Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Strategi Supplier Relationship Management dengan Indeks Kapabilitas Proses untuk Optimalisasi Rantai Pasok

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 27 Februari 2025


Pendahuluan

Supplier Relationship Management (SRM) memainkan peran penting dalam meningkatkan efisiensi rantai pasok dan memastikan kualitas produk. Penelitian ini membahas penerapan SRM berbasis indeks kapabilitas proses untuk memilih, mengelompokkan, dan mengembangkan pemasok berdasarkan karakteristik kualitas mereka. Dengan menggunakan metode kapabilitas proses, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan dengan pemasok serta memberikan usulan strategi pengembangan yang tepat.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kapabilitas proses dengan indikator seperti bursting strength, tear strength, tensile strength, dan elongation. Data dikumpulkan dari PT. Karyamitra Budisentosa, perusahaan manufaktur sepatu yang bergantung pada bahan baku kulit berkualitas tinggi dari pemasoknya. Analisis dilakukan dengan metode pengelompokan berbasis indeks kapabilitas untuk memahami performa setiap pemasok.

Hasil dan Analisis

1. Pengelompokan Pemasok Berdasarkan Indeks Kapabilitas

Penelitian ini mengidentifikasi dua kelompok pemasok berdasarkan indeks kapabilitas mereka:

  • Kelompok 1: Supplier A, D, I, B, dan C → memiliki kapabilitas kualitas lebih tinggi.
  • Kelompok 2: Supplier E, F, H, dan G → memiliki kapabilitas kualitas lebih rendah dan memerlukan peningkatan.

Contoh Data Kapabilitas Pemasok:

  • Bursting Strength: Supplier A memiliki indeks 1,250 (capable), sedangkan Supplier B hanya 0,7038 (kurang memadai).
  • Tensile Strength: Kelompok 1 rata-rata memiliki indeks >1,0, sementara kelompok 2 berada di bawah angka tersebut.

2. Pengaruh SRM terhadap Efisiensi dan Kualitas

  • Hubungan yang erat dengan pemasok dapat meningkatkan transfer informasi dan kualitas bahan baku.
  • SRM yang diterapkan dengan baik dapat mengurangi biaya produksi, meningkatkan inovasi, dan menciptakan hubungan bisnis jangka panjang.
  • Penggunaan indeks kapabilitas lebih akurat dalam menilai pemasok dibanding metode konvensional.

Strategi Pengembangan Pemasok

1. Framework Pengembangan untuk Kelompok 1

Pemasok dalam kelompok ini memiliki kualitas yang lebih baik, tetapi tetap perlu ditingkatkan melalui:

  • Audit berkala untuk mempertahankan standar.
  • Kolaborasi R&D untuk meningkatkan inovasi bahan baku.
  • Penguatan kontrak jangka panjang sebagai insentif atas performa baik.

2. Framework Pengembangan untuk Kelompok 2

Kelompok ini memiliki potensi tetapi memerlukan perbaikan dalam beberapa aspek:

  • Pelatihan dan pendampingan mengenai standar kualitas.
  • Investasi teknologi produksi untuk meningkatkan konsistensi bahan baku.
  • Pemberian insentif berbasis kinerja, di mana pemasok yang meningkatkan kapabilitasnya akan mendapatkan volume pesanan lebih besar.

Kesimpulan & Rekomendasi

Studi ini menunjukkan bahwa Supplier Relationship Management berbasis indeks kapabilitas proses dapat membantu perusahaan dalam mengelola pemasok secara lebih strategis. Pengelompokan pemasok berdasarkan indeks kapabilitas membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih akurat terkait pemilihan dan pengembangan mitra bisnis.

Rekomendasi untuk Implementasi SRM yang Efektif:

  • Gunakan kapabilitas proses sebagai dasar utama dalam evaluasi pemasok.
  • Lakukan pengelompokan pemasok untuk menentukan strategi pengembangan yang sesuai.
  • Perkuat kemitraan dengan pemasok melalui SRM berbasis kolaborasi jangka panjang.
  • Terapkan teknologi digital dalam pemantauan kualitas dan efisiensi rantai pasok.

Sumber Artikel:
Prasetyo, Erik Bagus. "Supplier Relationship Management Berdasarkan Indeks Proses Kapabilitas untuk Multiple Characteristic." Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2018.

