Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Peran Manajemen Hubungan Pemasok dalam Meningkatkan Kinerja Bisnis: Studi Kasus Industri Pengolahan Anggur di Tanzania

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 28 Februari 2025


Pendahuluan

Industri pengolahan anggur skala kecil (SSGP) di Dodoma, Tanzania, merupakan sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi, menyumbang hingga 11% peningkatan produksi anggur tahunan. Namun, tantangan seperti efisiensi rantai pasok dan keterbatasan logistik sering kali menghambat produktivitasnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Debora Chelestino Kisinga, Alban Dismas Mchopa, dan Leonada Raphael Mwagike (2024) menyoroti dampak manajemen hubungan pemasok (SRM) terhadap kinerja bisnis industri pengolahan anggur kecil di Tanzania serta peran moderasi dari kapabilitas logistik.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan survei cross-sectional dengan 202 responden dari perusahaan pengolahan anggur kecil di Dodoma. Analisis dilakukan dengan model persamaan struktural (SEM) untuk mengukur hubungan antara SRM, kapabilitas logistik, dan kinerja bisnis.

Temuan Utama

1. Hubungan antara Manajemen Hubungan Pemasok dan Kinerja Bisnis

  • Buyer-supplier relationship yang baik berkontribusi signifikan terhadap peningkatan produktivitas perusahaan.
  • Supplier development (pengembangan pemasok) membantu pemasok meningkatkan kualitas bahan baku, yang berimbas pada peningkatan daya saing produk.
  • Supplier selection yang efektif memastikan kelangsungan bahan baku dengan kualitas tinggi dan harga kompetitif.

2. Peran Kapabilitas Logistik dalam Moderasi Kinerja Bisnis

  • Kapabilitas logistik yang kuat meningkatkan efisiensi distribusi dan pasokan bahan baku.
  • Perusahaan dengan sistem logistik yang baik mampu meningkatkan keandalan pasokan hingga 90%, sehingga mengurangi risiko keterlambatan produksi.
  • Kapasitas produksi tahunan mencapai 9,3 juta liter anggur, meningkat dari 8,2 juta liter pada tahun sebelumnya.

3. Hambatan yang Dihadapi Industri Pengolahan Anggur Kecil

  • 75% perusahaan kecil mengalami kesulitan operasional di tahun pertama akibat lemahnya hubungan dengan pemasok.
  • Hanya 59,7% anggur yang diproses oleh industri kecil, sisanya tidak dimanfaatkan karena kapasitas terbatas.
  • Kesenjangan pasar mencapai 5,2 juta liter per tahun, menunjukkan peluang pertumbuhan industri yang belum dimanfaatkan.

Strategi Optimal untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis

1. Meningkatkan Efisiensi Manajemen Hubungan Pemasok

  • Menjalin kontrak jangka panjang dengan pemasok yang andal.
  • Menerapkan program pelatihan dan pengembangan pemasok untuk meningkatkan kualitas bahan baku.

2. Mengoptimalkan Logistik dan Teknologi Rantai Pasok

  • Menggunakan sistem ERP untuk meningkatkan transparansi data pasokan.
  • Mengadopsi teknologi IoT untuk pemantauan kualitas bahan baku secara real-time.

3. Mendorong Inovasi dan Akses Pasar

  • Meningkatkan kemitraan dengan jaringan distribusi lokal dan internasional.
  • Menyediakan insentif bagi pemasok yang mampu memenuhi standar kualitas tinggi.

Kesimpulan

Penelitian ini menegaskan bahwa manajemen hubungan pemasok memainkan peran penting dalam meningkatkan kinerja bisnis industri pengolahan anggur kecil. Kapabilitas logistik yang baik dapat memperkuat hubungan dengan pemasok, meningkatkan efisiensi distribusi, dan mengoptimalkan proses produksi.

Dengan strategi yang tepat, perusahaan dapat meningkatkan produktivitas, mempercepat distribusi, serta mengurangi biaya dan risiko operasional.

Sumber Asli: Debora Chelestino Kisinga, Alban Dismas Mchopa, Leonada Raphael Mwagike (2024). Supplier Relationship Management and Business Performance of Small-Scale Grapes Processing Firms in Dodoma, Tanzania: The Moderating Role of Logistics Capabilities.

