipun potensinya besar, masih ada beberapa hambatan dalam pemanfaatan laterit secara luas. Salah satu yang paling mencolok adalah ketiadaan standar nasional mengenai kualitas dan teknik penggunaan laterit dalam konstruksi modern. Akibatnya, banyak proyek besar—terutama yang didanai pemerintah atau sektor swasta—enggan menggunakan laterit karena dianggap tidak memenuhi standar teknis.
Selain itu, ada persepsi bahwa laterit adalah material kelas dua, cocok hanya untuk proyek kecil di pedesaan. Persepsi ini perlu diubah melalui edukasi dan kampanye yang menunjukkan bahwa laterit bisa setara atau bahkan lebih baik dari bahan konvensional dalam kondisi tertentu.
Karakteristik Bahan Bangunan Berkelanjutan
Sebuah material bisa dikategorikan sebagai bahan bangunan berkelanjutan jika memenuhi beberapa kriteria utama. Pertama, material tersebut sebaiknya tersedia secara lokal untuk mengurangi emisi dari transportasi. Kedua, proses produksinya harus rendah energi dan tidak menghasilkan limbah berbahaya. Ketiga, material tersebut sebaiknya bisa didaur ulang atau digunakan ulang, serta aman bagi kesehatan penghuni bangunan.
Laterit memenuhi semua kriteria tersebut. Ia tersedia di banyak wilayah, tidak beracun, dan bisa digunakan ulang dalam berbagai bentuk. Bahkan, dalam beberapa komunitas tradisional, laterit digunakan kembali dari bangunan lama yang dibongkar dan dibentuk menjadi blok atau bata baru.
Penggunaan Laterit di Negara Berkembang dan Maju
Meskipun lebih umum di negara berkembang, beberapa proyek di negara maju juga mulai memanfaatkan laterit karena nilai keberlanjutannya. Di wilayah tropis Prancis dan Amerika Selatan, laterit digunakan dalam pembangunan rumah rendah energi dan proyek infrastruktur pedesaan. Di Sri Lanka dan India, laterit banyak digunakan untuk perumahan skala kecil dan bangunan umum seperti sekolah atau puskesmas.
Ini menunjukkan bahwa laterit bukan hanya solusi darurat untuk daerah miskin, tetapi juga material masa depan yang relevan secara global.
Rekomendasi dari Hasil Penelitian
Para penulis artikel menyarankan beberapa langkah penting untuk mengoptimalkan pemanfaatan laterit. Pertama, dibutuhkan pengembangan standar nasional yang mengatur kekuatan, ketahanan, dan aplikasi laterit secara teknis. Kedua, perlu ada pelatihan bagi tukang dan kontraktor lokal agar bisa mengolah laterit secara efisien dan estetis. Ketiga, pemerintah dan organisasi profesi sebaiknya mendorong penggunaan laterit dalam proyek-proyek perumahan berkelanjutan sebagai bagian dari kebijakan pembangunan nasional.
Kesimpulan: Saatnya Beralih ke Bahan Lokal yang Lebih Bijak
Laterit adalah bukti nyata bahwa solusi untuk tantangan besar bisa datang dari hal yang sederhana dan lokal. Dengan harga yang murah, ketersediaan yang luas, dan dampak lingkungan yang rendah, laterit layak dipertimbangkan sebagai bahan utama dalam pembangunan masa depan, khususnya di daerah tropis dan berkembang.
Namun, untuk mewujudkannya, perlu ada kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan komunitas lokal. Jika semua pihak bekerja sama, tidak mustahil kita bisa melihat transformasi besar dalam industri konstruksi—dari yang bergantung pada bahan impor mahal, menjadi sistem yang mengandalkan bahan lokal berkelanjutan seperti laterit.
Sumber asli
Yar’Adua, M. M., & Kakale, A. U. (2016). Sustainable Environment: Laterite as Sustainable Building Materials in Construction Industry. International Journal of Advances in Mechanical and Civil Engineering, 3(2), 70–73.
