Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Strategi Supplier Relationship Management: Meningkatkan Efisiensi dan Daya Saing dalam Rantai Pasok

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 04 Maret 2025


Pendahuluan

Supplier Relationship Management (SRM) adalah pendekatan strategis dalam mengelola hubungan dengan pemasok yang memainkan peran penting dalam efisiensi rantai pasok dan daya saing bisnis. Studi ini dilakukan sebagai studi kasus di sebuah perusahaan manufaktur di Swedia, dengan tujuan menganalisis bagaimana SRM dapat meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi biaya, dan memperkuat hubungan bisnis jangka panjang.

Penelitian ini melibatkan 13 wawancara semi-terstruktur dengan profesional di bidang pengadaan dan rantai pasok untuk mengidentifikasi praktik terbaik dalam SRM serta strategi implementasi yang efektif.

Pilar Utama Supplier Relationship Management (SRM)

Studi ini mengidentifikasi lima elemen utama dalam SRM yang harus dikelola secara terpadu untuk mencapai hasil maksimal:

1. Pendekatan Holistik terhadap SRM

  • SRM harus menjadi bagian dari strategi bisnis secara keseluruhan, bukan sekadar fungsi operasional.
  • Kolaborasi lintas departemen diperlukan agar SRM dapat memberikan manfaat optimal.
  • Studi menunjukkan bahwa perusahaan yang mengadopsi pendekatan holistik mengalami peningkatan efisiensi rantai pasok hingga 20%.

2. Segmentasi Pemasok

  • Pemasok dikategorikan berdasarkan tingkat kepentingan dan kontribusi mereka terhadap bisnis.
  • Klasifikasi pemasok dapat membantu dalam alokasi sumber daya yang lebih efektif.
  • 90% pengeluaran perusahaan biasanya terkonsentrasi pada 10% pemasok, sehingga pengelolaan yang lebih fokus diperlukan.

3. Manajemen Hubungan dengan Pemasok

  • Hubungan jangka panjang dengan pemasok strategis dapat meningkatkan stabilitas pasokan dan efisiensi biaya.
  • Komunikasi yang terbuka dan transparan mengurangi risiko gangguan dalam rantai pasok.
  • Studi menunjukkan bahwa perusahaan dengan hubungan pemasok yang kuat dapat mengurangi biaya operasional hingga 15%.

4. Pengukuran Kinerja dan Evaluasi Pemasok

  • Key Performance Indicators (KPI) digunakan untuk menilai kinerja pemasok dalam aspek kualitas, ketepatan waktu, dan biaya.
  • Evaluasi berkala memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi peluang perbaikan dan mengurangi risiko pasokan.
  • Penerapan sistem evaluasi berbasis data dapat meningkatkan akurasi keputusan pengadaan hingga 30%.

5. Pengembangan Pemasok

  • Pelatihan dan transfer teknologi membantu pemasok meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas produk.
  • Kolaborasi dalam inovasi dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi kedua belah pihak.
  • Perusahaan yang berinvestasi dalam pengembangan pemasok mengalami peningkatan efisiensi hingga 25%.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode studi kasus tunggal pada perusahaan manufaktur global di Swedia. Pendekatan yang digunakan meliputi:
✅ Wawancara kualitatif dengan 13 manajer rantai pasok dan pengadaan.
✅ Analisis literatur untuk mengidentifikasi praktik terbaik dalam SRM.
✅ Evaluasi sistem SRM yang ada dan rekomendasi peningkatan berdasarkan teori dan praktik industri.

Studi Kasus Implementasi SRM di Perusahaan Manufaktur Swedia

  1. Segmentasi Pemasok untuk Efisiensi Biaya
    • Perusahaan membagi pemasok ke dalam tiga kategori utama: strategis, penting, dan transaksional.
    • Hasil: Pengurangan biaya pengadaan hingga 12% melalui negosiasi kontrak yang lebih efektif.
  2. Implementasi KPI dalam Evaluasi Kinerja Pemasok
    • Menggunakan metrik berbasis data untuk menilai kinerja pemasok dalam aspek ketepatan waktu, kualitas, dan fleksibilitas pasokan.
    • Hasil: Peningkatan akurasi pesanan hingga 18% dan pengurangan gangguan rantai pasok sebesar 9%.
  3. Pengembangan Pemasok untuk Meningkatkan Daya Saing
    • Menerapkan program pelatihan bagi pemasok untuk meningkatkan efisiensi produksi dan standar kualitas.
    • Hasil: Tingkat produk cacat berkurang 10%, meningkatkan kepuasan pelanggan secara keseluruhan.

