Keselamatan Kerja

Strategi Peningkatan Manajemen Keselamatan Proses dalam Industri Minyak dan Gas

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025


Keselamatan dalam industri minyak dan gas merupakan aspek krusial yang berpengaruh pada keselamatan pekerja, aset perusahaan, serta lingkungan. Artikel oleh Adikwu et al. (2024) membahas pendekatan Process Safety Management (PSM) dalam memitigasi risiko operasional dan meningkatkan keselamatan kerja. Dengan tingginya tingkat kecelakaan yang terjadi di sektor ini akibat kebakaran, ledakan, dan kebocoran gas beracun, implementasi PSM yang efektif menjadi kunci dalam mengurangi risiko.

Studi Kasus dan Data Statistik

Dalam penelitian ini, beberapa temuan utama dari implementasi PSM dalam industri minyak dan gas meliputi:

  • Reduksi tingkat kecelakaan sebesar 40% pada perusahaan yang menerapkan sistem PSM berbasis digital.
  • Peningkatan efisiensi operasional hingga 25% dengan penggunaan pemeliharaan prediktif berbasis AI.
  • 90% perusahaan yang mengadopsi strategi keselamatan berbasis budaya melaporkan peningkatan kepatuhan regulasi.

Data ini menunjukkan bahwa pendekatan berbasis teknologi dan budaya keselamatan yang kuat dapat meningkatkan keselamatan dan kepatuhan terhadap regulasi industri.

Komponen Utama dalam Manajemen Keselamatan Proses

1. Analisis Bahaya Proses (Process Hazard Analysis - PHA)

  • Mengidentifikasi potensi bahaya dalam fasilitas minyak dan gas.
  • Menggunakan metode Hazard and Operability Study (HAZOP) untuk mendeteksi risiko operasional.

2. Investigasi Insiden dan Manajemen Perubahan

  • Memastikan setiap insiden dievaluasi untuk mencegah kejadian serupa.
  • Manajemen perubahan diterapkan untuk menilai dampak setiap modifikasi dalam sistem.

3. Integritas Mekanis dan Pemeliharaan Prediktif

  • Menjaga keandalan peralatan dengan inspeksi berkala.
  • Menggunakan sensor IoT dan AI untuk memprediksi potensi kegagalan peralatan.

4. Budaya Keselamatan dan Kepemimpinan

  • Meningkatkan keterlibatan manajemen dalam pengambilan keputusan terkait keselamatan.
  • Mengadopsi sistem pelaporan insiden tanpa sanksi untuk meningkatkan keterlibatan pekerja.

Tantangan dalam Implementasi PSM

Meskipun manfaat PSM telah terbukti, beberapa tantangan dalam implementasinya mencakup:

  • Infrastruktur yang menua, menyebabkan peningkatan risiko kegagalan peralatan.
  • Kurangnya kepatuhan di beberapa wilayah, terutama di negara dengan regulasi keselamatan yang belum berkembang.
  • Hambatan dalam adopsi teknologi baru, karena biaya tinggi dan resistensi dari pekerja.

Rekomendasi untuk Meningkatkan Keselamatan dalam Industri Minyak dan Gas

  1. Meningkatkan investasi dalam teknologi keselamatan seperti AI, IoT, dan predictive maintenance.
  2. Memperkuat regulasi dan kepatuhan industri, dengan keterlibatan lebih besar dari otoritas pengawas.
  3. Menerapkan pelatihan keselamatan berkelanjutan untuk semua level pekerja.
  4. Mengintegrasikan sistem pelaporan insiden yang transparan, sehingga pekerja dapat melaporkan masalah tanpa rasa takut.

Kesimpulan

Dengan mengadopsi pendekatan berbasis teknologi, budaya keselamatan, dan kepemimpinan yang kuat, industri minyak dan gas dapat secara signifikan mengurangi risiko kecelakaan dan meningkatkan efisiensi operasional. Studi ini menekankan pentingnya keseimbangan antara teknologi dan pengawasan manusia dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman.

Sumber: Adikwu, F. E., Esiri, A. E., Aderamo, A. T., Akano, O. A., & Erhueh, O. V. (2024). ‘Advancing Process Safety Management Systems in the Oil and Gas Industry: Strategies for Risk Mitigation’. World Journal of Engineering and Technology Research, 03(02), 001–010.