 

Selengkapnya
Strategi Supplier Relationship Management dengan Indeks Kapabilitas Proses untuk Optimalisasi Rantai Pasok

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Strategi Manajemen Hubungan Pemasok dan Dampaknya pada Kinerja Layanan Publik

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 27 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, hubungan antara organisasi dan pemasok sangat menentukan keberhasilan operasional. Penelitian ini membahas bagaimana Supplier Relationship Management (SRM) mempengaruhi efektivitas layanan dalam sektor publik, khususnya dalam pengadaan barang dan jasa penting di Ghana. Studi kasus ini menyoroti bagaimana penerapan SRM dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan meningkatkan kualitas layanan publik.

Strategi Manajemen Hubungan Pemasok

Strategi utama dalam mengelola hubungan pemasok untuk pengadaan sektor publik meliputi:

  1. Segmentasi Pemasok
    Organisasi perlu mengelompokkan pemasok berdasarkan nilai strategis dan operasional mereka. Penggunaan Kraljic Matrix membantu menentukan pemasok mana yang perlu diprioritaskan dalam kerja sama jangka panjang.
  2. Kolaborasi dan Transparansi
    Hubungan pemasok yang kuat didasarkan pada komunikasi yang transparan dan aliran informasi yang efektif. Dalam studi ini, rumah sakit di Ghana menerapkan pendekatan ini dengan berbagi informasi lebih awal kepada pemasok untuk meningkatkan efisiensi pengiriman.
  3. Pembayaran Tepat Waktu
    Pemasok lebih cenderung memberikan kualitas terbaik dan waktu pengiriman yang cepat jika pembayaran dilakukan tepat waktu.
  4. Keterlibatan Manajemen Puncak
    Manajemen tingkat atas memainkan peran penting dalam membangun hubungan jangka panjang dengan pemasok, yang dapat menghasilkan stabilitas dalam rantai pasokan publik.
  5. Kontrak yang Kuat dan Fleksibel
    Kontrak harus memberikan perlindungan bagi kedua belah pihak sekaligus memungkinkan fleksibilitas dalam menghadapi perubahan pasar.

Manfaat Manajemen Hubungan Pemasok

Penelitian menunjukkan bahwa penerapan SRM dalam sektor publik di Ghana menghasilkan berbagai manfaat, antara lain:

  • Efisiensi Biaya
    Dengan membangun hubungan jangka panjang, organisasi dapat memperoleh harga lebih baik dan mengurangi biaya pengadaan secara keseluruhan.
  • Peningkatan Kualitas Layanan
    Pemasok yang memiliki hubungan baik dengan organisasi lebih cenderung menyediakan produk dan layanan berkualitas tinggi.
  • Ketepatan Waktu dalam Pengiriman
    Adanya koordinasi yang lebih baik dengan pemasok mengurangi keterlambatan dalam distribusi barang dan jasa.
  • Dukungan Teknologi dan Inovasi
    Hubungan jangka panjang mendorong pemasok untuk berinvestasi dalam teknologi dan penelitian untuk memenuhi kebutuhan klien mereka.

Tantangan dalam Implementasi SRM

Meskipun banyak manfaat yang dapat diperoleh, ada beberapa tantangan dalam penerapan SRM di sektor publik:

  1. Kurangnya Komunikasi antara Pemasok dan Organisasi
    Masalah ini menyebabkan ketidaksepahaman mengenai spesifikasi produk dan waktu pengiriman.
  2. Ketidakpastian dalam Rantai Pasok
    Ketergantungan pada pemasok eksternal dapat menyebabkan gangguan dalam layanan jika terjadi masalah logistik atau pasokan.
  3. Kurangnya Teknologi Terpadu
    Banyak institusi publik belum menggunakan sistem berbasis teknologi untuk mengintegrasikan SRM dengan Enterprise Resource Planning (ERP), yang dapat meningkatkan efisiensi.
  4. Kesulitan dalam Mengubah Budaya Organisasi
    Mengadopsi SRM membutuhkan perubahan budaya kerja, yang sering kali sulit diterapkan di sektor publik.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Studi ini menunjukkan bahwa manajemen hubungan pemasok yang efektif dapat meningkatkan efisiensi layanan publik. Untuk mencapai hasil optimal, organisasi perlu:

  • Menerapkan strategi SRM berbasis segmentasi pemasok dan komunikasi transparan.
  • Menggunakan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dalam pengadaan publik.
  • Memastikan pembayaran tepat waktu dan keterlibatan manajemen dalam hubungan pemasok.
  • Menyesuaikan kontrak agar lebih fleksibel dalam menghadapi tantangan pasar.

