Inovasi Beton Ramah Lingkungan dalam Teknik Sipil: Solusi Berkelanjutan atau Sekadar Eksperimen?

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza

24 April 2025, 13.04

Pexels.com

Pendahuluan: Ketika Beton Menjadi Ancaman bagi Lingkungan

 

Beton telah menjadi tulang punggung pembangunan modern—dari rumah tinggal hingga gedung pencakar langit, jalan raya hingga jembatan. Namun, siapa sangka bahwa material ini turut menyumbang pada percepatan perubahan iklim? Setiap 1 ton semen yang diproduksi menghasilkan emisi karbon dioksida dalam jumlah yang sama. Ironisnya, beton yang identik dengan kemajuan justru menjadi kontributor utama gas rumah kaca.

 

Sebagai respons terhadap permasalahan ini, muncul konsep green concrete atau beton ramah lingkungan, yang memanfaatkan limbah industri dan material alternatif untuk mengurangi jejak karbon tanpa mengorbankan kekuatan struktural. Artikel ilmiah berjudul Eco-Friendly Concrete Innovation in Civil Engineering oleh Zahra Ghinaya dan Alias Masek mengkaji berbagai inovasi ini secara komprehensif. Namun, seberapa besar harapan yang bisa kita sematkan pada beton ramah lingkungan?

 

Apa Itu Beton Ramah Lingkungan?

 

Menurut Suhendro (2014), beton ramah lingkungan adalah beton yang menggunakan material limbah sebagai salah satu komponennya atau diproduksi melalui proses yang tidak merusak lingkungan. Karakteristik utamanya meliputi:

Konsumsi energi rendah dalam proses produksi

Emisi CO₂ yang lebih sedikit dibanding beton konvensional

Daya tahan dan siklus hidup yang lebih panjang

 

Dengan kata lain, beton ini tidak hanya efisien dari segi lingkungan, tetapi juga berpotensi unggul secara teknis. Namun dalam implementasinya, tantangan teknis dan ketidaksesuaian material alternatif sering kali menghambat aplikasinya di lapangan.

 

Hasil Riset: Antara Harapan dan Kenyataan

 

Penelitian ini mengadopsi pendekatan systematic review terhadap 11 jurnal internasional dari tahun 2006 hingga 2020. Berikut ini adalah rangkuman dari beberapa inovasi yang diuji:

 

1. High Volume Fly Ash (HVFA) Concrete

  • Dikembangkan oleh Malhotra di Kanada, beton ini menggantikan 50–60% semen dengan abu terbang.
  • Telah diterapkan pada jembatan dan fondasi.
  • Kekuatan tekan tidak selalu memadai, tetapi terbukti mengurangi emisi karbon secara signifikan.

 

2. Agregat dari Limbah Kaca, Plastik & Keramik

  • Limbah botol PET menunjukkan performa mekanik lebih tinggi dibanding polystyrene atau serbuk kayu (Ciocan et al., 2018).
  • Limbah keramik menggantikan hingga 30% semen tanpa mengurangi kekuatan beton (Raval et al., 2013).

 

3. Seaweed Mortar

  • Mortar modifikasi dengan bubuk rumput laut menunjukkan kekuatan tekan dan tarik lebih tinggi dari sampel kontrol (Susilorini et al., 2014).
  • Potensi besar untuk beton berkelanjutan berbasis biomaterial.

 

4. Pengganti Agregat Tradisional

  • Kulit kemiri (candlenut shell) sebagai agregat kasar ternyata menghasilkan kekuatan tekan sangat rendah, hanya mencapai 6,51 MPa pada hari ke-15, dibanding 25,09 MPa dari agregat batu biasa.

 

5. Steel Slag dan Foundry Sand

  • Slag baja menunjukkan peningkatan kekuatan hingga 30% saat digunakan dalam batas optimal.
  • Foundry sand menggantikan agregat halus hingga 50% dan tetap mempertahankan kekuatan yang diharapkan.

