BUMN
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 23 April 2025
Pandemi Covid-19 telah mengguncang hampir seluruh sendi kehidupan, termasuk sektor konstruksi yang sangat bergantung pada investasi jangka panjang dan proyek-proyek pemerintah. Di Indonesia, dampak pandemi sangat terasa pada tahun 2020 ketika ekonomi resmi memasuki resesi setelah dua kuartal berturut-turut mencatatkan pertumbuhan negatif. Pada kuartal kedua 2020, PDB turun sebesar 5,32 persen dan di kuartal ketiga, penurunan masih terjadi sebesar 3,49 persen.
Sektor konstruksi mengalami kontraksi signifikan dengan penurunan pendapatan hingga 87,94 persen menurut data BPS. Hal ini terjadi karena anggaran pembangunan dialihkan untuk penanganan pandemi, menyebabkan banyak proyek ditunda atau dibatalkan. Empat BUMN yang tercatat di Bursa Efek Indonesia—PT Adhi Karya (ADHI), PT Pembangunan Perumahan (PTPP), PT Waskita Karya (WSKT), dan PT Wijaya Karya (WIKA)—menjadi representasi bagaimana sektor ini menghadapi badai ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Fokus Penelitian: Mengukur Ketahanan dan Potensi Kebangkrutan
Penelitian ini bertujuan menilai kinerja keuangan keempat BUMN konstruksi dan memprediksi potensi kebangkrutan menggunakan dua pendekatan utama:
Penelitian mencakup data dari laporan keuangan tahunan 2019, 2020, dan 2021 untuk menangkap dampak sebelum dan selama krisis.
ADHI: Terpuruk, Tapi Mulai Bangkit
Kinerja keuangan PT Adhi Karya mencerminkan tekanan berat dari pandemi. Pada 2019, Return on Equity (ROE) perusahaan berada di angka sehat 9,73 persen. Namun, angka ini anjlok menjadi 0,43 persen pada 2020, sebelum sedikit membaik menjadi 1,53 persen di 2021.
Pendapatan ADHI turun 29 persen dari Rp 15,31 triliun pada 2019 menjadi Rp 10,83 triliun pada 2020, dan naik sedikit ke Rp 11,53 triliun pada 2021. Namun laba bersih mengalami penurunan ekstrem sebesar 96 persen pada 2020, dari Rp 665 miliar ke Rp 23,7 miliar.
Likuiditas pun tergerus. Rasio lancar turun dari 123 persen pada 2019 menjadi 101 persen pada 2021. Tingkat hutang semakin tinggi, ditunjukkan dengan menurunnya rasio ekuitas terhadap total aset dari 18,7 persen ke 14,1 persen. Altman Z-Score ADHI juga menunjukkan gejala mengkhawatirkan, merosot dari 1,82 (zona abu-abu) menjadi 0,56 (zona distress) pada 2021.
PTPP: Stabil Tapi Belum Pulih
Kinerja PT Pembangunan Perumahan menunjukkan pola fluktuasi yang khas. ROE PTPP menurun dari 6,97 persen pada 2019 menjadi 1,9 persen pada 2020, kemudian naik tipis ke 2,52 persen di 2021. Pendapatan perusahaan sempat jatuh 35,8 persen di tahun pertama pandemi, dari Rp 24,66 triliun menjadi Rp 15,83 triliun, dan naik sedikit di 2021.
Dari sisi perputaran aset dan inventori, efisiensi perusahaan menurun. Jumlah hari penyimpanan inventaris naik lebih dari dua kali lipat dalam dua tahun. Meskipun demikian, PTPP menunjukkan peningkatan dalam waktu penagihan piutang, menunjukkan bahwa pengelolaan arus kas sedikit membaik.
Rasio ekuitas terhadap total aset PTPP pun mengalami penurunan, dari 29,28 persen ke 25,79 persen. Dengan Altman Z-Score yang menurun dan tetap berada di zona risiko, perusahaan ini masih berada di bawah ancaman tekanan finansial.
WSKT: Jatuh ke Titik Terendah
PT Waskita Karya menjadi BUMN dengan dampak paling parah. ROE anjlok menjadi -57 persen pada 2020, menandakan kerugian besar. Bahkan hingga 2021, ROE masih negatif, meskipun membaik di angka -11,89 persen. Laba bersih negatif mencapai Rp 9,5 triliun pada 2020, sebelum “hanya” minus Rp 1,8 triliun di 2021.
Pendapatan menurun drastis dari Rp 31,39 triliun pada 2019 menjadi hanya Rp 12,22 triliun di 2021. Rasio kas dan aset lancar juga sempat jatuh, sebelum pulih drastis pada 2021, menandakan adanya intervensi keuangan atau efisiensi darurat.