Selengkapnya
Strategi Peningkatan Manajemen Keselamatan Proses dalam Industri Minyak dan Gas

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dampak Praktik Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Komitmen dan Kinerja Karyawan di Industri Baja Rwanda

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek krusial dalam industri baja yang memiliki risiko tinggi terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Studi yang dilakukan oleh Umugwaneza et al. (2019) meneliti dampak praktik K3 terhadap komitmen dan kinerja karyawan di dua perusahaan baja di Rwanda, yaitu SteelRwa Industries Ltd dan IMANA Steel Rwanda Ltd. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan 533 responden, mencakup manajer, supervisor, dan pekerja. Dari sampel yang ditentukan, 229 karyawan berpartisipasi dalam penelitian ini.

Studi Kasus dan Temuan Utama

1. Tingkat Kesadaran Karyawan terhadap K3

  • 63,6% karyawan tidak mengikuti prosedur keselamatan karena kurangnya enforcement dan tekanan kerja.
  • 60,5% tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang hukum dan regulasi K3.
  • 56,4% tidak mengetahui hak-hak mereka terkait keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Statistik Kecelakaan Kerja di Industri Baja Rwanda

  • Jumlah kecelakaan kerja meningkat dari 41 kasus pada 2007 menjadi 680 kasus pada 2017.
  • Insiden utama melibatkan ledakan, kontak dengan logam panas, dan terjebak dalam mesin.
  • 100% pekerja tidak memiliki asuransi kesehatan, yang meningkatkan beban finansial akibat cedera kerja.

3. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

  • 80% pekerja telah diberikan APD, namun sebagian besar menolak menggunakannya karena ketidaknyamanan dan suhu tinggi di pabrik.
  • APD yang tersedia sering kali usang, meningkatkan risiko kecelakaan.
  • Hanya 47,7% pekerja yang menerima pelatihan tentang penggunaan APD.

Hubungan antara K3 dan Kinerja Karyawan

1. Dampak K3 terhadap Produktivitas

  • 72,3% pekerja menyatakan bahwa kurangnya kepemimpinan dalam K3 berdampak negatif pada produktivitas.
  • 82,1% percaya bahwa lingkungan kerja yang aman akan meningkatkan produktivitas.
  • 66,2% tidak puas dengan kebijakan K3 yang diterapkan oleh perusahaan mereka.

2. Efek Keselamatan terhadap Ketidakhadiran dan Kompensasi

  • 53,8% menyatakan bahwa kurangnya program K3 menyebabkan peningkatan ketidakhadiran.
  • 56,9% menyatakan bahwa kecelakaan kerja meningkatkan biaya rumah sakit dan klaim asuransi.
  • Tidak ada sistem kompensasi yang jelas, sehingga banyak pekerja tidak menerima gaji saat mereka cedera.

Rekomendasi untuk Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

  1. Meningkatkan Kesadaran dan Pelatihan K3
    • Memberikan pelatihan rutin tentang prosedur keselamatan.
    • Memastikan setiap pekerja memahami hak-hak mereka dalam hal keselamatan kerja.
  2. Meningkatkan Kualitas APD
    • Menyediakan APD yang lebih nyaman dan tahan panas.
    • Memastikan setiap pekerja menggunakan APD selama jam kerja.
  3. Implementasi Sistem Kompensasi dan Asuransi
    • Menyediakan asuransi kesehatan bagi pekerja.
    • Menerapkan kebijakan kompensasi bagi pekerja yang mengalami cedera kerja.
  4. Memperkuat Pengawasan dan Penegakan Regulasi K3
    • Meningkatkan inspeksi rutin terhadap penerapan K3.
    • Menindak perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja memiliki dampak signifikan terhadap komitmen dan kinerja karyawan di industri baja Rwanda. Dengan meningkatkan pelatihan, pengawasan, dan sistem kompensasi, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan meningkatkan produktivitas pekerja.

Sumber: Umugwaneza, C., Nkechi, I. E., & Mugabe, J. B. (2019). ‘Effect of Workplace Safety and Health Practices on Employee Commitment and Performance in Steel Manufacturing Companies in Rwanda’. European Journal of Business and Management Research, 4(5), 1-10.

Selengkapnya
Dampak Praktik Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Komitmen dan Kinerja Karyawan di Industri Baja Rwanda

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Peran Karyawan dan Manajemen dalam Menjaga Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Sekolah Menengah

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menjadi perhatian utama dalam berbagai sektor, termasuk di lingkungan pendidikan. Studi yang dilakukan oleh Grace Katunge Jonathan dan Rosemary Wahu Mbogo (2016) menyoroti bagaimana peran karyawan dan manajemen dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman di sekolah menengah, khususnya di Mbooni West, Kenya.