 

Analisis Kritis: Potensi, Tantangan, dan Arah Masa Depan

 

A. Masalah Utama: Inkonsistensi Kinerja

Salah satu tantangan utama dalam inovasi beton ramah lingkungan adalah ketidakkonsistenan hasil. Meskipun beberapa material limbah berhasil meningkatkan performa mekanis, sebagian besar mengalami penurunan signifikan. Ini menunjukkan bahwa meskipun ide dasarnya kuat, pendekatan substitusi satu-untuk-satu sering kali tidak cukup. Misalnya:

  • Kulit kemiri gagal menggantikan agregat kasar secara efektif karena strukturnya yang rapuh dan tidak homogen.
  • Abu sekam millet (Millet Husk Ash) menunjukkan penurunan workability secara drastis seiring peningkatan persentase pencampuran.

 

B. Potensi Material Lokal: Strategi Regionalisasi

Beberapa inovasi seperti penggunaan pasir laut atau kapur alami menunjukkan hasil yang menjanjikan, terutama di daerah pesisir. Artinya, pendekatan regional—menyesuaikan inovasi dengan ketersediaan sumber daya lokal—dapat menjadi kunci keberhasilan implementasi green concrete secara luas.

 

C. Green Concrete & Circular Economy

Konsep beton ramah lingkungan sejalan dengan ekonomi sirkular yang mengedepankan pemanfaatan kembali limbah sebagai bahan baku. Dalam konteks ini, industri konstruksi dapat mengurangi limbah dan sekaligus meminimalkan konsumsi sumber daya alam baru.

 

Studi Kasus: Tren Global Inovasi Beton Hijau

 

India

Yu et al. (2018) menunjukkan bahwa di India, HVFA digunakan untuk konstruksi jalan dengan performa memuaskan. Negara dengan emisi karbon tinggi seperti India sangat diuntungkan oleh pengurangan emisi yang dihasilkan teknologi ini.

 

Eropa

Negara-negara Uni Eropa mulai menerapkan standar ramah lingkungan pada konstruksi publik. Limbah plastik dan keramik banyak dimanfaatkan, sejalan dengan kebijakan pengurangan sampah non-degradable.

 

Indonesia

Potensi besar terletak pada limbah pertanian seperti sekam padi dan kulit kemiri, tetapi perlu penelitian lanjut agar kekuatan dan daya tahan beton memenuhi standar konstruksi nasional.

 

Rekomendasi Praktis & Implikasi Industri

 

1. Pendekatan Hybrid Material

Kombinasi dua atau lebih limbah dengan sifat saling melengkapi berpotensi menciptakan komposisi yang lebih stabil.

 

2. Standardisasi dan Sertifikasi

Diperlukan parameter standar untuk beton ramah lingkungan agar dapat diterima secara luas di sektor konstruksi.

 

3. Insentif Pemerintah

Regulasi dan insentif finansial bisa mendorong produsen beton untuk berinvestasi dalam pengembangan material ramah lingkungan.

 

4. Pelatihan untuk Kontraktor & Tukang

Inovasi tidak akan berguna tanpa transfer teknologi ke level operasional. Perlu pelatihan tentang pencampuran, curing, dan pemakaian beton hijau di lapangan.

 

Kesimpulan: Inovasi yang Belum Sempurna, Tapi Penuh Harapan

 

Secara keseluruhan, beton ramah lingkungan adalah solusi menjanjikan untuk sektor konstruksi yang lebih berkelanjutan. Namun, berbagai eksperimen yang dikaji menunjukkan bahwa belum semua inovasi bisa diandalkan secara struktural. Oleh karena itu, riset lebih lanjut diperlukan, khususnya untuk:

  • Meningkatkan kekuatan tekan dan tarik dari bahan alternatif
  • Menerapkan pendekatan regional yang disesuaikan dengan kondisi geografis
  • Mengedepankan prinsip circular economy di sektor konstruksi

 

Potensi beton ramah lingkungan sangat besar—bukan hanya untuk mengurangi emisi karbon, tetapi juga sebagai langkah konkret menuju pembangunan yang berkelanjutan.

 

 

Sumber:

 

Ghinaya, Z., & Masek,

A. (2021). Eco-Friendly Concrete Innovation in Civil Engineering. ASEAN Journal of Science and Engineering, 1(3), 191–198.