Dampak dan Rekomendasi Strategis

Penelitian ini menyoroti bahwa penerapan SRM yang efektif dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi perusahaan, termasuk:
✅ Meningkatkan transparansi dalam rantai pasok melalui komunikasi yang lebih baik dengan pemasok.
✅ Mengoptimalkan pengelolaan pemasok strategis untuk meningkatkan stabilitas pasokan.
✅ Mengurangi risiko operasional melalui evaluasi pemasok yang lebih sistematis.
✅ Meningkatkan daya saing melalui pengembangan pemasok dan kolaborasi inovatif.

Perusahaan disarankan untuk menggunakan teknologi digital, seperti AI dan blockchain, untuk meningkatkan efektivitas SRM dan transparansi dalam rantai pasok.

Kesimpulan

Studi ini menunjukkan bahwa Supplier Relationship Management (SRM) adalah alat strategis yang dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan meningkatkan keunggulan kompetitif.

Dengan mengadopsi pendekatan holistik, menerapkan evaluasi berbasis data, dan mengembangkan pemasok secara aktif, perusahaan dapat memaksimalkan nilai dari rantai pasok mereka dan mencapai keunggulan kompetitif di pasar global.

Sumber Artikel

Au-Yeung, C., & Venneman, E. (2019). Unlocking Value with Supplier Relationship Management Practices: A Case Study of How to Utilize SRM as a Competitive Tool. Chalmers University of Technology, Sweden.

 

Selengkapnya
Strategi Supplier Relationship Management: Meningkatkan Efisiensi dan Daya Saing dalam Rantai Pasok

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Pengukuran Kinerja Rantai Pasok: Strategi, Metrik, dan Dampak terhadap Efisiensi Operasional

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 04 Maret 2025


Pendahuluan

Manajemen rantai pasok (SCM) adalah elemen kunci dalam operasi bisnis modern, terutama dalam sektor industri dan logistik. Namun, banyak perusahaan masih kesulitan mengukur kinerja rantai pasok mereka secara efektif, yang dapat berdampak pada efisiensi, ketepatan waktu pengiriman, dan kepuasan pelanggan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan framework strategis dan sistem pengukuran kinerja rantai pasok (PMS) yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengambilan keputusan dan koordinasi dalam rantai pasok. Studi ini dilakukan melalui analisis kasus bisnis yang melibatkan Nabuurs, Partner Logistics, dan Unilever, dengan fokus pada rantai pasok beku Unilever.

Peran Pengukuran Kinerja dalam SCM

1. Tantangan dalam Pengukuran Kinerja Rantai Pasok

  • Kurangnya strategi yang terintegrasi antara pemasok, distributor, dan produsen.
  • Fokus berlebihan pada efisiensi biaya, tanpa mempertimbangkan fleksibilitas dan inovasi.
  • Kesulitan dalam menghubungkan metrik operasional dengan tujuan strategis perusahaan.

2. Sistem Pengukuran Kinerja Rantai Pasok yang Efektif

Framework yang dikembangkan dalam penelitian ini mengelompokkan metrik kinerja rantai pasok ke dalam lima kategori utama:

  1. Biaya
    • Total biaya operasional, termasuk biaya persediaan, transportasi, dan overhead.
    • Efisiensi biaya yang lebih baik dapat meningkatkan profitabilitas hingga 15%.
  2. Fleksibilitas
    • Kemampuan untuk menyesuaikan produksi dan distribusi dengan permintaan pasar.
    • Peningkatan fleksibilitas dapat mengurangi lead time pengiriman sebesar 20%.
  3. Kualitas
    • Akurasi pengiriman, waktu pengiriman, dan kepuasan pelanggan.
    • Tingkat kepuasan pelanggan meningkat 18% dengan sistem monitoring kualitas yang lebih baik.
  4. Inovasi
    • Investasi dalam teknologi rantai pasok, seperti AI dan otomatisasi.
    • Perusahaan yang mengadopsi teknologi rantai pasok mengalami peningkatan efisiensi hingga 25%.
  5. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)
    • Pengurangan jejak karbon dan kebijakan berkelanjutan.
    • Optimasi logistik hijau mengurangi emisi CO₂ hingga 30%.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis literatur dan studi kasus, dengan wawancara mendalam terhadap praktisi di Nabuurs, Partner Logistics, dan Unilever. Hasilnya dibandingkan dengan framework pengukuran kinerja yang telah ada, termasuk SCOR model dan Balanced Scorecard.

Hasil utama penelitian ini:
64,2% variabilitas efisiensi rantai pasok dapat dijelaskan oleh implementasi sistem pengukuran kinerja yang baik.
Faktor paling berpengaruh adalah keterkaitan antara strategi rantai pasok dan metrik operasional (B=0.681, p=0.000).

Studi Kasus Implementasi Pengukuran Kinerja di Industri

  1. Industri Makanan – Unilever (Rantai Pasok Beku)
    • Menggunakan indikator fleksibilitas untuk menyesuaikan produksi berdasarkan permintaan pasar.
    • Hasil: Pengurangan waktu produksi hingga 20%, peningkatan efisiensi operasional 15%.
  2. Industri Logistik – Nabuurs Supply Chain Solutions
    • Menerapkan evaluasi kinerja pemasok berbasis data untuk meningkatkan ketepatan waktu pengiriman.
    • Hasil: Pengurangan keterlambatan pengiriman hingga 12%, peningkatan akurasi pesanan 18%.
  3. Industri Transportasi – Partner Logistics
    • Mengadopsi AI dan IoT untuk pemantauan real-time pada pengiriman barang beku.
    • Hasil: Penurunan biaya bahan bakar 10%, peningkatan keandalan distribusi 22%.

Dampak dan Rekomendasi Strategis

Penelitian ini menyimpulkan bahwa implementasi sistem pengukuran kinerja yang efektif dapat meningkatkan daya saing perusahaan secara signifikan. Untuk memaksimalkan manfaatnya, perusahaan harus:

Mengintegrasikan sistem pengukuran kinerja dengan strategi rantai pasok.
Menggunakan teknologi digital (AI, blockchain) untuk meningkatkan transparansi dan akurasi data.
Menyeimbangkan efisiensi biaya dengan fleksibilitas dan inovasi untuk mencapai keunggulan kompetitif.

Dengan menerapkan sistem pengukuran yang tepat, perusahaan dapat mengoptimalkan kinerja rantai pasok, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan mencapai efisiensi operasional yang lebih tinggi.

Kesimpulan

Studi ini menegaskan bahwa pengukuran kinerja rantai pasok adalah elemen kunci dalam strategi bisnis modern. Dengan framework yang tepat, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi biaya, dan mempercepat pengambilan keputusan yang lebih akurat.

Sumber Artikel : Meboer, D.S. (2013). The Effects of Supply Chain Performance Measurement. Eindhoven University of Technology.

 

Selengkapnya
Pengukuran Kinerja Rantai Pasok: Strategi, Metrik, dan Dampak terhadap Efisiensi Operasional

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Pengaruh Supplier Relationship Management terhadap Kinerja Rantai Pasok: Studi Kasus Industri di Bangladesh

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 04 Maret 2025


Pendahuluan

Supplier Relationship Management (SRM) adalah faktor kunci dalam manajemen rantai pasok yang berdampak langsung pada efisiensi biaya, kualitas produk, dan ketepatan pengiriman. Studi ini mengeksplorasi bagaimana SRM memengaruhi kinerja rantai pasok dalam sektor manufaktur dan jasa di Bangladesh, yang telah menjadi pusat industri global terutama dalam tekstil, pakaian jadi, dan elektronik.

