Analisis Pengelompokan Ekonomi Kabupaten di Jawa Timur: Temuan dan Implikasi Praktis

Dipublikasikan oleh

16 Mei 2025, 08.59

Sumber: Pixabay

Pendahuluan

Paper ilmiah yang berjudul "Pengelompokan Kabupaten/Kota Berdasarkan Indikator Pembangunan Ekonomi dan Potensi Daerah Provinsi Jawa Timur Menggunakan Similarity Weight and Filter Method (SWFM)" menyajikan penelitian tentang pengelompokan daerah berdasarkan indikator ekonomi dan potensi lokal. Paper ini ditulis oleh Renaldy Aprevia Lutfi dan dibimbing oleh Dr. Dra. Ismaini Zain, M.Si., diterbitkan oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, pada tahun 2018. Fokus utama penelitian ini adalah mengelompokkan daerah di Jawa Timur menggunakan metode SWFM untuk mengatasi ketimpangan pembangunan.

Latar Belakang

Provinsi Jawa Timur menghadapi masalah ketimpangan ekonomi antara kabupaten/kota, meskipun tingkat pertumbuhan ekonominya mencapai 5,45% pada tahun 2017. Penelitian ini mencoba mengidentifikasi kelompok daerah berdasarkan indikator ekonomi dan potensi lokal untuk mendukung kebijakan pemerataan.

Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan adalah Similarity Weight and Filter Method (SWFM) yang memungkinkan penggabungan data numerik dan kategori tanpa perlu transformasi. Data yang digunakan berasal dari BPS Jawa Timur dan melibatkan 38 kabupaten/kota dengan variabel ekonomi dan potensi daerah. Pengelompokan dilakukan dengan teknik ward untuk data numerik dan metode k-modes untuk data kategori.

Teknik Analisis

Teknik ward digunakan untuk mengelompokkan data numerik seperti PDRB per kapita, IPM, dan angka partisipasi sekolah, sedangkan k-modes diterapkan pada data kategori seperti ketinggian wilayah dan status daerah utama. Hasilnya menunjukkan pembagian daerah dalam lima kelompok optimum dengan variasi karakteristik ekonomi dan potensi daerah.

Studi Kasus & Data

Hasil pengelompokan menunjukkan adanya lima kelompok kabupaten/kota dengan karakteristik yang berbeda. Kabupaten di dataran tinggi cenderung memiliki potensi pertanian, sementara daerah pesisir memiliki potensi industri perikanan. Kabupaten Surabaya dan Malang tergabung dalam kelompok dengan ekonomi kuat, sedangkan daerah pedalaman lebih fokus pada pertanian.

Analisis dan Nilai Tambah

Penggunaan metode SWFM menunjukkan efektivitas dalam mengelompokkan daerah dengan variabel campuran. Namun, ada kelemahan dalam pembaruan data karena perubahan ekonomi yang dinamis. Sebagai solusi, pembaruan data secara berkala perlu dilakukan untuk menjaga validitas hasil pengelompokan.

Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk merumuskan kebijakan pembangunan berbasis potensi lokal. Dengan adanya pembagian kelompok yang jelas, alokasi sumber daya dapat dilakukan lebih tepat sasaran.

Perbandingan dengan Penelitian Lain

Studi ini sejalan dengan penelitian Prakoso (2017) yang juga menggunakan SWFM pada pengelompokan sekolah di Sidoarjo, tetapi dengan fokus berbeda. Selain itu, penelitian oleh Putri (2017) menunjukkan bahwa ketimpangan ekonomi Jawa Timur masih menjadi isu penting yang perlu diatasi melalui kebijakan berbasis data.

Kesimpulan

Paper ini memberikan kontribusi penting dalam memahami pola pembangunan ekonomi di Jawa Timur melalui metode SWFM. Namun, penelitian lanjutan perlu mempertimbangkan perubahan data secara real-time untuk memperkuat akurasi pengelompokan.

Sumber

Penelitian ini dapat diakses melalui Tugas Akhir Renaldy Aprevia Lutfi di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, 2018.