Sustainability
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 23 April 2025
Industri konstruksi saat ini menghadapi tekanan besar untuk berubah: menekan biaya, mempercepat waktu pelaksanaan, dan tentu saja, menjaga keberlanjutan. Solusinya? Menggabungkan tiga pendekatan utama—Lean Construction (LC), Building Information Modeling (BIM), dan prinsip keberlanjutan—dalam satu kerangka kerja terpadu.
Penelitian terkini oleh Moradi dan Sormunen (2024) memberikan peta jalan menuju integrasi ini, melalui studi sistematis terhadap lebih dari 200 publikasi internasional. Artikel ini akan membedah temuan utama mereka, menyajikannya dalam bahasa yang mudah dipahami, serta memberi pandangan kritis dan kontekstualisasi terhadap praktik nyata.
H2: Apa Itu LC, BIM, dan Sustainability dalam Dunia Konstruksi?
Lean Construction: Efisiensi di Setiap Langkah
LC berfokus pada pengurangan pemborosan (waste) dan peningkatan nilai bagi klien. Konsep ini lahir dari prinsip manufaktur lean Toyota, dan kini diadopsi luas dalam manajemen proyek konstruksi melalui pendekatan seperti Last Planner System dan Value Stream Mapping.
BIM: Desain Virtual untuk Kinerja Nyata
BIM bukan hanya model 3D bangunan, tetapi sebuah ekosistem digital yang memungkinkan kolaborasi antar pemangku kepentingan secara real-time. Ia memperkuat kepercayaan terhadap informasi proyek dan mendukung perencanaan visual berbasis data.
Sustainability: Membangun Tanpa Mengorbankan Masa Depan
Prinsip ini menuntut konstruksi yang hemat sumber daya, ramah lingkungan, dan berorientasi jangka panjang—baik dari sisi ekonomi, sosial, maupun ekologis.
H2: Studi Kasus Meta – Analisis 227 Penelitian
Penelitian ini menganalisis 227 publikasi relevan (124 artikel jurnal dan 103 prosiding konferensi) untuk menemukan:
Yang menarik, sebagian besar temuan ini berakar pada faktor manusia—menunjukkan bahwa keberhasilan teknologi bergantung pada kesiapan SDM.
H2: Tantangan Utama dalam Integrasi LC, BIM, dan Sustainability
8 Rintangan Utama
Tantangan-tantangan ini menunjukkan bahwa inovasi teknologi tidak akan berjalan tanpa reformasi budaya kerja dan model bisnis di industri konstruksi.
H2: Faktor Pendukung Sukses (Enablers)
Untuk menjawab tantangan di atas, Moradi dan Sormunen mengidentifikasi empat enabler kunci:
Studi ini menegaskan pentingnya model kontraktual yang memungkinkan komunikasi terbuka dan pembagian risiko yang adil.
H2: Teknik dan Tools Andalan: Dari “Last Planner” hingga “Target Value Design”
Tiga teknik unggulan untuk integrasi efektif adalah:
Menariknya, ketiganya menekankan pentingnya komunikasi lintas fungsi sejak tahap awal proyek.
H2: Manfaat Nyata dari Integrasi LC-BIM-Sustainability
5 Keuntungan Utama yang Diidentifikasi
Studi ini menegaskan bahwa jika ketiga pendekatan diterapkan secara sinergis, manfaatnya melebihi sekadar penjumlahan manfaat masing-masing metode secara individu.
H2: Perspektif Industri – Bagaimana Praktik Nyata Mengimplementasikannya?
Istanbul Grand Airport (IGA) – Studi Kasus Nyata
IGA menggunakan integrasi LC dan BIM pada mega-proyeknya, menghasilkan penghematan waktu hingga 15% dan biaya 10%. Penggunaan BIM untuk simulasi logistik dan LC untuk mengelola tahapan kerja secara harian membuktikan bahwa integrasi keduanya bukan teori belaka.
UK Offsite Housing Project
Proyek hunian di Inggris menggabungkan lean dan BIM dalam lingkungan modular. Hasilnya: pengurangan pekerjaan ulang (rework) hingga 30% dan peningkatan produktivitas sebesar 20%.