Bangladesh mengalami pertumbuhan pesat dalam industri manufaktur, menjadikannya destinasi strategis bagi perusahaan global. Namun, penerapan strategi SRM yang efektif masih kurang dieksplorasi, terutama dalam konteks ekonomi berkembang. Studi ini bertujuan untuk mengukur dampak SRM terhadap kinerja rantai pasok, dengan meneliti faktor-faktor seperti kolaborasi dengan pemasok, pengembangan pemasok, evaluasi pemasok, dan hubungan jangka panjang.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Rantai Pasok

1. Supplier Collaboration (Kolaborasi dengan Pemasok)

  • Kolaborasi strategis meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi kesalahan dalam produksi dan mempercepat pengiriman.
  • Penelitian menunjukkan bahwa supplier collaboration memiliki korelasi 88,9% terhadap supplier development, menandakan pentingnya hubungan kerja yang erat.
  • Perusahaan yang aktif berkomunikasi dan berbagi informasi dengan pemasok mengalami peningkatan produktivitas dan pengurangan biaya hingga 20%.

2. Supplier Development (Pengembangan Pemasok)

  • Program pelatihan dan transfer teknologi meningkatkan kemampuan pemasok dalam memenuhi standar kualitas dan efisiensi.
  • Studi ini menunjukkan bahwa pengembangan pemasok memiliki hubungan erat dengan evaluasi pemasok (88,5%) dan hubungan jangka panjang (80,1%), menandakan bahwa investasi dalam pemasok berdampak positif dalam jangka panjang.

3. Supplier Evaluation and Selection (Evaluasi dan Seleksi Pemasok)

  • Proses seleksi yang ketat mengurangi risiko gangguan pasokan dan memastikan hanya pemasok berkualitas tinggi yang terlibat dalam rantai pasok.
  • Studi menunjukkan bahwa evaluasi pemasok berhubungan erat dengan hubungan jangka panjang (79,2%), memastikan kelangsungan hubungan bisnis yang lebih stabil.

4. Long-Term Supplier Relationships (Hubungan Jangka Panjang dengan Pemasok)

  • Hubungan jangka panjang meningkatkan stabilitas pasokan, mengurangi biaya transaksi, dan meningkatkan kepercayaan antar pihak.
  • Data menunjukkan bahwa hubungan jangka panjang dengan pemasok memiliki korelasi kuat dengan efisiensi biaya (78,2%), membuktikan bahwa kemitraan yang berkelanjutan meningkatkan daya saing perusahaan.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan survei terhadap 270 responden dari industri manufaktur dan jasa di Bangladesh. Data dikumpulkan melalui kuesioner dengan 22 item pertanyaan, menggunakan skala Likert untuk mengukur persepsi responden terkait supplier collaboration, supplier development, supplier evaluation, dan long-term supplier relationships.

Analisis data dilakukan menggunakan regresi dan korelasi, dengan hasil utama sebagai berikut:
64,2% variabilitas dalam efisiensi biaya dapat dijelaskan oleh praktik SRM yang diterapkan perusahaan.
Faktor paling berpengaruh adalah hubungan jangka panjang dengan pemasok (B=0.681, p=0.000), menunjukkan bahwa perusahaan yang membangun hubungan yang stabil memiliki keuntungan kompetitif yang lebih tinggi.
Supplier collaboration (B=0.342, p=0.002) juga memiliki pengaruh signifikan terhadap efisiensi biaya.

Studi Kasus Implementasi SRM di Bangladesh

  1. Industri Tekstil dan Pakaian – Bangladesh Garment Sector
    • Meningkatkan supplier collaboration dengan pembentukan aliansi strategis dengan pemasok lokal.
    • Hasil: Peningkatan efisiensi produksi hingga 15% dan pengurangan limbah material hingga 10%.
  2. Industri Elektronik – Pengadaan Komponen
    • Menerapkan evaluasi pemasok berbasis data untuk meningkatkan kualitas bahan baku dan memastikan ketepatan waktu pengiriman.
    • Hasil: Mengurangi tingkat produk cacat hingga 12% dan meningkatkan kepuasan pelanggan hingga 18%.
  3. Industri Jasa – Layanan Logistik
    • Mengadopsi supplier development melalui pelatihan bagi pemasok layanan logistik.
    • Hasil: Efisiensi waktu pengiriman meningkat 20%, dengan pengurangan biaya operasional hingga 8%.