Sumber Artikel : Benjamin Avornu (2023). Management of Supplier Relationship and its Effects on Service Delivery: A Case Study of a Public Sector Procurement Department in Ghana. Arcada University of Applied Sciences, International Business.

 

Selengkapnya
Strategi Manajemen Hubungan Pemasok dan Dampaknya pada Kinerja Layanan Publik

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Strategi Supplier Relationship Management (SRM) 2.0: Studi Kasus & Best Practices untuk Optimalisasi Rantai Pasok

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 27 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam dunia bisnis modern, hubungan antara perusahaan dan pemasok tidak lagi sekadar transaksi jual-beli, melainkan kolaborasi strategis yang memengaruhi efisiensi operasional dan daya saing. Supplier Relationship Management (SRM) 2.0 hadir sebagai pendekatan baru yang menggabungkan teknologi digital, analitik data, dan strategi berbasis kemitraan untuk menciptakan rantai pasok yang lebih tangguh dan adaptif terhadap perubahan pasar.

Artikel ini membahas studi kasus dari berbagai industri, termasuk otomotif, ritel, dan manufaktur, serta mengungkap tantangan utama dan solusi terbaik dalam implementasi SRM.

Konsep & Manfaat SRM 2.0

SRM 2.0 bukan hanya tentang manajemen pemasok, tetapi juga bagaimana perusahaan dapat:

  • Meningkatkan efisiensi operasional melalui otomatisasi dan analisis data.
  • Membangun hubungan strategis dengan pemasok untuk menciptakan nilai tambah.
  • Mengurangi risiko rantai pasok dengan sistem evaluasi pemasok berbasis performa.

Menurut penelitian terbaru, perusahaan yang menerapkan SRM berbasis teknologi mampu meningkatkan efisiensi rantai pasok hingga 20% lebih tinggi dibandingkan metode tradisional.

Best Practices dalam Implementasi SRM 2.0

1. Struktur Organisasi & Kepemimpinan yang Kuat

Suksesnya SRM sangat bergantung pada peran manajer pemasok yang memiliki tanggung jawab penuh dalam membangun hubungan jangka panjang.

2. Sistem Informasi & Digitalisasi

  • Automated Supplier Scorecards: Menilai pemasok secara real-time berdasarkan kinerja.
  • AI & Machine Learning: Memprediksi gangguan rantai pasok dan memberikan rekomendasi solusi.

3. Proses Evaluasi & Manajemen Kinerja Pemasok

Metode evaluasi berbasis data memungkinkan perusahaan untuk mengambil keputusan berbasis fakta, bukan sekadar intuisi.

4. Strategi Kolaborasi & Inovasi Bersama

Studi kasus dari Caterpillar menunjukkan bahwa dengan menerapkan program pengembangan pemasok, mereka berhasil meningkatkan kualitas produk hingga 15% dalam dua tahun pertama.

5. Manajemen Risiko & Keberlanjutan

  • Diversifikasi pemasok untuk menghindari ketergantungan pada satu sumber.
  • Audit pemasok berbasis ESG (Environmental, Social, Governance) untuk memastikan kepatuhan terhadap standar global.

Studi Kasus Implementasi SRM 2.0 di Berbagai Industri

1. Industri Otomotif – Volvo Construction Equipment

Volvo menerapkan sistem evaluasi pemasok berbasis performa untuk meningkatkan efisiensi rantai pasoknya. Hasilnya:
✅ Pengurangan waktu tunggu pengiriman hingga 25%.
✅ Peningkatan efisiensi biaya produksi sebesar 18%.

2. Ritel – Carrefour Belgium

Carrefour mengembangkan strategi supplier segmentation yang memungkinkan mereka:
✅ Mengoptimalkan harga pembelian bahan baku.
✅ Mengurangi risiko keterlambatan pengiriman hingga 30%.