H2: Kritik dan Opini: Apakah Integrasi Ini Solusi Ajaib?
Meskipun integrasi LC-BIM-Sustainability tampak menjanjikan, ada beberapa catatan kritis:
Namun, mengingat tantangan industri saat ini—seperti krisis iklim, kekurangan tenaga kerja, dan permintaan efisiensi tinggi—pendekatan ini bisa menjadi standar masa depan jika disertai dukungan regulasi dan edukasi yang memadai.
H2: Rekomendasi Strategis untuk Pelaku Industri
Penutup: Inovasi Konstruksi Harus Dimulai dari Manusia
Penelitian ini menyampaikan satu pesan kuat: inovasi teknologi dan proses hanya efektif jika manusianya siap. Tanpa perubahan budaya kerja, dukungan regulasi, dan investasi dalam kompetensi, bahkan teknologi tercanggih pun tidak akan membawa perubahan berarti.
Sumber Asli
Moradi, S., & Sormunen, P. (2024). Integrating Lean Construction with BIM and Sustainability: A Comparative Study of Challenges, Enablers, Techniques, and Benefits. Construction Innovation, 24(7), 188–203. DOI: 10.1108/CI-02-2023-0023
Sustainability
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 23 April 2025
Dalam era di mana efisiensi dan keberlanjutan menjadi pusat perhatian global, sektor konstruksi tidak bisa tertinggal. Dua pendekatan terdepan, yaitu lean construction dan green building, mulai diadopsi luas sebagai solusi untuk mengurangi limbah, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi dampak negatif lingkungan. Tapi bagaimana integrasi dua konsep ini bisa membantu daerah konflik seperti Jalur Gaza, yang memiliki dinamika sosial dan ekonomi yang unik?
Penelitian oleh El-Sawalhi et al. (2018) menggali potensi besar dari pendekatan lean dan green di proyek konstruksi di Gaza. Studi ini tidak hanya mengevaluasi kesadaran dan pemahaman pelaku industri konstruksi, tapi juga memetakan manfaat nyata dari penerapan kedua prinsip ini di wilayah yang penuh tantangan tersebut.
H2: Apa Itu Lean dan Green dalam Konstruksi?
Lean Construction
Konsep lean construction berakar dari filosofi manufaktur Jepang (Toyota Production System), yang menekankan pengurangan limbah dan peningkatan alur kerja. Dalam dunia konstruksi, lean berarti meminimalkan kegiatan yang tidak menambah nilai (non-value-added activities), seperti waktu tunggu, gerakan yang tidak perlu, atau pekerjaan ulang.
Green Building
Sementara itu, green building lebih fokus pada keberlanjutan, seperti efisiensi energi, konservasi air, pemilihan material ramah lingkungan, dan pengurangan dampak lingkungan sepanjang siklus hidup bangunan.
Meski fokus keduanya berbeda, lean dan green memiliki tujuan yang selaras: efisiensi dan keberlanjutan.
H2: Studi Kasus Gaza: Realita di Lapangan
Profil Responden dan Proyek
Dalam studi ini, 119 responden dari tiga kelompok utama—kontraktor (43,7%), konsultan (28,6%), dan pemilik proyek (27,7%)—memberikan pandangan mereka melalui kuesioner. Lebih dari 65% dari mereka memiliki pengalaman di atas lima tahun dan sekitar 73% terlibat dalam proyek dengan nilai di atas satu juta dolar dalam lima tahun terakhir. Ini menunjukkan bahwa mayoritas partisipan cukup berpengalaman dan menangani proyek-proyek skala menengah hingga besar.
H2: Tingkat Kesadaran terhadap Lean dan Green di Gaza
Lean Construction: Masih Belum Dipahami Secara Luas
Mayoritas responden sepakat bahwa ada kesenjangan besar dalam pengetahuan dan penerapan lean construction. Pernyataan seperti “Saya memiliki pengetahuan sebelumnya tentang lean construction” mendapatkan Relative Importance Index (RII) terendah di antara semua indikator—hanya 65,21 secara keseluruhan. Sebaliknya, manfaat potensial dari lean, seperti efisiensi biaya proyek, diakui tinggi oleh para kontraktor (RII = 72,31).