 

Selengkapnya
Peran Manajemen Hubungan Pemasok dalam Meningkatkan Kinerja Bisnis: Studi Kasus Industri Pengolahan Anggur di Tanzania

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Strategi Sourcing dalam Industri Manufaktur: Perbandingan Single vs. Multiple Sourcing untuk Efisiensi Rantai Pasok

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 28 Februari 2025


Pendahuluan

Sourcing adalah salah satu keputusan paling krusial dalam rantai pasok manufaktur. Pemilihan antara single sourcing (menggunakan satu pemasok) dan multiple sourcing (menggunakan lebih dari satu pemasok) berdampak langsung pada efisiensi, biaya, dan stabilitas rantai pasok.

Penelitian ini dilakukan dengan dukungan produsen truk besar, yang ingin memahami situasi ideal untuk memilih antara single vs. multiple sourcing. Melalui wawancara dengan pembeli dari beberapa perusahaan manufaktur, studi ini mengidentifikasi perbedaan, keuntungan, dan tantangan kedua metode sourcing.

Keputusan Sourcing dalam Manufaktur

1. Apa Itu Single dan Multiple Sourcing?

  • Single Sourcing: Perusahaan hanya bekerja dengan satu pemasok untuk komponen tertentu.
  • Multiple Sourcing: Perusahaan memiliki beberapa pemasok untuk komponen yang sama guna mengurangi risiko dan meningkatkan daya tawar.

2. Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Sourcing

  • Karakteristik produk dan pasar
  • Lokasi pemasok dan faktor geografis
  • Kapasitas pemasok untuk memenuhi permintaan
  • Stabilitas dan ketergantungan terhadap pemasok tertentu

Perbandingan Single vs. Multiple Sourcing

Keuntungan Single Sourcing

  •  Hubungan lebih kuat dengan pemasok → Lebih mudah bernegosiasi dan mengembangkan produk bersama.
  •  Efisiensi biaya dan volume pembelian lebih besar → Memungkinkan diskon skala besar.
  •  Kualitas produk lebih terjamin → Pemasok lebih fokus pada satu klien utama.
  •  Koordinasi logistik lebih sederhana → Pengurangan kompleksitas dalam distribusi.

Tantangan Single Sourcing

  •  Risiko besar jika pemasok gagal memenuhi permintaan → Contoh: Kasus Ericsson 2000, di mana satu pemasok chip mereka terkena kebakaran dan menyebabkan kerugian $400 juta.
  •  Ketergantungan tinggi pada pemasok tunggal → Jika pemasok mengalami gangguan, produksi bisa terhenti total.
  •  Kurangnya persaingan harga → Tidak ada tekanan bagi pemasok untuk memberikan harga lebih kompetitif.

Keuntungan Multiple Sourcing

  •  Mengurangi risiko gangguan pasokan → Jika satu pemasok mengalami masalah, masih ada pemasok lain.
  •  Persaingan antar pemasok menekan harga → Perusahaan dapat menegosiasikan harga yang lebih kompetitif.
  •  Lebih fleksibel dalam merespons permintaan pasar → Permintaan dapat dialihkan ke pemasok yang lebih siap.

Tantangan Multiple Sourcing

  •  Koordinasi lebih rumit → Membutuhkan lebih banyak sumber daya untuk mengelola beberapa pemasok.
  •  Kualitas produk bisa bervariasi → Standarisasi menjadi lebih sulit karena ada banyak pemasok.
  •  Biaya administrasi lebih tinggi → Manajemen kontrak dan pengiriman lebih kompleks dibanding single sourcing.

Studi Kasus Implementasi Sourcing dalam Manufaktur

  1. Toyota & Honda: Keunggulan Multiple Sourcing dalam Industri Otomotif
    • Toyota dan Honda menerapkan dual sourcing untuk menghindari ketergantungan pada satu pemasok.
    • Hasil: Ketika terjadi gangguan di satu pemasok, mereka dapat beralih ke pemasok lain tanpa menghentikan produksi.
  2. Ericsson vs. Nokia: Pelajaran dari Kegagalan Single Sourcing
    • Ericsson mengalami kerugian $400 juta akibat kebakaran di pabrik pemasok chip utama mereka.
    • Nokia, yang menggunakan multiple sourcing, mampu beralih ke pemasok lain dan tidak mengalami gangguan produksi.
  3. Produsen Truk: Strategi Optimal dalam Pengadaan Komponen
    • Studi ini menemukan bahwa produsen truk lebih cenderung beralih ke multiple sourcing untuk meningkatkan fleksibilitas.
    • Hasil: Perusahaan dapat mengurangi risiko gangguan pasokan sebesar 30% dibandingkan dengan single sourcing.