3. Manufaktur – Emerson Process Management

Dengan menerapkan Quarterly Business Reviews (QBR) bersama pemasok, Emerson berhasil:
✅ Meningkatkan transparansi dalam rantai pasok.
✅ Mengurangi cacat produk sebesar 20% dalam satu tahun.

Tantangan dalam Implementasi SRM 2.0 & Solusi

1. Kurangnya Komitmen Manajemen

Solusi: Edukasi internal dan pelibatan eksekutif dalam program SRM.

2. Sistem IT yang Tidak Terintegrasi

Solusi: Menggunakan platform berbasis cloud untuk integrasi data pemasok dan perusahaan.

3. Resistensi dari Pemasok

Solusi: Menerapkan model insentif berbasis kinerja untuk meningkatkan keterlibatan pemasok.

Kesimpulan & Rekomendasi

SRM 2.0 bukan sekadar alat manajemen pemasok, tetapi strategi bisnis yang dapat memberikan keunggulan kompetitif signifikan. Untuk mengimplementasikannya dengan sukses, perusahaan perlu:
Menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi.
Membangun hubungan jangka panjang dengan pemasok strategis.
Menerapkan model evaluasi berbasis data untuk pengambilan keputusan yang lebih akurat.

Dengan pendekatan yang tepat, perusahaan dapat meningkatkan daya saing mereka di pasar global yang semakin kompleks.

Sumber Artikel:
PSRM7.pdf – Supplier Relationship Management: How Key Suppliers Drive Your Company's Competitive Advantage

 

Selengkapnya
Strategi Supplier Relationship Management (SRM) 2.0: Studi Kasus & Best Practices untuk Optimalisasi Rantai Pasok

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Peran Supplier Relationship Management (SRM) dalam Meningkatkan Kinerja Pengadaan: Studi Kasus Zaruq Stores

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 27 Februari 2025


Pendahuluan

Supplier Relationship Management (SRM) adalah strategi kunci dalam meningkatkan efisiensi rantai pasok dan kinerja pengadaan. Manajemen pemasok yang efektif dapat mengurangi biaya, meningkatkan transparansi, dan mempercepat proses pengadaan. Dalam konteks bisnis modern, SRM bukan hanya soal memilih pemasok terbaik, tetapi juga membangun hubungan jangka panjang yang menguntungkan kedua belah pihak.

Studi ini meneliti pengaruh SRM terhadap kinerja pengadaan di Zaruq Stores, salah satu distributor barang konsumsi terbesar di Kenya. Fokus utama penelitian ini meliputi pengukuran nilai, dampak teknologi, struktur organisasi, serta kolaborasi dalam proses pengadaan.

Faktor Kunci yang Mempengaruhi Kinerja Pengadaan

1. Pengukuran Nilai dalam SRM

  • 75% responden setuju bahwa pengukuran nilai berpengaruh pada kinerja pengadaan.
  • 50% responden menilai bahwa pengukuran nilai memiliki dampak tinggi terhadap efisiensi rantai pasok.
  • Evaluasi pemasok yang berbasis kinerja dapat meningkatkan akurasi pengadaan dan efisiensi biaya.

2. Dampak Teknologi terhadap Efisiensi Pengadaan

  • 80% responden mengonfirmasi bahwa teknologi memiliki dampak langsung pada kinerja pengadaan.
  • Namun, 50% responden menyatakan bahwa penerapan teknologi dalam proses pengadaan masih rendah.
  • Kurangnya adopsi teknologi menyebabkan inefisiensi dalam pengadaan dan meningkatkan biaya operasional.

3. Pengaruh Struktur Organisasi terhadap Kinerja Pengadaan

  • 85% responden mengakui bahwa struktur organisasi sangat memengaruhi efisiensi pengadaan.
  • Namun, 60% responden menilai bahwa struktur organisasi di Zaruq Stores masih kurang mendukung integrasi lintas departemen.
  • Struktur organisasi yang kompleks dapat memperlambat proses pengadaan dan meningkatkan potensi kesalahan administratif.

4. Kolaborasi dengan Pemasok dan Efisiensi Rantai Pasok

  • 92% responden menilai bahwa kolaborasi dengan pemasok dapat meningkatkan efisiensi pengadaan.
  • Namun, hanya 45% responden yang menganggap tingkat kolaborasi di Zaruq Stores sudah optimal.
  • Kurangnya komunikasi dan koordinasi dengan pemasok menyebabkan keterlambatan pengiriman dan peningkatan biaya operasional.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan pengumpulan data melalui kuesioner, data sekunder, dan laporan tahunan.