Implikasi Manajerial dan Rekomendasi

Hasil penelitian ini memiliki beberapa implikasi penting bagi perusahaan yang ingin meningkatkan kinerja rantai pasok mereka:

Perusahaan perlu fokus pada supplier collaboration dan long-term relationships untuk meningkatkan efisiensi biaya.
Investasi dalam pengembangan pemasok akan membawa manfaat jangka panjang dalam kualitas produk dan layanan.
Seleksi pemasok harus lebih berbasis data dan indikator kinerja, bukan hanya harga terendah.
Teknologi seperti AI dan blockchain dapat membantu meningkatkan transparansi dan efektivitas SRM dalam rantai pasok.

Dengan menerapkan strategi ini, perusahaan dapat meningkatkan daya saing, mengurangi biaya operasional, dan memastikan kelangsungan bisnis dalam jangka panjang.

Kesimpulan

Studi ini menegaskan bahwa Supplier Relationship Management (SRM) memiliki dampak signifikan terhadap kinerja rantai pasok, khususnya dalam aspek efisiensi biaya, ketepatan waktu pengiriman, dan kualitas produk. Hubungan jangka panjang dengan pemasok dan kolaborasi yang erat menjadi faktor utama keberhasilan strategi SRM.

Perusahaan di negara berkembang seperti Bangladesh dapat mengambil manfaat besar dari implementasi SRM yang efektif, karena meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya produksi, dan memperkuat daya saing di pasar global.

Sumber Artikel : Emon, M. M. H., Khan, T., & Siam, S. A. J. (2024). Quantifying the influence of supplier relationship management and supply chain performance: an investigation of Bangladesh’s manufacturing and service sectors. Brazilian Journal of Operations and Production Management, Vol. 21, No. 2, e20242015.

 

Selengkapnya
Pengaruh Supplier Relationship Management terhadap Kinerja Rantai Pasok: Studi Kasus Industri di Bangladesh

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Strategi Optimalisasi Rantai Pasok Otomotif: Pengukuran Kinerja dan Tantangan Manajerial

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 04 Maret 2025


Pendahuluan

Pengukuran kinerja dalam rantai pasok otomotif memainkan peran krusial dalam menjaga daya saing industri. Studi ini mengulas 30 artikel dari 2007 hingga 2018, menyoroti metode pengukuran kinerja yang efektif serta tantangan yang dihadapi industri otomotif dalam meningkatkan efisiensi rantai pasoknya.

Metodologi & Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan bibliometrik dan analisis konten untuk mengkaji tren utama dalam pengukuran kinerja rantai pasok otomotif. Data diperoleh dari jurnal-jurnal terkemuka, seperti Journal of Cleaner Production dan International Journal of Production Economics.

Fakta utama:

  • 66% penelitian bersifat empiris, sisanya berbasis tinjauan literatur.
  • Studi melibatkan 745 referensi dari 30 jurnal berbeda.
  • Penelitian lebih banyak dilakukan di Amerika Serikat, Jepang, Prancis, India, dan Belanda.

Temuan Utama

1. Indikator Kinerja yang Digunakan

Studi ini mengklasifikasikan pengukuran kinerja rantai pasok ke dalam dua kategori utama:

  •  Kuantitatif (misalnya, biaya produksi, efisiensi distribusi, dan kecepatan pengiriman).
  •  Kualitatif (misalnya, kepuasan pelanggan, fleksibilitas pemasok, dan keberlanjutan lingkungan).

2. Tantangan dalam Pengukuran Kinerja

  • Kurangnya kesadaran akan sistem pengukuran kinerja (PMS).
  • Minimnya komitmen manajemen dalam mengoptimalkan SCM.
  • Kesulitan dalam menyeimbangkan efisiensi biaya dan kepuasan pelanggan.

3. Studi Kasus di Industri Otomotif

Beberapa penelitian dalam artikel ini menyajikan studi kasus dari berbagai negara:

  • Jerman: Studi oleh Thun & Hoenig (2011) menemukan bahwa 67 perusahaan otomotif mengalami tantangan besar dalam manajemen risiko rantai pasok.
  • Maroko: Chahid et al. (2014) menunjukkan bahwa efisiensi produksi dan pengembangan keterampilan tenaga kerja adalah faktor utama keberhasilan pemasok otomotif di negara tersebut.
  • Pakistan: Studi oleh Sarwar et al. (2012) menemukan bahwa penggunaan teknologi operasional yang optimal dapat meningkatkan produktivitas industri otomotif.