Strategi untuk Memilih Sourcing yang Tepat

Kapan memilih Single Sourcing?

  •  Jika produk membutuhkan spesifikasi unik atau sulit untuk diproduksi oleh banyak pemasok.
  •  Jika perusahaan ingin menjalin hubungan jangka panjang dan inovasi bersama pemasok.
  •  Jika stabilitas rantai pasok lebih penting daripada fleksibilitas dalam memilih pemasok.

Kapan memilih Multiple Sourcing?

  •  Jika risiko gangguan pasokan tinggi (misalnya, bencana alam atau masalah politik).
  •  Jika perusahaan ingin meningkatkan daya tawar dan menekan harga melalui persaingan antar pemasok.
  •  Jika ada kebutuhan untuk diversifikasi rantai pasok untuk meningkatkan ketahanan bisnis.

Kesimpulan

Keputusan antara single vs. multiple sourcing sangat bergantung pada strategi bisnis, jenis industri, dan faktor risiko yang dihadapi perusahaan.

  • Single sourcing memberikan stabilitas dan efisiensi, tetapi rentan terhadap gangguan pasokan.
  • Multiple sourcing menawarkan fleksibilitas dan ketahanan yang lebih baik, tetapi membutuhkan manajemen yang lebih kompleks.

Studi ini merekomendasikan agar perusahaan mengadopsi strategi hybrid—menggunakan single sourcing untuk komponen kritis yang memerlukan inovasi bersama pemasok, tetapi tetap mempertahankan multiple sourcing untuk produk yang lebih umum guna mengurangi risiko.

Sumber : Boni, P. (2018). Manufacturing Sourcing Decisions: Single versus Multiple Sourcing. MSc in Logistics and Transport Management, University of Gothenburg.

 

Selengkapnya
Strategi Sourcing dalam Industri Manufaktur: Perbandingan Single vs. Multiple Sourcing untuk Efisiensi Rantai Pasok

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Dampak Supplier Relationship Management (SRM) pada Kinerja Pengadaan Farmasi di Ethiopia: Studi Kasus Ethiopian Pharmaceuticals Supply Service

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 27 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam industri farmasi, pengadaan yang efisien adalah kunci untuk memastikan ketersediaan obat yang berkualitas dan tepat waktu. Studi ini meneliti bagaimana Supplier Relationship Management (SRM) memengaruhi kinerja pengadaan Ethiopian Pharmaceuticals Supply Service (EPSS), badan yang bertanggung jawab atas distribusi farmasi di Ethiopia.

SRM mengacu pada strategi dalam mengelola hubungan dengan pemasok guna meningkatkan efisiensi rantai pasokan, mengurangi waktu pengadaan, serta memastikan kualitas produk. Penelitian ini menyoroti faktor-faktor seperti pelatihan pemasok, evaluasi kinerja pemasok, berbagi informasi, negosiasi, dan kepercayaan dalam mendukung efisiensi pengadaan farmasi di Ethiopia.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan inferensial, dengan 100 responden dari EPSS yang terdiri dari berbagai direktorat terkait pengadaan. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan dianalisis menggunakan SPSS versi 23 untuk melihat korelasi antara variabel SRM dan kinerja pengadaan farmasi.

Hasil & Temuan Utama

1. Supplier Training dan Kinerja Pengadaan

  • Rata-rata skor: 2.76 (kategori "moderately practiced").
  • Teknikal training bagi pemasok belum dilakukan secara optimal, terutama dalam aspek peningkatan kualitas produk dan pengurangan lead time.
  • Pelatihan dalam persiapan dokumen tender memiliki rata-rata skor 2.88, menunjukkan perlunya peningkatan agar pemasok lebih memahami prosedur pengadaan.