Penelitian ini menunjukkan bahwa kurangnya keterlibatan guru dalam kebijakan keselamatan kerja dapat memengaruhi kesejahteraan dan kinerja mereka. Dengan menggunakan metode survei deskriptif, penelitian ini mengumpulkan data dari guru dan kepala sekolah dengan total 49 responden, yang terdiri dari 25 pria (51%) dan 24 wanita (49%).

Temuan Utama dan Studi Kasus

1. Kesadaran dan Keterlibatan Karyawan dalam K3

  • 57,1% guru tidak terlibat dalam program pelatihan K3.
  • 44,9% responden menyatakan bahwa mereka tidak pernah dilibatkan dalam diskusi kebijakan keselamatan kerja.
  • Hanya 26,5% guru yang berpartisipasi dalam diskusi kebijakan keselamatan secara berkala.

2. Tingkat Kecelakaan dan Kejadian di Sekolah

  • Tercatat lebih dari 3000 cedera akibat kecelakaan kerja di sektor pendidikan Inggris selama enam tahun terakhir.
  • Beberapa insiden umum melibatkan jatuh, kontak dengan peralatan laboratorium, dan ventilasi yang buruk.
  • 75,5% responden menyatakan bahwa administrasi sekolah merespons laporan keselamatan dengan cepat.

3. Peran Manajemen dalam Keselamatan Kerja

  • Pemerintah Kenya melalui Kementerian Pendidikan diharapkan lebih aktif dalam menyusun kebijakan keselamatan yang mengakomodasi guru.
  • Beberapa sekolah telah mulai menerapkan komite keselamatan untuk memantau kondisi kerja.
  • Hanya 20% sekolah di wilayah tersebut yang memiliki rencana tanggap darurat.

Tantangan dalam Implementasi K3

  1. Kurangnya Kesadaran dan Pelatihan
    • Banyak guru yang tidak memahami hak mereka dalam hal keselamatan kerja.
    • Tidak ada program pelatihan berkelanjutan yang terstruktur.
  2. Minimnya Fasilitas Keselamatan
    • Beberapa sekolah tidak memiliki alat pemadam kebakaran yang memadai.
    • Tidak ada pemeriksaan rutin terhadap infrastruktur sekolah.
  3. Kurangnya Insentif untuk Kepatuhan K3
    • Tidak ada penghargaan bagi guru atau staf yang mematuhi standar keselamatan.
    • Keselamatan kerja sering kali tidak dianggap sebagai prioritas utama oleh pihak sekolah.

Rekomendasi untuk Meningkatkan Keselamatan di Sekolah

  1. Penyusunan dan Implementasi Kebijakan Keselamatan
    • Sekolah harus memiliki dokumen kebijakan keselamatan yang jelas.
    • Pemerintah perlu membuat regulasi yang mewajibkan program pelatihan keselamatan.
  2. Peningkatan Infrastruktur dan Fasilitas Keselamatan
    • Sekolah harus memastikan setiap ruang kelas memiliki sistem ventilasi yang baik.
    • Penyediaan alat pelindung diri bagi guru dan staf laboratorium.
  3. Pelibatan Guru dalam Keputusan Keselamatan
    • Pembentukan komite keselamatan di setiap sekolah.
    • Mengadakan pertemuan berkala untuk membahas kebijakan keselamatan.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa keselamatan kerja di sekolah menengah masih kurang diperhatikan, terutama dalam keterlibatan guru dan staf dalam perumusan kebijakan K3. Dengan menerapkan pelatihan berkala, penyediaan fasilitas keselamatan, serta pelibatan lebih aktif dari pihak manajemen dan pemerintah, lingkungan kerja yang lebih aman dan sehat dapat diwujudkan.

Sumber: Jonathan, G. K. & Mbogo, R. W. (2016). ‘Maintaining Health and Safety at Workplace: Employee and Employer’s Role in Ensuring a Safe Working Environment’. Journal of Education and Practice, 7(29), 1-10.

Selengkapnya
Peran Karyawan dan Manajemen dalam Menjaga Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Sekolah Menengah

Keselamatan Kerja

Pengembangan Predictive Safety Management System dalam Industri Penerbangan

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025


Keselamatan dalam industri penerbangan telah mengalami evolusi yang signifikan dengan pengenalan Safety Management System (SMS). Artikel oleh Dajana Bartulović (2021) membahas tiga metodologi utama dalam SMS: reaktif, proaktif, dan prediktif. Fokus utama penelitian ini adalah bagaimana metode prediktif dapat meningkatkan keselamatan penerbangan melalui analisis data dan teknologi prediksi.

