Ekonomi Regional
Dipublikasikan oleh pada 19 Mei 2025
Pendahuluan
Paper ilmiah yang berjudul "Efek Limpahan Pertumbuhan Antar-Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2001–2013" menyajikan penelitian tentang analisis efek limpahan pertumbuhan ekonomi di berbagai kabupaten/kota di Jawa Timur. Paper ini ditulis oleh Pristiawan Wibisono dan Mudrajad Kuncoro dari Universitas Gadjah Mada, diterbitkan dalam Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia (JEPI), Vol. 16 No. 1 Juli 2015. Fokus utama penelitian ini adalah mengidentifikasi pola pertumbuhan ekonomi dan efek limpahan antar-daerah untuk memahami kontribusi kabupaten/kota dalam mendorong ekonomi regional.
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur mengalami dinamika selama periode 2001–2013, di mana terjadi kesenjangan PDRB per kapita antar-daerah. Kota Surabaya sebagai pusat pertumbuhan ekonomi menunjukkan performa tinggi, sedangkan beberapa kabupaten tertinggal seperti Pamekasan dan Sumenep masih berada pada level rendah. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan efek limpahan pertumbuhan dan mengidentifikasi daerah-daerah yang berperan sebagai kutub pertumbuhan.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan analisis spasial dengan teknik Tipologi Klaassen dan pendekatan kutub pertumbuhan ala Richardson. Data yang digunakan meliputi PDRB per kapita dan pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Jawa Timur selama periode 2001–2013. Analisis dilakukan dengan indeks lokal Moran dan Local Indicators of Spatial Association (LISA) untuk mendeteksi autokorelasi spasial.
Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan meliputi identifikasi kutub pertumbuhan dengan klaifikasi kuantil serta perhitungan efek limpahan dengan rumus Capello (2009). Analisis spasial dilakukan menggunakan GeoDa untuk menghitung indeks Moran dan LISA Cluster Map untuk visualisasi pola limpahan.
Studi Kasus & Data
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kota Surabaya dan sekitarnya, seperti Sidoarjo dan Gresik, berperan sebagai kutub pertumbuhan dengan efek limpahan ekonomi yang signifikan. Sidoarjo mencatat efek limpahan tertinggi sebesar 9,95, diikuti oleh Gresik sebesar 8,28. Sebaliknya, kabupaten di Madura seperti Sumenep hanya menerima limpahan sebesar 0,08, menunjukkan adanya ketimpangan spasial.
Analisis dan Nilai Tambah
Penelitian ini mengungkapkan bahwa efek limpahan cenderung terpusat di kawasan tengah Jawa Timur, yang mengindikasikan adanya konsentrasi ekonomi pada pusat pertumbuhan. Namun, ada kelemahan dalam distribusi limpahan ke daerah terluar seperti Madura, yang tidak mendapat manfaat langsung dari pertumbuhan ekonomi Surabaya. Hal ini menuntut kebijakan yang lebih inklusif dan pemerataan infrastruktur.
Implikasi Praktis
Temuan ini penting bagi perencanaan pembangunan regional, terutama dalam merumuskan kebijakan yang mendorong distribusi efek limpahan secara lebih merata. Pemerintah daerah perlu mengembangkan strategi interkoneksi ekonomi agar daerah dengan potensi rendah dapat ikut menikmati pertumbuhan regional.
Perbandingan dengan Penelitian Lain
Berbeda dengan penelitian Pamungkas (2013) tentang koridor ekonomi di Sulawesi yang menunjukkan adanya limpahan pada daerah agraris, penelitian ini lebih fokus pada efek limpahan di kawasan industri dan perkotaan. Hal ini menunjukkan bahwa konteks geografis dan jenis ekonomi sangat memengaruhi pola limpahan pertumbuhan.
Kesimpulan
Paper ini memberikan wawasan penting mengenai efek limpahan pertumbuhan di Jawa Timur. Kota Surabaya terbukti menjadi kutub pertumbuhan utama, namun perlu strategi pemerataan agar dampak ekonominya dirasakan oleh daerah yang lebih luas. Dengan data yang lebih komprehensif, penelitian lanjutan dapat mengembangkan model prediksi limpahan yang lebih dinamis.
Sumber
Penelitian ini dapat diakses melalui Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia (JEPI) melalui tautan: http://dx.doi.org/10.21002/jepi.v16i1.584.