2. Evaluasi Kinerja Pemasok dan Efisiensi Pengadaan

  • Rata-rata skor: 3.02, menunjukkan bahwa EPSS telah menerapkan evaluasi pemasok, tetapi masih ada ruang perbaikan.
  • Kriteria evaluasi utama meliputi ketepatan waktu pengiriman, kepatuhan terhadap spesifikasi produk, serta efisiensi operasional pemasok.
  • Hubungan antara evaluasi pemasok dan kinerja pengadaan cukup kuat (r=0.814, p<0.01), menunjukkan bahwa evaluasi yang lebih ketat dapat meningkatkan efisiensi.

3. Berbagi Informasi dalam Rantai Pasokan

  • Rata-rata skor: 2.9, mengindikasikan bahwa komunikasi antara EPSS dan pemasok masih belum maksimal.
  • Koefisien korelasi antara berbagi informasi dan kinerja pengadaan adalah 0.700 (p<0.01), menandakan bahwa transparansi lebih tinggi akan meningkatkan efisiensi pengadaan.

4. Peran Negosiasi dalam Efisiensi Pengadaan

  • Rata-rata skor: 2.61, termasuk dalam kategori "moderately practiced".
  • Hubungan antara negosiasi dan efisiensi pengadaan cukup rendah (r=0.36), menandakan bahwa negosiasi belum dimanfaatkan secara maksimal untuk mengurangi biaya dan meningkatkan keandalan pasokan.

5. Kepercayaan dalam Hubungan dengan Pemasok

  • Rata-rata skor: 3.15, menandakan bahwa kepercayaan antara EPSS dan pemasok cukup baik tetapi perlu penguatan.
  • Korelasi antara kepercayaan dan efisiensi pengadaan sangat kuat (r=0.814, p<0.01), membuktikan bahwa hubungan jangka panjang berbasis kepercayaan dapat mengurangi risiko dan meningkatkan efisiensi pengadaan.

6. Analisis Regresi & Dampak SRM pada Kinerja Pengadaan

  • Model regresi menunjukkan bahwa 88.4% variasi dalam kinerja pengadaan dapat dijelaskan oleh SRM (adjusted R²=0.884).
  • Faktor paling berpengaruh adalah evaluasi pemasok dan kepercayaan, diikuti oleh pelatihan pemasok dan berbagi informasi.
  • Negosiasi memiliki dampak paling kecil, menandakan perlunya strategi yang lebih agresif dalam negosiasi kontrak.

Implikasi Studi & Rekomendasi

Dari hasil penelitian ini, terdapat beberapa rekomendasi strategis bagi EPSS dan organisasi pengadaan farmasi lainnya:

  1. Meningkatkan Program Pelatihan Pemasok
    • Menyediakan lebih banyak sesi pelatihan dalam prosedur pengadaan, persiapan dokumen tender, dan kontrol kualitas produk.
  2. Mengoptimalkan Evaluasi Kinerja Pemasok
    • Menerapkan standar penilaian berbasis data untuk memastikan pemasok yang berkinerja buruk dapat diperbaiki atau diganti.
  3. Meningkatkan Transparansi dan Berbagi Informasi
    • Memanfaatkan teknologi digital untuk sistem komunikasi real-time antara EPSS dan pemasok.
  4. Mengembangkan Strategi Negosiasi yang Lebih Efektif
    • Melatih tim pengadaan dalam strategi negosiasi berbasis data dan benchmarking harga global.
  5. Memperkuat Hubungan Jangka Panjang dengan Pemasok
    • Membangun mekanisme insentif bagi pemasok yang memenuhi standar tinggi untuk meningkatkan kepercayaan dan stabilitas pasokan.

Kesimpulan

Studi ini menegaskan bahwa Supplier Relationship Management (SRM) memiliki dampak signifikan pada efisiensi pengadaan farmasi di Ethiopia. Evaluasi pemasok dan kepercayaan memiliki dampak terbesar, sementara negosiasi masih perlu diperbaiki. Dengan memperbaiki strategi SRM, EPSS dapat mengurangi waktu pengadaan, meningkatkan kualitas produk, serta menurunkan biaya operasional, yang pada akhirnya akan meningkatkan pelayanan kesehatan di Ethiopia.

Sumber Asli:
Walta Tekle Embaye (2022). The Effects of Supplier Relationship Management on Procurement Performance of the Ethiopian Pharmaceuticals Supply Service. Addis Ababa University, School of Commerce.