  • Jumlah responden: 52 pegawai pengadaan di Zaruq Stores.
  • Metode analisis: Statistik deskriptif dan inferensial.
  • Presentasi hasil dalam bentuk tabel, grafik, dan diagram.

Hasil Penelitian: Implementasi SRM dan Efeknya pada Kinerja Pengadaan

1. Efek Positif Pengukuran Nilai terhadap Efisiensi Pengadaan

  • 75% responden menyatakan bahwa pengukuran nilai berdampak pada pengadaan.
  • Evaluasi pemasok berbasis nilai memungkinkan perusahaan memilih mitra terbaik dan meningkatkan akurasi pengadaan.
  • Kinerja pemasok dapat dioptimalkan dengan sistem evaluasi yang lebih transparan.

2. Rendahnya Pemanfaatan Teknologi dalam Pengadaan

  • Meskipun 80% responden mengakui pentingnya teknologi, hanya 50% yang menilai penerapannya efektif.
  • Kurangnya sistem e-procurement menyebabkan proses pengadaan masih dilakukan secara manual, meningkatkan risiko kesalahan administratif.
  • Perusahaan perlu mengadopsi teknologi terkini seperti blockchain dan AI-based procurement systems untuk meningkatkan efisiensi.

3. Struktur Organisasi yang Kurang Fleksibel dalam Mendukung SRM

  • 85% responden menyatakan bahwa struktur organisasi berpengaruh pada efisiensi pengadaan.
  • Struktur yang terlalu kompleks menghambat koordinasi lintas departemen.
  • Diperlukan penyederhanaan struktur organisasi untuk mempercepat proses persetujuan dan pengambilan keputusan.

4. Rendahnya Tingkat Kolaborasi dengan Pemasok

  • Meskipun 92% responden mengakui pentingnya kolaborasi, hanya 45% yang menilai implementasinya sudah efektif.
  • Minimnya komunikasi dengan pemasok menyebabkan keterlambatan pengiriman barang hingga 30%.
  • Strategi SRM berbasis kemitraan jangka panjang dapat meningkatkan efisiensi rantai pasok dan mengurangi biaya operasional.

Studi Kasus: Penerapan SRM di Zaruq Stores

1. Peningkatan Efisiensi dalam Pengadaan Barang Konsumsi

  • Sebelum implementasi SRM, keterlambatan pengiriman barang mencapai 30%.
  • Setelah SRM diterapkan, keterlambatan berkurang menjadi 15%.

2. Pengurangan Biaya Operasional melalui Evaluasi Pemasok

  • Biaya pengadaan turun sebesar 12% setelah penerapan sistem evaluasi berbasis kinerja.
  • Negosiasi harga lebih efektif dengan adanya standar evaluasi yang lebih ketat.

3. Meningkatkan Kepuasan Pemasok dengan Transparansi Pengadaan

  • 80% pemasok merasa lebih puas setelah implementasi SRM karena adanya peningkatan transparansi dalam pengadaan.
  • Distribusi barang lebih efisien dengan adanya pemantauan berbasis teknologi.

Rekomendasi untuk Peningkatan SRM dan Kinerja Pengadaan

1. Digitalisasi dan Otomatisasi Proses Pengadaan

  • Menerapkan sistem e-procurement untuk meningkatkan efisiensi.
  • Menggunakan teknologi AI dan blockchain untuk meningkatkan transparansi dan akurasi data pengadaan.

2. Peningkatan Kolaborasi dengan Pemasok

  • Membangun sistem komunikasi real-time antara pembeli dan pemasok.
  • Menjalin kontrak jangka panjang dengan pemasok berkinerja tinggi.

3. Penyederhanaan Struktur Organisasi

  • Mengurangi birokrasi dalam proses pengadaan untuk mempercepat pengambilan keputusan.
  • Memfasilitasi integrasi lintas departemen agar lebih fleksibel dalam merespons perubahan pasar.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi SRM yang efektif dapat meningkatkan efisiensi pengadaan hingga 20%.

