Ekonomi Pertanian

Inilah Faktor Utama yang Menentukan Produksi Padi di Yogyakarta, Bukan Modal atau Tenaga!

Dipublikasikan oleh Afridha Nu’ma Khoiriyah pada 29 April 2025


Pendahuluan

Dalam perkembangan ekonomi daerah, sektor pertanian sering kali diposisikan sebagai pilar utama, khususnya di wilayah yang masih mengandalkan hasil bumi sebagai sumber pendapatan. Wahyu Mareta Risqi Pratama, dalam penelitiannya di Universitas Islam Indonesia (2019), mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi produksi sektor pertanian di Provinsi Yogyakarta selama periode 2014–2018. Penelitian ini menjadi penting mengingat sektor pertanian Yogyakarta menyumbang kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), bahkan sempat menempati peringkat ketiga sektor unggulan.

Tujuan dan Signifikansi Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh tenaga kerja, luas lahan, dan penanaman modal terhadap produksi pertanian, khususnya padi. Hal ini relevan, sebab seiring pertumbuhan penduduk dan alih fungsi lahan, produksi padi sebagai komoditas strategis nasional menghadapi tantangan berat.

Metodologi

Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) periode 2014–2018. Model analisis yang diterapkan adalah data panel dengan pendekatan Common Effect, Fixed Effect, dan Random Effect, disertai uji statistik seperti Chow Test, Hausman Test, dan Uji Asumsi Klasik (uji multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi).

Ringkasan Teknikal:

  • Model: Cobb-Douglas Function

  • Data: Panel data (5 tahun, seluruh kabupaten/kota di Yogyakarta)

  • Alat Analisis: EViews atau software statistik sejenis.

Temuan Utama

Beberapa temuan menarik dari penelitian ini antara lain:

  • Tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi padi.

  • Luas lahan berpengaruh positif signifikan terhadap produksi padi.

  • Penanaman modal tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap produksi padi.

  • Namun, secara simultan, ketiga variabel tersebut berpengaruh secara bersama-sama terhadap produksi padi di Yogyakarta.

Analisis Tambahan: Mengapa Hasil Ini Terjadi?

Berdasarkan hasil tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa intensitas lahan masih menjadi penentu utama dalam produksi pertanian di Yogyakarta. Keterbatasan luasan lahan akibat urbanisasi dan konversi fungsi lahan menjadi tantangan serius. Hal ini sesuai dengan data BPS 2018 yang menunjukkan penurunan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB dari 13,34% (2014) menjadi 12,81% (2018).

Tenaga kerja yang tidak berpengaruh mungkin disebabkan oleh:

  • Modernisasi pertanian yang mulai menggantikan tenaga manusia dengan mesin.

  • Out-migration tenaga kerja muda ke sektor industri dan jasa yang dianggap lebih prospektif.

Penanaman modal yang tidak berpengaruh signifikan kemungkinan karena:

  • Modal yang masuk lebih banyak diarahkan ke sektor industri dan pariwisata, bukan ke pengembangan infrastruktur atau teknologi pertanian.

  • Investasi sektor pertanian mungkin lebih banyak terserap di hulu (seperti pembelian alat berat) daripada mendukung langsung produktivitas padi.

Studi Kasus Pendukung

Dalam konteks nasional, fenomena ini sejalan dengan tren di banyak daerah lain di Indonesia. Sebagai contoh, menurut BPS Nasional, dalam dekade terakhir, Indonesia kehilangan rata-rata 96.000 hektar lahan sawah per tahun, sebagian besar dikonversi menjadi permukiman dan kawasan industri.

Data global juga memperkuat tren ini. FAO (2020) melaporkan bahwa tekanan urbanisasi menyebabkan banyak negara berkembang mengalami stagnasi produktivitas pertanian meski jumlah tenaga kerja meningkat.

Perbandingan dengan Penelitian Lain

Penelitian ini memperkaya literatur yang sudah ada, misalnya:

  • Yon Alferi (2010): Menemukan bahwa luas lahan dan tenaga kerja sama-sama berpengaruh terhadap pertumbuhan pertanian di Deli Serdang.

  • Hermansyah Putra & Muhammad Nasir (2015): Menunjukkan bahwa penanaman modal dalam negeri berpengaruh signifikan terhadap produksi sektor pertanian di Aceh.

Jika dibandingkan, hasil Wahyu Mareta Risqi Pratama menunjukkan pergeseran pola di mana luas lahan masih menjadi faktor utama, tetapi tenaga kerja dan modal mulai kehilangan peranan langsung — setidaknya di Yogyakarta.

Kritik Konstruktif

Meskipun penelitian ini solid, ada beberapa hal yang bisa ditingkatkan:

  • Perlu mempertimbangkan faktor teknologi: Misalnya adopsi varietas unggul atau penggunaan sistem irigasi modern.

  • Faktor kelembagaan: Seperti peran kelompok tani atau kebijakan pemerintah setempat, belum dieksplorasi.

  • Segmentasi tenaga kerja: Memisahkan tenaga kerja berdasarkan skill atau pendidikan bisa memberikan insight tambahan.

Implikasi Praktis

Bagi pengambil kebijakan:

  • Program revitalisasi pertanian harus fokus pada optimalisasi penggunaan lahan yang ada.

  • Dorongan investasi tidak hanya di sektor hulu tetapi juga hilir pertanian, seperti processing dan marketing.

  • Pelatihan tenaga kerja tani untuk menguasai teknologi pertanian modern perlu diprioritaskan.

Kesimpulan

Penelitian ini memperjelas bahwa lahan tetap menjadi faktor sentral dalam produksi padi di Yogyakarta. Dengan tantangan alih fungsi lahan dan minimnya dampak tenaga kerja serta modal, diperlukan kebijakan yang lebih inovatif agar produksi pertanian tetap kompetitif dan berkelanjutan.

Sumber Artikel:
Wahyu Mareta Risqi Pratama. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Sektor Pertanian di Provinsi Yogyakarta 2014–2018. Skripsi, Universitas Islam Indonesia, 2019.

Selengkapnya
Inilah Faktor Utama yang Menentukan Produksi Padi di Yogyakarta, Bukan Modal atau Tenaga!
page 1 of 1