 

Selengkapnya
Dampak Supplier Relationship Management (SRM) pada Kinerja Pengadaan Farmasi di Ethiopia: Studi Kasus Ethiopian Pharmaceuticals Supply Service

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Strategi Supplier Relationship Management (SRM) untuk Optimalisasi Kinerja Rantai Pasokan: Studi Kasus Inyange Industries, Rwanda

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 27 Februari 2025


Pendahuluan

Supplier Relationship Management (SRM) memainkan peran kunci dalam meningkatkan kinerja rantai pasokan organisasi. Penelitian ini berfokus pada bagaimana SRM memengaruhi kinerja rantai pasokan Inyange Industries, sebuah perusahaan pengolahan makanan di Rwanda. Dengan menggunakan analisis statistik, studi ini menyoroti faktor-faktor seperti pembagian informasi, keandalan kualitas, keandalan layanan, dan strategi rantai pasokan dalam meningkatkan efisiensi operasional perusahaan.

Metodologi

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan inferensial dengan SPSS versi 25.0 untuk menganalisis data dari 152 responden. Analisis dilakukan melalui korelasi Pearson dan model regresi berganda untuk mengidentifikasi hubungan antara variabel independen (SRM) dan variabel dependen (kinerja rantai pasokan).

Hasil & Analisis

1. Peran Pembagian Informasi dalam Kinerja Rantai Pasokan

  • Rata-rata skor: 4.48 (antara "Setuju" dan "Sangat Setuju").
  • Pembagian informasi memiliki hubungan korelasi sebesar 0.919 dengan kinerja rantai pasokan, tetapi tidak signifikan secara statistik (p=0.168).
  • Artinya, meskipun informasi dibagikan dengan baik, dampaknya pada kinerja rantai pasokan belum optimal.

2. Keandalan Kualitas dalam Rantai Pasokan

  • Rata-rata skor: 4.48 dengan keandalan tinggi dalam produk dan proses.
  • Korelasi dengan kinerja rantai pasokan: 0.885 tetapi tidak signifikan (p=0.210).
  • Artinya, meskipun kualitas produk diakui baik, tidak cukup kuat untuk secara langsung meningkatkan efisiensi rantai pasokan.

3. Keandalan Layanan dalam Rantai Pasokan

  • Rata-rata skor: 4.48 dengan fokus pada evaluasi karyawan dan teknologi layanan.
  • Korelasi dengan kinerja rantai pasokan: 0.808 tetapi tidak signifikan (p=0.132).
  • Layanan yang lebih reliabel meningkatkan produksi, tetapi perlu strategi tambahan agar lebih berdampak signifikan pada rantai pasokan.

4. Strategi Rantai Pasokan sebagai Faktor Kunci

  • Rata-rata skor: 4.30, dengan fokus pada penyelesaian masalah bersama dan pengembangan pemasok.
  • Korelasi tertinggi: 0.912 dengan p=0.000 (signifikan secara statistik).
  • Ini menunjukkan bahwa strategi rantai pasokan memiliki dampak langsung dan signifikan dalam meningkatkan efisiensi rantai pasokan perusahaan.

Implikasi Studi & Rekomendasi

  • Perusahaan perlu memperkuat strategi rantai pasokan, termasuk kolaborasi lebih erat dengan pemasok.
  • Perlu ada optimalisasi dalam berbagi informasi, misalnya melalui digitalisasi sistem manajemen rantai pasokan.
  • Keandalan layanan dan kualitas harus ditingkatkan dengan lebih banyak pelatihan dan standar kontrol kualitas yang lebih ketat.
  • Pemerintah Rwanda, khususnya MINICOM, dapat mendorong keterlibatan warga dalam SRM untuk meningkatkan perekonomian individu dan nasional.

Kesimpulan

Penelitian ini menegaskan bahwa SRM memainkan peran krusial dalam kinerja rantai pasokan. Meskipun berbagi informasi, keandalan kualitas, dan layanan penting, strategi rantai pasokan adalah faktor utama dalam meningkatkan efisiensi. Studi ini menjadi referensi penting bagi perusahaan yang ingin mengoptimalkan hubungan dengan pemasok demi keberlanjutan bisnis.

Sumber Asli:
Mahoro I., & Dushimimana J. D. (2024). The Role of Supplier Relationship Management to the Supply Chain Performance of an Organization; A Case of Inyange Industries in Kicukiro District, Rwanda. Journal of Procurement & Supply Chain, Vol 8(1), pp. 86-106.