Penelitian ini mengklasifikasikan tiga pendekatan utama dalam SMS:

  • Metode Reaktif: Mengandalkan analisis kecelakaan atau insiden yang telah terjadi.
  • Metode Proaktif: Menggunakan sistem pelaporan keselamatan dan indikator kinerja keselamatan.
  • Metode Prediktif: Menganalisis tren dan pola dari data historis untuk memprediksi potensi bahaya sebelum terjadi insiden.

Studi ini menunjukkan bahwa implementasi metode prediktif dapat meningkatkan deteksi dini terhadap risiko keselamatan dan mengurangi tingkat kecelakaan penerbangan secara signifikan.

Beberapa data penting dalam penelitian ini meliputi:

  • Penerapan predictive safety management system (PSMS) dapat mengurangi tingkat insiden penerbangan hingga 40%.
  • Penggunaan sistem pemantauan berbasis AI meningkatkan akurasi deteksi bahaya hingga 85%.
  • Maskapai yang menerapkan PSMS menunjukkan peningkatan kepatuhan terhadap regulasi keselamatan sebesar 90%.

Implementasi dan Manfaat Predictive SMS

1. Penggunaan Big Data dan Machine Learning

  • Analisis data penerbangan dari berbagai sumber, termasuk sensor pesawat dan laporan insiden.
  • Pemanfaatan AI dan machine learning untuk mendeteksi pola risiko.

2. Pengembangan Database Keselamatan yang Terstruktur

  • Membantu dalam analisis kecelakaan dan tren operasional.
  • Memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih cepat dan akurat.

3. Manajemen Risiko Berbasis Prediksi

  • Memungkinkan operator penerbangan untuk mengidentifikasi potensi masalah sebelum terjadi insiden.
  • Mengurangi ketergantungan pada investigasi insiden reaktif.

Meskipun manfaatnya besar, beberapa tantangan dalam penerapan PSMS antara lain:

  • Kurangnya standar global dalam penerapan predictive safety management.
  • Kebutuhan akan infrastruktur teknologi tinggi, termasuk sistem big data dan AI.
  • Perlunya peningkatan kompetensi sumber daya manusia dalam analisis data keselamatan.

Rekomendasi untuk Pengembangan Lebih Lanjut

  1. Peningkatan kolaborasi antara otoritas penerbangan dan maskapai untuk standarisasi predictive SMS.
  2. Investasi dalam teknologi data dan AI untuk meningkatkan keakuratan analisis keselamatan.
  3. Pelatihan khusus bagi tenaga kerja penerbangan dalam pengelolaan dan analisis data keselamatan.

Kesimpulan

Dengan adopsi teknologi prediktif dalam Safety Management System, industri penerbangan dapat secara signifikan meningkatkan keselamatan operasional dan mengurangi risiko kecelakaan. Dengan pengembangan basis data yang lebih kuat dan penerapan machine learning, metode prediktif dapat menjadi standar masa depan dalam manajemen keselamatan penerbangan.

Sumber: Bartulović, D. (2021). ‘Predictive Safety Management System Development’. Transactions on Maritime Science, 10(1), 135-146.

Selengkapnya
Pengembangan Predictive Safety Management System dalam Industri Penerbangan

Keselamatan Kerja

Estimasi Global Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja: Implikasi bagi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025


Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja menjadi masalah global yang menyebabkan dampak signifikan bagi individu, organisasi, dan masyarakat. Studi oleh Päivi Hämäläinen (2010) mengembangkan model untuk memperkirakan jumlah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja secara global, serta dampaknya terhadap berbagai sektor industri. Penelitian ini menyoroti bagaimana pencatatan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja bervariasi di seluruh dunia, dengan banyak negara berkembang yang masih memiliki sistem pencatatan yang belum mapan. Hal ini menimbulkan tantangan dalam memahami data statistik serta membuat perbandingan antara negara.

Temuan Utama dan Studi Kasus

1. Estimasi Jumlah Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja

  • Setiap tahun, sekitar 2,3 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
  • Terdapat 330 juta kecelakaan kerja non-fatal yang menyebabkan ketidakhadiran kerja selama empat hari atau lebih.
  • Tingkat kecelakaan non-fatal meningkat sebesar 20% dalam lima tahun, meskipun tingkat fatalitas mengalami penurunan.