Green Building: Lebih Dikenal Tapi Belum Diutamakan
Kesadaran terhadap green building sedikit lebih tinggi, terutama dari sisi manfaat jangka panjang seperti “mengurangi biaya siklus hidup bangunan” yang mendapatkan RII tertinggi (75,29). Namun, pernyataan terkait komitmen institusi dalam mengurangi dampak lingkungan mendapatkan RII terendah (65,88), menunjukkan bahwa meski green lebih dikenal, penerapannya belum menjadi prioritas institusional.
H2: Manfaat Penerapan Lean di Gaza
1. Mengurangi Pekerjaan Tak Bernilai Tambah
Poin “mengurangi pekerjaan yang tidak menambah nilai” mendapat skor tertinggi (RII = 80,34). Ini menunjukkan bahwa semua pihak—pemilik, konsultan, dan kontraktor—menyadari urgensi eliminasi pemborosan dalam proses konstruksi.
2. Meningkatkan Koordinasi Antar Tim
Kerja sama antar spesialisasi mendapat pengakuan penting oleh pemilik proyek (RII = 82,42). Ini relevan mengingat banyaknya konflik dan miskomunikasi di proyek konstruksi Gaza.
H2: Manfaat Penerapan Green di Gaza
1. Penghematan Air: Prioritas Utama
Air adalah isu krusial di Gaza. Tidak mengherankan jika “penggunaan air yang rasional” menjadi manfaat paling utama menurut semua kelompok (RII = 83,53).
2. Efisiensi Energi
“Pengurangan konsumsi energi” juga sangat dihargai (RII = 82,52), menunjukkan kesadaran akan biaya energi yang tinggi dan pentingnya efisiensi dalam bangunan.
Namun, ironisnya, manfaat seperti “menjaga status lingkungan Gaza” berada di peringkat terbawah menurut kontraktor (RII = 77,62), menunjukkan bahwa keuntungan ekonomi jangka pendek masih lebih diutamakan.
H2: Integrasi Lean dan Green: Kombinasi Efektif
1. Penghematan Biaya Proyek
Integrasi lean dan green diyakini akan menghasilkan penghematan biaya signifikan (RII = 85,38). Hal ini menjadi argumen kuat untuk mendorong adopsi kedua pendekatan ini secara bersamaan.
2. Eliminasi Limbah
Kedua metode sama-sama berfokus pada pengurangan limbah. Pernyataan “keduanya mengarah pada eliminasi limbah” mendapat RII kedua tertinggi (80,67), menunjukkan sinergi antara efisiensi operasional (lean) dan keberlanjutan lingkungan (green).
H2: Tantangan dan Rekomendasi
Kendala Utama
Rekomendasi Strategis
H2: Penutup – Jalan Menuju Masa Depan yang Lebih Efisien dan Berkelanjutan
Studi El-Sawalhi dkk. menunjukkan bahwa Gaza memiliki potensi besar untuk mengadopsi pendekatan lean dan green secara luas. Meski kesadaran masih dalam taraf sedang, manfaat yang dirasakan oleh para pelaku konstruksi cukup signifikan. Dengan tantangan infrastruktur dan sumber daya yang kompleks, pendekatan ini bukan hanya pilihan bijak, tapi bisa menjadi kebutuhan dasar.
Mengintegrasikan efisiensi (lean) dan keberlanjutan (green) bukan hanya strategi proyek jangka pendek, tetapi investasi jangka panjang untuk masa depan konstruksi yang lebih cerdas, hemat, dan ramah lingkungan—tidak hanya di Gaza, tapi di seluruh dunia.
Sumber Asli:
El-Sawalhi, N. I., Jaber, B. M., & Al Shukri, A. (2018). Towards Lean and Green Thinking in Construction Projects at Gaza Strip. Organization, Technology and Management in Construction: An International Journal, 10, 1827–1838. DOI: 10.2478/otmcj-2018-0011
Jika Anda ingin saya bantu membuat versi HTML atau mengintegrasikan dengan sistem website/blog Anda, cukup beri tahu!