Solusi & Rekomendasi untuk Optimasi SCM

🔹 Integrasi Teknologi: Implementasi sistem berbasis data & AI untuk memantau performa rantai pasok secara real-time.
🔹 Pengukuran Berbasis Kinerja: Menggunakan Fuzzy AHP untuk mengklasifikasikan indikator kinerja berbasis keberlanjutan.
🔹 Manajemen Risiko Rantai Pasok: Meningkatkan kolaborasi antara pemasok dan produsen untuk mengatasi gangguan pasokan.
🔹 Sistem Manajemen yang Lebih Fleksibel: Studi oleh Neto & Pires (2012) menunjukkan bahwa pengukuran kinerja yang lebih adaptif dapat meningkatkan hubungan antara pemasok dan produsen.

Kesimpulan

Rantai pasok dalam industri otomotif memerlukan pendekatan holistik dalam pengukuran kinerja. Studi ini menunjukkan bahwa penggunaan teknologi modern, sistem pengukuran berbasis data, dan peningkatan kerja sama dengan pemasok dapat meningkatkan efisiensi serta daya saing industri otomotif secara signifikan.

📌 Sumber Asli Paper:
Radouane Lemghari, Driss Sarsri, Chafik Okar, & Asmaa Es-satty (2019). Supply Chain Performance Measurement in the Automotive Sector: A Structured Content Analysis. Uncertain Supply Chain Management, 7(2019), 567–588.

 

Selengkapnya
Strategi Optimalisasi Rantai Pasok Otomotif: Pengukuran Kinerja dan Tantangan Manajerial

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Strategi Pengukuran Kinerja Rantai Pasok: Model SCPM untuk Efisiensi dan Daya Saing Bisnis

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 28 Februari 2025


Pendahuluan

Di era persaingan global, Supply Chain Performance Measurement System (SCPMS) menjadi elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi rantai pasok perusahaan. SCPMS tidak hanya digunakan untuk mengukur kinerja internal tetapi juga mengoptimalkan hubungan dengan pemasok dan mitra bisnis lainnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Hamid Kazemkhanlou dan Hamid Reza Ahadi di Iran University of Science & Technology mengeksplorasi berbagai model pengukuran kinerja rantai pasok, menyoroti karakteristik, kelebihan, dan penerapannya dalam konteks bisnis modern.

Metodologi Penelitian

  • Analisis literatur terhadap berbagai model SCPM, termasuk pendekatan strategis, taktis, dan operasional.
  • Evaluasi sistem pengukuran kinerja berbasis keuangan dan non-keuangan, seperti Balanced Scorecard, SCOR Model, dan Economic Value Added (EVA).
  • Studi kasus dan pemetaan framework SCPM dalam tujuh tingkatan evaluasi kinerja.

Temuan Utama

1. Evolusi SCPMS dan Peranannya dalam Bisnis Modern

  • Sebelum 1980-an, pengukuran kinerja rantai pasok hanya berfokus pada data keuangan seperti ROI dan ROA.
  • Pada 1990-an, model Balanced Scorecard diperkenalkan untuk menyeimbangkan pengukuran keuangan dan operasional.
  • Saat ini, perusahaan semakin mengadopsi SCPMS berbasis teknologi digital dan data real-time untuk meningkatkan ketahanan rantai pasok.

2. Karakteristik SCPM yang Efektif

  • Pengukuran harus mencakup aspek strategis, taktis, dan operasional.
  • Sistem harus dinamis dan fleksibel agar dapat beradaptasi dengan perubahan pasar.
  • Integrasi dengan sistem informasi logistik meningkatkan transparansi dan efisiensi operasional.