 

Selengkapnya
Strategi Supplier Relationship Management (SRM) untuk Optimalisasi Kinerja Rantai Pasokan: Studi Kasus Inyange Industries, Rwanda

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Strategi Supplier Relationship Management (SRM) untuk Meningkatkan Kinerja Organisasi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 27 Februari 2025


Supplier Relationship Management (SRM) merupakan strategi penting dalam meningkatkan kinerja organisasi melalui manajemen hubungan dengan pemasok. Berdasarkan penelitian dari Engin Kopal dalam tesisnya di Eindhoven University of Technology (2018), penerapan SRM yang efektif dapat meningkatkan efisiensi operasional dan profitabilitas bisnis.

Latar Belakang dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Office Depot EU B.V., sebuah perusahaan yang ingin meningkatkan kinerja organisasi dengan mengadopsi strategi SRM yang lebih kolaboratif. Sebelumnya, perusahaan ini menjalankan hubungan pemasok secara transaksional (arm’s-length relationship), yang lebih berfokus pada negosiasi harga dibandingkan kolaborasi strategis.

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan utama: "Bagaimana Office Depot EU B.V. dapat meningkatkan kinerja organisasinya melalui manajemen hubungan dengan pemasok?"

Metode Penelitian

Studi ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif, termasuk:

  • Analisis empirik dan teori untuk memahami tantangan hubungan pemasok.
  • Pengembangan Supplier Relationship Management Tool V1, alat yang membantu menentukan strategi SRM berdasarkan evaluasi strategis material dan atraktivitas hubungan pemasok.
  • Studi kasus pada Office Depot EU B.V. untuk menguji efektivitas strategi SRM yang diusulkan.

Temuan Utama

  1. Tiga Jenis Hubungan Pemasok
    • Transaksional: Fokus pada negosiasi harga dan minim kolaborasi.
    • Kolaboratif: Berbagi informasi dasar dan koordinasi bersama.
    • Strategis: Kerja sama erat dengan pembagian risiko dan keuntungan.
  2. Dampak Hubungan Pemasok terhadap Kinerja Organisasi
    • Hubungan yang lebih strategis dan kolaboratif meningkatkan sales, market share, dan pertumbuhan bisnis (Carr & Pearson, 1999; Johnson, 1999).
    • Hubungan pemasok yang buruk menghambat efisiensi, meningkatkan biaya operasional, dan menurunkan daya saing.
  3. Implementasi SRM di Office Depot
    • Evaluasi strategi pemasok berdasarkan profit impact dan supply risk.
    • Penerapan sistem monitoring berbasis KPI, seperti On-Time-In-Full (OTIF) dan Total Cost of Ownership (TCO).
    • Kolaborasi lebih erat dengan pemasok utama, terutama dalam kategori produk strategis dan bernilai tinggi.

Studi Kasus & Data Pendukung

  • Net Sales Office Depot EU B.V. menurun sejak tahun 2016, terutama di kategori Printing & Technology (terendah -10%).
  • 80% hubungan pemasok masih bersifat transaksional, menyebabkan kurangnya fleksibilitas dan inovasi.
  • Penerapan Supplier Relationship Management Tool V1 membantu memilih pemasok dengan nilai strategis tertinggi, meningkatkan efisiensi hingga 15% dalam rantai pasok.

Kesimpulan dan Rekomendasi

  • Office Depot perlu beralih ke strategi SRM yang lebih kolaboratif untuk meningkatkan daya saing.
  • Hubungan strategis dengan pemasok utama harus diperkuat, dengan komunikasi lebih transparan dan berbasis data.
  • Penerapan Total Cost of Ownership (TCO) direkomendasikan untuk menilai biaya keseluruhan dari kerja sama dengan pemasok.

Sumber : Kopal, E. (2018). Performance Enhancement by Supplier Relationship Management. Eindhoven University of Technology.

 

Selengkapnya
Strategi Supplier Relationship Management (SRM) untuk Meningkatkan Kinerja Organisasi

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Strategi Manajemen Rantai Pasok untuk Meningkatkan Ketersediaan Produk: Analisis Kemitraan, Teknologi, dan Risiko

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 27 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, ketersediaan produk dan ketepatan waktu pengiriman menjadi faktor utama dalam kepuasan pelanggan. Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management/SCM) bukan hanya tentang distribusi barang, tetapi juga mencakup kemitraan pemasok, penggunaan teknologi, dan pengelolaan risiko.