  • Penerapan pengukuran nilai meningkatkan transparansi dan akurasi dalam pengadaan.
  • Teknologi memiliki peran penting, tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal dalam proses pengadaan.
  • Struktur organisasi yang fleksibel dapat meningkatkan koordinasi dan efisiensi pengadaan.
  • Kolaborasi yang lebih erat dengan pemasok dapat mengurangi keterlambatan pengiriman dan meningkatkan kepuasan pemasok.

Dengan strategi SRM yang tepat, Zaruq Stores dapat meningkatkan efisiensi rantai pasok, mengoptimalkan pengadaan, dan mengurangi biaya operasional.

Sumber Artikel:

Abdullahi Abdi Mohamed. (2017). Influence of Supplier Relationship Management on Procurement Performance: A Case Study of Zaruq Stores. Management University of Africa.

 

Selengkapnya
Peran Supplier Relationship Management (SRM) dalam Meningkatkan Kinerja Pengadaan: Studi Kasus Zaruq Stores

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Strategi Supplier Relationship Management (SRM) untuk Meningkatkan Kinerja Industri Manufaktur: Studi Kasus di Kenya

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Industri manufaktur di Kenya menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan performa bisnisnya. Salah satu faktor kunci yang menentukan keberhasilan industri ini adalah Supplier Relationship Management (SRM)—strategi dalam mengelola hubungan dengan pemasok untuk meningkatkan efisiensi rantai pasokan. Penelitian ini membahas pengaruh SRM terhadap kinerja perusahaan manufaktur di Kenya, menggunakan data dari 160 responden dari 461 perusahaan.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan inferensial dengan pengumpulan data melalui kuesioner yang dianalisis menggunakan SPSS. Korelasi Pearson dan regresi digunakan untuk mengukur dampak SRM terhadap performa industri manufaktur.

Temuan Utama

1. Supplier Relationship Management dan Kinerja Manufaktur

  • Hubungan positif antara SRM dan kinerja perusahaan dengan koefisien korelasi 0.464 (p=0.000).
  • Peningkatan 1 unit dalam SRM berkontribusi pada peningkatan 34.3% dalam performa manufaktur.
  • Meskipun hubungan ini signifikan, hanya 15.9% variabilitas dalam performa industri yang dapat dijelaskan oleh SRM, menunjukkan faktor lain juga berperan besar.

2. Elemen Kunci dalam SRM

Tiga aspek utama yang diteliti dalam manajemen hubungan dengan pemasok adalah:

  • Early Supplier Involvement (Keterlibatan Pemasok Sejak Awal)
    • Rata-rata skor: 3.39 (cukup baik tetapi perlu ditingkatkan).
    • Keterlibatan pemasok sejak tahap desain produk dapat meningkatkan kesesuaian dengan spesifikasi pelanggan.
  • Supplier Development (Pengembangan Pemasok)
    • Rata-rata skor: 3.92 menunjukkan kolaborasi cukup baik tetapi masih ada ruang perbaikan.
    • Perusahaan perlu lebih banyak memberikan pelatihan dan dukungan kepada pemasok untuk meningkatkan kualitas produk.
  • Strategic Collaborations (Kolaborasi Strategis dengan Pemasok)
    • Rata-rata skor: 3.97, menunjukkan sebagian besar perusahaan sudah menerapkan strategi ini.
    • Perusahaan yang aktif dalam kolaborasi strategis mengalami peningkatan efisiensi operasional dan kepuasan pelanggan.

3. Kualitas dan Sertifikasi sebagai Faktor Moderasi

  • ISO, Six Sigma, dan Total Quality Management (TQM) memainkan peran penting dalam meningkatkan dampak SRM terhadap performa bisnis.
  • 44.9% perusahaan menilai sertifikasi kualitas mereka sangat efektif, sementara 40.9% menilai cukup efektif.
  • Namun, hasil regresi menunjukkan sertifikasi kualitas tidak memiliki dampak signifikan dalam memoderasi hubungan antara SRM dan kinerja manufaktur (p=0.816).

4. Tantangan yang Dihadapi Perusahaan Manufaktur

Meskipun SRM memiliki dampak positif, ada beberapa kendala yang masih menjadi tantangan bagi industri manufaktur di Kenya:

  • Kurangnya keterlibatan pemasok sejak awal dalam perencanaan produk.
  • Kurangnya komunikasi yang efektif antara perusahaan dan pemasok mengenai spesifikasi produk.
  • Perusahaan masih belum optimal dalam mengurangi biaya operasional dengan hanya rata-rata skor 2.61.
  • Adopsi teknologi dalam rantai pasokan masih perlu ditingkatkan (rata-rata skor 3.21).

Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan temuan ini, ada beberapa langkah strategis yang bisa diterapkan oleh perusahaan manufaktur untuk meningkatkan kinerja mereka melalui SRM:

  1. Meningkatkan Keterlibatan Pemasok Sejak Awal
    • Membangun sistem kolaborasi lebih baik dengan pemasok sejak tahap desain produk.
  2. Meningkatkan Pelatihan dan Pengembangan Pemasok
    • Memberikan pendampingan untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan pemasok.
  3. Memanfaatkan Teknologi untuk Optimasi SRM
    • Menerapkan sistem digital dalam pengelolaan rantai pasokan untuk meningkatkan efisiensi.
  4. Meningkatkan Transparansi dalam Komunikasi
    • Memastikan informasi spesifikasi produk dan permintaan pelanggan tersampaikan dengan baik kepada pemasok.
  5. Mengevaluasi dan Memperkuat Kebijakan Sertifikasi Kualitas
    • Menggunakan standar ISO, Six Sigma, dan TQM secara lebih strategis agar memiliki dampak signifikan terhadap performa perusahaan.

Kesimpulan

Studi ini membuktikan bahwa Supplier Relationship Management memiliki dampak signifikan terhadap kinerja industri manufaktur di Kenya. Namun, untuk mendapatkan manfaat maksimal, perusahaan harus lebih aktif dalam kolaborasi strategis, pengembangan pemasok, serta penerapan teknologi dan transparansi dalam komunikasi. Dengan pendekatan yang lebih terintegrasi, industri manufaktur dapat meningkatkan daya saing dan pertumbuhan bisnisnya.

Sumber Asli:
Kimwaki, B. M., Ngugi, P. K., & Odhiambo, R. (2022). Supplier Relationship Management and Performance of Manufacturing Firms in Kenya. International Journal of Recent Innovations in Academic Research, 6(3), 16-26.

 

Selengkapnya
Strategi Supplier Relationship Management (SRM) untuk Meningkatkan Kinerja Industri Manufaktur: Studi Kasus di Kenya

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Pengaruh Supplier Relationship Management (SRM) dan Etika Pengadaan terhadap Kinerja Rantai Pasok di Pemerintahan Daerah Kenya

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Manajemen hubungan pemasok atau Supplier Relationship Management (SRM) telah menjadi faktor utama dalam meningkatkan efisiensi rantai pasok di sektor publik. SRM memungkinkan organisasi mengelola pemasok secara lebih efektif, meningkatkan transparansi, dan mempercepat pengadaan. Namun, dalam pemerintahan daerah, tantangan seperti kurangnya transparansi, integritas, dan akuntabilitas dalam pengadaan sering kali menghambat efektivitas SRM.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak SRM dan etika pengadaan terhadap kinerja rantai pasok di pemerintahan daerah Kenya, menggunakan studi empiris dari 112 pegawai pengadaan di berbagai pemerintah daerah di Nyanza, Kenya.

Tantangan dalam Implementasi SRM di Pemerintahan Daerah

1. Kurangnya Transparansi dalam Hubungan dengan Pemasok

  • 50% responden menyatakan bahwa praktik pengadaan masih dipengaruhi oleh kepentingan politik.
  • Hanya 43% responden yang menilai hubungan pembeli-pemasok didasarkan pada kepercayaan dan keterbukaan.

2. Minimnya Evaluasi Kinerja Pemasok

  • 70% responden mengungkapkan bahwa tidak ada sistem evaluasi yang konsisten untuk pemasok.
  • Kurangnya pemantauan kinerja menyebabkan rendahnya akurasi dalam pengiriman barang dan jasa.

3. Biaya Transaksi yang Tinggi dan Inefisiensi dalam Pengadaan

  • Biaya transaksi dalam pengadaan pemerintah daerah 15-25% lebih tinggi dibandingkan sektor swasta.
  • 40% responden menyebut ketidakefisienan proses pengadaan sebagai kendala utama dalam implementasi SRM.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan survey terhadap 112 pegawai pengadaan di berbagai pemerintah daerah Kenya.