Sayangnya, peningkatan likuiditas tidak diiringi dengan efisiensi. Jumlah hari penagihan piutang dan rotasi inventaris justru semakin memburuk. Z-Score WSKT sempat jatuh ke zona paling kritis namun menunjukkan perbaikan di tahun ketiga.
WIKA: Dari Paling Sehat Menjadi Kurang Sehat
PT Wijaya Karya menjadi BUMN dengan kondisi awal terbaik. Pada 2019, rasio keuangannya tergolong kuat dengan ROE 13,6 persen dan ROI hampir 9 persen. Namun pandemi menyebabkan penurunan tajam. ROE merosot ke 1,23 persen pada 2021, sementara laba bersih turun dari Rp 2,62 triliun menjadi hanya Rp 210 miliar.
Perusahaan tetap mampu menjaga rasio likuiditas di atas ambang aman, meski menurun dari 139 persen ke 100 persen. Rasio ekuitas terhadap aset WIKA menurun dari 30,9 persen ke 25,1 persen, menunjukkan kecenderungan pembiayaan utang yang meningkat.
Meskipun terjadi kemunduran, Z-Score WIKA tetap lebih baik dibandingkan BUMN lain, dan hanya sempat memasuki zona rawan tanpa terperosok ke zona distress.
Refleksi Umum: Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Dari keempat perusahaan, terlihat pola umum dampak pandemi terhadap BUMN konstruksi:
Hal ini menandakan bahwa pandemi bukan hanya menghantam pendapatan, tapi juga melemahkan struktur keuangan secara mendalam.
Opini Kritis dan Rekomendasi
Penelitian ini sangat komprehensif dalam mengevaluasi kesehatan keuangan BUMN konstruksi. Namun ada beberapa catatan penting:
Untuk pemangku kebijakan, riset ini memberi sinyal jelas bahwa reformasi manajemen keuangan BUMN konstruksi perlu dilakukan segera. Transparansi, efisiensi, dan diversifikasi proyek menjadi kunci keberlangsungan keuangan mereka.
Kesimpulan: Mengukur Kesehatan Finansial untuk Membangun Masa Depan
Pandemi menjadi ujian ketahanan sistem keuangan korporasi, dan BUMN konstruksi Indonesia menghadapi tantangan besar. Dengan menelaah laporan keuangan secara mendalam dan memanfaatkan alat prediktif seperti Altman Z-Score, kita dapat melihat dengan lebih jernih risiko dan peluang dari sisi keuangan.
Langkah selanjutnya harus fokus pada penguatan struktur modal, efisiensi operasional, dan pengembangan strategi pendanaan yang berkelanjutan. Karena hanya dengan kesehatan finansial yang kuat, pembangunan nasional bisa terus berjalan tanpa terhenti oleh krisis berikutnya.
Sumber asli:
Rachmadiosi Muhammad & Raden Aswin Rahadi (2023). Financial Performance Analysis and Financial Distress Prediction of Indonesia State-Owned Enterprises in The Construction Industry Listed on IDX Before and During Economic Crisis in the Covid-19 Pandemic Era (Period 2019 - 2021). International Journal of Current Science Research and Review, Vol. 6(1), pp. 158–180. DOI: 10.47191/ijcsrr/V6-i1-18
BUMN
Dipublikasikan oleh Azka M Irfan pada 29 September 2024
PT Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) atau biasa disingkat menjadi BKI, adalah sebuah badan usaha milik negara Indonesia yang diberi wewenang untuk mengklasifikasi kapal niaga berbendera Indonesia. Klasifikasi merupakan kegiatan penggolongan kapal berdasarkan konstruksi lambung, mesin, dan listrik kapal untuk memberikan penilaian mengenai kelaiklautan kapal untuk berlayar.[4]
Perusahaan ini juga menggunakan nama ID Survey sebagai identitas dari holding BUMN yang bergerak di bidang jasa survei.
Sejarah
Perusahaan ini didirikan oleh pemerintah Indonesia pada tanggal 1 Juli 1964 sebagai sebuah perusahaan negara (PN). Pada tahun 1977, status perusahaan ini diubah menjadi persero.
Pada bulan Mei 2021, pemerintah resmi menunjuk perusahaan ini sebagai induk holding BUMN jasa survei yang beranggotakan Sucofindo dan Surveyor Indonesia. Pada bulan Desember 2021, perusahaan ini meluncurkan "ID Survey" sebagai identitas dari holding.
Penghargaan
BKI meraih penghargaan dalam kategori The Best GRC For Corporate Governance & Compliance 2022 dalam ajang GRC & Performance Excellence Award 2022.