Artikel ini mengulas strategi SCM yang dapat meningkatkan ketersediaan produk, dengan fokus pada:

  • Kemitraan strategis dengan pemasok.
  • Penerapan teknologi dalam rantai pasok.
  • Manajemen risiko untuk menghindari gangguan distribusi.

Strategi Efektif dalam Manajemen Rantai Pasok

1. Kemitraan Strategis dengan Pemasok

Hubungan erat dengan pemasok sangat penting untuk memastikan ketersediaan bahan baku berkualitas. Studi menunjukkan bahwa perusahaan yang membangun kemitraan jangka panjang dengan pemasok mengalami peningkatan efisiensi hingga 25%.

Keuntungan utama dari kemitraan pemasok:
✅ Ketersediaan bahan baku lebih stabil.
✅ Negosiasi harga lebih fleksibel.
✅ Respons lebih cepat terhadap perubahan pasar.

2. Digitalisasi dan Automasi dalam SCM

Perusahaan yang menggunakan sistem SCM berbasis digital mampu:
✅ Mengurangi kesalahan pengelolaan inventaris hingga 30%.
✅ Meningkatkan akurasi permintaan pasar dengan prediksi berbasis data.
✅ Mempercepat proses pemesanan dan pengiriman barang.

Teknologi seperti ERP (Enterprise Resource Planning), RFID, dan AI-based analytics berperan dalam meningkatkan efisiensi rantai pasok dan mengurangi keterlambatan distribusi.

3. Manajemen Risiko dalam Rantai Pasok

Gangguan dalam rantai pasok dapat berdampak pada keterlambatan pengiriman dan peningkatan biaya operasional. Strategi mitigasi risiko yang efektif meliputi:
✅ Diversifikasi pemasok untuk menghindari ketergantungan pada satu pihak.
✅ Menyiapkan stok pengaman untuk mengantisipasi gangguan produksi.
✅ Menggunakan analitik data untuk memprediksi potensi gangguan rantai pasok.

Studi Kasus Implementasi SCM yang Sukses

1. Efisiensi SCM di Industri Manufaktur

Studi pada PT. Karyamitra Budisentosa menunjukkan bahwa pengelolaan rantai pasok yang efektif mampu meningkatkan ketersediaan produk hingga 40%.

Langkah utama yang diterapkan:

  • Meningkatkan kerja sama dengan pemasok.
  • Mengoptimalkan sistem ERP untuk manajemen inventaris.
  • Menggunakan analitik big data untuk memprediksi permintaan pasar.

2. Penerapan Teknologi dalam SCM di Perusahaan Ritel

Perusahaan ritel global seperti Carrefour menggunakan sistem SCM berbasis AI untuk mengelola distribusi produk di berbagai negara. Hasilnya:

  • Pengurangan keterlambatan pengiriman hingga 35%.
  • Peningkatan efisiensi operasional sebesar 20%.

3. Pengelolaan Risiko dalam Distribusi Global

Perusahaan multinasional seperti Unilever menghadapi tantangan besar dalam mengelola rantai pasok global. Dengan menerapkan strategi mitigasi risiko, mereka berhasil:

  • Mengurangi dampak gangguan logistik akibat pandemi COVID-19.
  • Menyesuaikan jalur distribusi untuk menghindari keterlambatan.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Strategi Supply Chain Management yang efektif mampu meningkatkan ketersediaan produk dan memastikan kelancaran distribusi.

Poin utama yang harus diterapkan:
✅ Membangun kemitraan erat dengan pemasok untuk stabilitas pasokan.
✅ Mengadopsi teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi rantai pasok.
✅ Mengelola risiko dengan strategi mitigasi yang matang.

Dengan implementasi SCM yang tepat, perusahaan dapat mengoptimalkan operasional mereka dan meningkatkan daya saing di pasar global.

Sumber Artikel: Farida. (2023). Supply Chain Management Strategy to Increase Product Availability. Jurnal Info Sains, Volume 13, No. 03.

 

Selengkapnya
Strategi Manajemen Rantai Pasok untuk Meningkatkan Ketersediaan Produk: Analisis Kemitraan, Teknologi, dan Risiko
« First Previous page 3 of 8 Next Last »