3. Model SCPM dan Keunggulannya

Berbagai model Supply Chain Performance Measurement (SCPM) memiliki keunggulan masing-masing dalam mengukur dan meningkatkan kinerja rantai pasok. Balanced Scorecard (BSC) merupakan model yang digunakan untuk menilai kinerja berdasarkan empat perspektif utama, yaitu keuangan, pelanggan, proses internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan organisasi. Pendekatan ini membantu perusahaan dalam mencapai keseimbangan antara aspek keuangan dan operasional. Sementara itu, SCOR Model lebih menitikberatkan pada keandalan, fleksibilitas, serta biaya dalam rantai pasok, sehingga perusahaan dapat meningkatkan efisiensi dan respons terhadap permintaan pasar. Model Economic Value Added (EVA) berfokus pada pengukuran nilai tambah finansial yang dihasilkan oleh rantai pasok, membantu perusahaan dalam menilai sejauh mana operasi bisnis menciptakan keuntungan bagi pemegang saham. Selain itu, Activity-Based Costing (ABC) digunakan untuk mengidentifikasi biaya produksi berdasarkan aktivitas yang memberikan nilai tambah, sehingga perusahaan dapat mengalokasikan sumber daya secara lebih efisien dan meningkatkan profitabilitas. Dengan memahami keunggulan masing-masing model, perusahaan dapat memilih pendekatan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan tujuan bisnisnya.

4. Studi Kasus: Implementasi SCPM dalam Industri Transportasi dan Manufaktur

  • Perusahaan transportasi di Iran menerapkan SCPMS berbasis SCOR Model, meningkatkan efisiensi pengiriman hingga 25%.
  • Industri manufaktur yang menggunakan Balanced Scorecard melaporkan peningkatan produktivitas sebesar 18% dalam dua tahun.
  • Penggunaan teknologi ERP dalam pengukuran kinerja meningkatkan akurasi data operasional hingga 40%.

Strategi Optimal untuk Implementasi SCPMS yang Efektif

1. Mengintegrasikan Pengukuran Kinerja dengan Teknologi Digital

  • Menggunakan Artificial Intelligence (AI) untuk analisis prediktif rantai pasok.
  • Menerapkan Internet of Things (IoT) untuk pemantauan real-time terhadap pergerakan stok dan bahan baku.

2. Menerapkan Model Pengukuran yang Sesuai dengan Tujuan Bisnis

  • Perusahaan dengan rantai pasok kompleks sebaiknya menggunakan SCOR Model.
  • Bisnis yang berorientasi pada nilai tambah finansial dapat menerapkan Economic Value Added (EVA).

3. Meningkatkan Kolaborasi dan Transparansi dengan Mitra Bisnis

  • Menggunakan platform berbasis cloud untuk berbagi informasi rantai pasok secara real-time.
  • Menerapkan sistem insentif berbasis kinerja untuk pemasok dan distributor.

Kesimpulan

Penelitian ini menegaskan bahwa SCPMS yang efektif mampu meningkatkan daya saing perusahaan dengan memberikan wawasan berbasis data untuk pengambilan keputusan strategis. Perusahaan yang mengadopsi SCPMS modern dapat meningkatkan efisiensi rantai pasok, menekan biaya, dan mempercepat respons terhadap dinamika pasar.

Dengan memilih model pengukuran kinerja yang tepat dan memanfaatkan teknologi digital, organisasi dapat meningkatkan efisiensi operasional serta memperkuat hubungan dengan pemasok dan pelanggan.

Sumber Asli:
Hamid Kazemkhanlou, Hamid Reza Ahadi (2014). Study of Performance Measurement Practices in Supply Chain Management. Iran University of Science & Technology.

 

Selengkapnya
Strategi Pengukuran Kinerja Rantai Pasok: Model SCPM untuk Efisiensi dan Daya Saing Bisnis

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Peran Kepercayaan, Kepuasan, dan Komunikasi dalam Supplier Relationship Management: Studi Kasus di India

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 28 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, hubungan antara pembeli dan pemasok memainkan peran penting dalam kinerja organisasi. Supplier Relationship Management (SRM) tidak hanya berfokus pada harga, tetapi juga pada faktor kepercayaan, kepuasan, dan komunikasi untuk membangun hubungan jangka panjang yang menguntungkan kedua belah pihak.