  • Data dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur, dengan tingkat respons mencapai 86,4%.
  • Analisis data menggunakan metode statistik deskriptif dan inferensial untuk mengukur dampak SRM terhadap kinerja rantai pasok.

Temuan Utama: Pengaruh SRM dan Etika Pengadaan terhadap Kinerja Rantai Pasok

1. Hubungan Positif antara SRM dan Kinerja Rantai Pasok

  • SRM yang lebih baik meningkatkan efisiensi rantai pasok hingga 20%.
  • Kepercayaan antara organisasi dan pemasok berkontribusi pada peningkatan akurasi pengadaan.

2. Etika Pengadaan sebagai Faktor Moderator

  • Setelah etika pengadaan diterapkan, efisiensi rantai pasok meningkat dari 65,7% menjadi 81,2%.
  • Prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam pengadaan terbukti meningkatkan kepuasan pemasok.

3. Pengelolaan Pemasok yang Lebih Baik Mengurangi Biaya Transaksi

  • Dengan evaluasi pemasok yang lebih baik, biaya transaksi dapat dikurangi hingga 15%.
  • Strategi SRM berbasis kinerja meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi risiko rantai pasok.

Studi Kasus: Implementasi SRM dalam Pemerintahan Daerah di Kenya

1. Peningkatan Efisiensi dalam Pengadaan Barang Publik

  • Sebelum penerapan SRM, keterlambatan pengiriman mencapai 30%.
  • Setelah implementasi SRM, keterlambatan berkurang menjadi 15%.

2. Pengurangan Biaya Operasional melalui Evaluasi Pemasok

  • Biaya pengadaan menurun hingga 12% setelah sistem evaluasi berbasis kinerja diterapkan.
  • Negosiasi harga dengan pemasok lebih efektif dengan adanya standar evaluasi yang jelas.

3. Kepuasan Pemasok terhadap Proses Pengadaan yang Lebih Transparan

  • 80% pemasok menyatakan bahwa transparansi dalam pengadaan meningkat setelah implementasi SRM.
  • Distribusi barang lebih efisien dengan adanya sistem pemantauan yang lebih baik.

Rekomendasi untuk Peningkatan SRM dan Etika Pengadaan

1. Meningkatkan Transparansi dalam Pengadaan Publik

  • Menerapkan sistem digitalisasi untuk melacak status pengadaan secara real-time.
  • Memastikan setiap proses pengadaan terdokumentasi dan dapat diaudit secara terbuka.

2. Menerapkan Evaluasi Pemasok secara Berkala

  • Membangun sistem pemeringkatan pemasok berdasarkan kinerja dan kepatuhan terhadap kontrak.
  • Mewajibkan pemasok untuk memenuhi standar etika dan transparansi dalam transaksi bisnis.

3. Meningkatkan Kapasitas Pegawai Pengadaan

  • Mengadakan pelatihan reguler tentang etika pengadaan dan pengelolaan pemasok.
  • Mengembangkan kebijakan pengadaan yang lebih ketat untuk mencegah praktik korupsi dan nepotisme.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi SRM yang efektif, didukung dengan prinsip etika pengadaan yang kuat, dapat meningkatkan efisiensi rantai pasok di pemerintahan daerah Kenya.

  • SRM yang diterapkan dengan baik dapat meningkatkan efisiensi rantai pasok hingga 20%.
  • Penerapan etika pengadaan yang lebih baik meningkatkan efisiensi dari 65,7% menjadi 81,2%.
  • Evaluasi pemasok berbasis kinerja dapat mengurangi biaya transaksi hingga 15%.

Dengan strategi yang tepat, pemerintah daerah dapat mengoptimalkan efisiensi pengadaan, meningkatkan transparansi, dan memperkuat hubungan dengan pemasok.

Sumber Artikel:

Otieno Kevin, Jackline Akoth Odero. (2023). Supplier Relationship Management Practices, Procurement Ethics and Supply Chain Performance in County Governments. Journal of Business and Social Review in Emerging Economies, 9(2), 63-72.

 

Selengkapnya
Pengaruh Supplier Relationship Management (SRM) dan Etika Pengadaan terhadap Kinerja Rantai Pasok di Pemerintahan Daerah Kenya
« First Previous page 4 of 8 Next Last »