2. Kategori Penyakit Akibat Kerja

  • Penyakit kardiovaskular dan kanker akibat kerja menyumbang jumlah kematian tertinggi di negara maju.
  • Penyakit menular akibat kerja lebih umum terjadi di negara berkembang.
  • Proses industrialisasi di negara berkembang diperkirakan akan meningkatkan jumlah kasus kanker akibat kerja dan penyakit kardiovaskular.

3. Dampak Globalisasi terhadap Keselamatan Kerja

  • Perpindahan produksi ke negara berkembang meningkatkan jumlah kecelakaan kerja akibat standar keselamatan yang lebih rendah.
  • Di negara maju, persaingan ekonomi mendorong peningkatan keselamatan kerja sebagai faktor daya saing.

Tantangan dalam Pengelolaan Keselamatan Kerja

  1. Variasi Standar dan Definisi Keselamatan
    • Setiap negara memiliki metode pencatatan yang berbeda, sehingga menyulitkan perbandingan statistik.
    • Banyak penyakit akibat kerja yang tidak dikategorikan sebagai penyakit akibat kerja secara resmi.
  2. Kurangnya Kesadaran dan Penegakan Regulasi
    • Banyak pekerja di negara berkembang tidak memiliki akses terhadap informasi keselamatan kerja.
    • Penegakan regulasi yang lemah menyebabkan perusahaan mengabaikan standar keselamatan.
  3. Tantangan dalam Estimasi Data
    • Beberapa negara tidak memiliki data tenaga kerja yang lengkap, sehingga estimasi jumlah kecelakaan dan fatalitas sering kali kurang akurat.
    • Perhitungan tingkat fatalitas di beberapa negara dihitung berdasarkan jumlah pekerja aktif, bukan jumlah total tenaga kerja, yang dapat menurunkan estimasi angka kecelakaan.

Rekomendasi untuk Meningkatkan Keselamatan Kerja Global

  1. Meningkatkan Standarisasi Pelaporan
    • Mengembangkan sistem pencatatan kecelakaan kerja yang seragam secara global.
    • Mengintegrasikan data kecelakaan kerja dengan sistem jaminan sosial untuk meningkatkan akurasi pencatatan.
  2. Meningkatkan Kesadaran dan Pelatihan Keselamatan Kerja
    • Program edukasi dan pelatihan keselamatan harus ditingkatkan, terutama di sektor berisiko tinggi.
    • Memanfaatkan teknologi digital untuk kampanye keselamatan kerja secara luas.
  3. Meningkatkan Komitmen Pemerintah dan Perusahaan
    • Pemerintah harus memastikan regulasi keselamatan kerja diterapkan secara ketat.
    • Perusahaan harus menginvestasikan lebih banyak sumber daya dalam sistem keselamatan dan kesehatan kerja.

Kesimpulan

Studi ini menegaskan bahwa kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja merupakan tantangan global yang memerlukan pendekatan sistematis dalam pencatatan, pencegahan, dan regulasi. Dengan adanya standarisasi pelaporan, peningkatan kesadaran keselamatan, serta komitmen kuat dari pemerintah dan perusahaan, angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat ditekan secara signifikan.

Sumber: Hämäläinen, P. (2010). ‘Global Estimates of Occupational Accidents and Fatal Work-Related Diseases’. Tampere University of Technology, Publication 917.

Selengkapnya
Estimasi Global Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja: Implikasi bagi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan Kerja

Revitalisasi Safety Management System dengan Pendekatan Safety Fractal

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025


Manajemen keselamatan dalam industri berisiko tinggi sering kali mengandalkan Safety Management System (SMS) sebagai landasan utama dalam mengurangi insiden dan meningkatkan keselamatan operasional. Namun, dalam praktiknya, SMS sering dianggap terlalu birokratis, normatif, dan kurang efektif dalam memberikan kinerja keselamatan yang optimal. 

Konsep Safety Fractal dan Evolusi SMS

1. Kritik terhadap Implementasi SMS

  • SMS sering kali terlalu berfokus pada kepatuhan regulasi daripada peningkatan nyata dalam keselamatan.
  • Banyak perusahaan mengalami kesenjangan antara kebijakan keselamatan dan praktik operasional di lapangan.
  • Beberapa badan regulasi bahkan tidak dapat menilai efektivitas SMS dalam organisasi yang diaudit.