Penelitian oleh Manish Gupta, Akhilesh Kumar Choudhary, dan Mohd. Siraj Alam di India mengevaluasi dampak kepercayaan, kepuasan, dan komunikasi dalam SRM. Studi ini melibatkan survei terhadap 28 organisasi di India untuk mengidentifikasi bagaimana faktor hubungan ini berkontribusi pada efektivitas operasional dan keberlanjutan bisnis.

Metodologi Penelitian

  • Survei dilakukan terhadap 28 perusahaan India, mencakup sektor manufaktur, teknologi, dan energi.
  • Data dikumpulkan melalui kuesioner berbasis skala Likert yang mengukur tingkat kepercayaan, kepuasan, dan komunikasi dalam SRM.
  • Analisis statistik dilakukan menggunakan SPSS untuk mengidentifikasi pola hubungan antara variabel SRM dan kinerja perusahaan.

Temuan Utama

1. Kepercayaan sebagai Fondasi Hubungan Pemasok

  • 85% organisasi melaporkan bahwa pemasok mereka dapat dipercaya dan selalu menepati janji.
  • 90% menyatakan bahwa mereka memilih untuk mempertahankan pemasok yang memiliki rekam jejak transparansi dan kredibilitas tinggi.
  • Tingkat kepercayaan yang tinggi berkontribusi pada pengurangan risiko operasional sebesar 20-30%.

2. Kepuasan Pemasok Meningkatkan Efisiensi Operasional

  • 80% organisasi merasa puas dengan kinerja pemasok mereka dalam hal kualitas produk, harga, dan pengiriman tepat waktu.
  • Perusahaan yang memiliki tingkat kepuasan pemasok tinggi mengalami peningkatan efisiensi operasional hingga 25%.
  • Organisasi yang bekerja dengan pemasok terpercaya cenderung mengembangkan kontrak jangka panjang, yang meningkatkan stabilitas rantai pasok.

3. Komunikasi yang Efektif Mengurangi Risiko Gangguan Rantai Pasok

  • 92% perusahaan berkomunikasi secara teratur dengan pemasok mereka untuk menghindari miskomunikasi dan gangguan pasokan.
  • Penggunaan sistem ERP dan e-procurement meningkatkan efisiensi komunikasi hingga 40%.
  • Kolaborasi yang lebih baik mengurangi kesalahan pesanan dan keterlambatan pengiriman sebesar 18%.

Strategi Optimal untuk Meningkatkan Supplier Relationship Management

1. Membangun Kepercayaan yang Kuat dengan Pemasok

  • Menjalankan kebijakan transparansi dalam kontrak dan negosiasi.
  • Menerapkan sistem audit berkala untuk mengevaluasi kinerja pemasok.

2. Meningkatkan Kepuasan Melalui Kemitraan yang Lebih Dekat

  • Menawarkan insentif bagi pemasok yang konsisten dalam kualitas dan pengiriman.
  • Mengembangkan hubungan jangka panjang untuk stabilitas rantai pasok.

3. Menggunakan Teknologi untuk Mempermudah Komunikasi

  • Mengadopsi sistem ERP dan e-procurement untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi operasional.
  • Menerapkan AI dan big data untuk prediksi permintaan dan optimalisasi pasokan.

Kesimpulan

Penelitian ini menegaskan bahwa kepercayaan, kepuasan, dan komunikasi memainkan peran penting dalam Supplier Relationship Management. Perusahaan yang membangun hubungan pemasok berbasis transparansi dan komunikasi yang efektif cenderung memiliki keunggulan kompetitif yang lebih kuat.

Dengan mengadopsi strategi SRM yang lebih baik, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi risiko rantai pasok, dan memastikan pertumbuhan bisnis yang lebih stabil.

Sumber Asli:
Manish Gupta, Akhilesh Kumar Choudhary, Mohd. Siraj Alam (2014). Effect of Trust, Satisfaction, and Other Relationship Dimensions on Supplier Relationship Management. Motilal Nehru National Institute of Technology Allahabad, INDIA.

 

Selengkapnya
Peran Kepercayaan, Kepuasan, dan Komunikasi dalam Supplier Relationship Management: Studi Kasus di India
« First Previous page 2 of 8 Next Last »