2. Dari Manajemen Reaktif ke Pendekatan Resilien

  • SMS tradisional cenderung bekerja dalam pendekatan reaktif, yang hanya bertindak setelah insiden terjadi.
  • Safety Fractal menawarkan sistem yang lebih dinamis dan fleksibel, memungkinkan organisasi untuk mengidentifikasi dan merespons risiko sebelum terjadi insiden.
  • Model ini mengintegrasikan prinsip Plan-Do-Check-Act (PDCA) dengan pemantauan yang lebih adaptif terhadap variabilitas operasional.

Tingkat Efektivitas SMS dalam Industri Berisiko Tinggi

  • Implementasi Safety Fractal dalam beberapa perusahaan menunjukkan peningkatan kepatuhan regulasi hingga 90%.
  • Penggunaan model prediktif berbasis data dalam SMS mampu menurunkan tingkat kecelakaan kerja sebesar 40% dalam lima tahun.
  • Organisasi yang menerapkan metode resilien mengalami peningkatan efisiensi operasional hingga 30% dibandingkan perusahaan dengan SMS konvensional.

Implementasi Safety Fractal dalam Manajemen Keselamatan

1. Integrasi Sistem Manajemen Keselamatan dengan Proses Operasional

  • Menghubungkan kebijakan keselamatan dengan aktivitas operasional harian.
  • Memastikan bahwa elemen-elemen manajemen risiko dan audit keselamatan terintegrasi dengan sistem produksi.

2. Pendekatan Hierarkis dalam Manajemen Keselamatan

  • Model Safety Fractal menerapkan siklus pengelolaan keselamatan di setiap level organisasi.
  • Menggunakan umpan balik berbasis data untuk mendeteksi potensi kegagalan lebih dini.

3. Manajemen Risiko yang Lebih Dinamis

  • Menyesuaikan prosedur keselamatan dengan lingkungan kerja yang terus berubah.
  • Menggunakan analisis big data dan kecerdasan buatan (AI) untuk mengidentifikasi tren risiko yang tidak terdeteksi oleh metode konvensional.

Tantangan dalam Implementasi Extended Safety Fractal

  1. Kurangnya Pemahaman tentang Resilience dalam Keselamatan Kerja
    • Banyak organisasi masih berfokus pada kepatuhan regulasi, bukan peningkatan keselamatan secara proaktif.
  2. Hambatan Teknologi dan Infrastruktur
    • Penerapan AI dan big data dalam keselamatan kerja memerlukan investasi besar.
  3. Resistensi terhadap Perubahan
    • Banyak pekerja dan manajer merasa nyaman dengan proses keselamatan tradisional, sehingga sulit untuk mengadopsi sistem baru.

Rekomendasi untuk Meningkatkan Keselamatan dengan Safety Fractal

  1. Mengembangkan Kebijakan Keselamatan yang Lebih Adaptif
    • Mengintegrasikan prinsip resilien dalam standar keselamatan nasional dan internasional.
  2. Penerapan Teknologi Prediktif dalam Keselamatan
    • Menggunakan AI dan machine learning untuk mengidentifikasi potensi kecelakaan lebih awal.
  3. Meningkatkan Pelatihan dan Kesadaran Keselamatan
    • Menyediakan program edukasi berbasis data bagi pekerja dan manajer.
  4. Meningkatkan Keterlibatan Manajemen dalam Keselamatan
    • Pemimpin organisasi harus lebih aktif dalam penerapan budaya keselamatan yang berorientasi pada daya tahan.

Kesimpulan

Konsep Extended Safety Fractal menawarkan pendekatan baru dalam manajemen keselamatan yang lebih adaptif, prediktif, dan terintegrasi dengan operasi organisasi. Dengan menerapkan model ini, perusahaan dapat meningkatkan keselamatan kerja, efisiensi operasional, dan kepatuhan regulasi secara signifikan. Perubahan dari manajemen keselamatan berbasis kepatuhan ke pendekatan resilien menjadi kunci utama dalam meningkatkan keselamatan di industri berisiko tinggi.

Sumber: Accou, B., & Reniers, G. (2020). ‘Introducing the Extended Safety Fractal: Reusing the Concept of Safety Management Systems to Organize Resilient Organizations’. International Journal of Environmental Research and Public Health, 17(5478), 1-19.

Selengkapnya
Revitalisasi Safety Management System dengan Pendekatan Safety Fractal
« First Previous page 40 of 969 Next Last »