Logistik Cerdas
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juni 2025
Pendahuluan
Dalam industri logistik, tantangan terbesar terletak pada "last-mile delivery" (LMD)—tahap akhir dalam rantai pasok yang menentukan pengalaman pelanggan. LMD menyumbang hingga 41% dari total biaya logistik dan sering kali menjadi faktor utama dalam kepuasan pelanggan.
Penelitian ini membahas strategi pengembangan konsep layanan LMD yang lebih efisien dan berorientasi pada kebutuhan konsumen. Menggunakan studi kasus DHL Express Finland, penelitian ini mengungkap bagaimana perusahaan meningkatkan kualitas layanan, efisiensi operasional, dan kepuasan pelanggan e-commerce.
Tantangan dalam Last-Mile Delivery
1. Ketidakefisienan dalam Proses Pengiriman
2. Perbedaan Persepsi antara Pelanggan dan Perusahaan
3. Tantangan Infrastruktur dan Teknologi
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan service design process dengan metode berikut:
✅ Survei pada 40 pelanggan DHL Express, dengan 23 responden yang memberikan umpan balik mengenai kepuasan layanan.
✅ Wawancara dengan manajer DHL Express Finland mengenai strategi LMD.
✅ Analisis SWOT dan storyboard untuk mengevaluasi kelemahan serta peluang perbaikan.
Hasil Penelitian: Strategi Optimalisasi LMD oleh DHL Express
1. Sistem Notifikasi Real-Time dan Fleksibilitas Waktu Pengiriman
✅ DHL Express menerapkan sistem pemberitahuan otomatis agar pelanggan dapat menjadwalkan ulang pengiriman sesuai waktu yang diinginkan.
✅ Hasilnya, tingkat keberhasilan pengiriman pertama meningkat dari 70% menjadi 82%.
2. Pengembangan Service Points dan Parcel Lockers
✅ DHL meningkatkan jumlah service points sebanyak 15% untuk mempercepat proses pengambilan paket.
✅ Penggunaan parcel lockers memungkinkan pelanggan mengambil paket kapan saja tanpa harus menunggu kurir.
3. Implementasi Kendaraan Listrik untuk Pengiriman Ramah Lingkungan
✅ DHL mengadopsi sepeda kargo dan kendaraan listrik, mengurangi emisi karbon hingga 30% di area perkotaan.
✅ Kombinasi teknologi AI untuk optimasi rute menekan biaya bahan bakar sebesar 20%.
Studi Kasus: Implementasi LMD oleh DHL Express Finland
1. Perubahan dalam Manajemen Operasional
2. Respons Konsumen terhadap Inovasi LMD
Tantangan dan Rekomendasi bagi DHL Express Finland
1. Meningkatkan Efisiensi Waktu Pengiriman
✅ Rekomendasi: Mengembangkan strategi crowdsourced delivery untuk menjangkau pelanggan lebih cepat.
2. Menekan Biaya Operasional Tanpa Mengurangi Kualitas Layanan
✅ Rekomendasi: Mengoptimalkan penggunaan kendaraan listrik untuk area yang lebih luas.
3. Memperluas Infrastruktur LMD
✅ Rekomendasi: Investasi dalam pengembangan micro-hubs di kota-kota besar untuk mempercepat distribusi.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa strategi optimasi LMD yang diterapkan DHL Express Finland mampu meningkatkan kepuasan pelanggan serta menekan biaya operasional.
✅ Keberhasilan pengiriman pertama meningkat dari 70% menjadi 82% berkat sistem notifikasi otomatis.
✅ Penggunaan parcel lockers dan service points mengurangi kegagalan pengiriman hingga 25%.
✅ Implementasi kendaraan listrik mengurangi emisi karbon sebesar 30%.
Melalui inovasi ini, DHL Express Finland berhasil menciptakan sistem LMD yang lebih efisien, fleksibel, dan ramah lingkungan, sekaligus memenuhi ekspektasi pelanggan e-commerce modern.
Sumber : Aranko, Jenni. (2013). Developing the Last Mile of a Parcel Delivery Service Concept for Consumers. Laurea University of Applied Sciences, Finland.
Logistik Cerdas
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juni 2025
Pendahuluan
Persaingan dalam industri logistik semakin ketat, terutama di segmen last-mile delivery yang berperan penting dalam kepuasan pelanggan. Kualitas layanan dan ketepatan waktu menjadi faktor utama yang memengaruhi pengalaman pengguna layanan pengiriman.
Penelitian ini meneliti pengaruh kualitas layanan dan biaya pengiriman terhadap kepuasan pelanggan Lion Parcel Halim Perdana Kusuma Jakarta, dengan menambahkan variabel ketepatan waktu sebagai mediator. Data dikumpulkan dari 139 pelanggan dan dianalisis menggunakan metode Structural Equation Modelling (SEM) dengan pendekatan Partial Least Square (PLS).
Tantangan dalam Layanan Pengiriman Lion Parcel
1. Ketidaksesuaian Waktu Pengiriman dengan Bukti Pengiriman
2. Transparansi Informasi dan Pelacakan Paket
3. Pengaruh Biaya Pengiriman terhadap Kepuasan Pelanggan
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode SEM-PLS.
Hasil Penelitian: Faktor yang Memengaruhi Kepuasan Pelanggan
1. Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Ketepatan Waktu (H1 - Signifikan)
✅ Tingkat kualitas layanan yang lebih tinggi meningkatkan ketepatan waktu pengiriman.
✅ Statistik T = 3.842; P-value = 0.000, menunjukkan hubungan yang kuat antara kualitas layanan dan ketepatan waktu.
2. Pengaruh Biaya Pengiriman terhadap Ketepatan Waktu (H2 - Signifikan)
✅ Biaya pengiriman yang lebih tinggi sering kali dikaitkan dengan layanan yang lebih cepat dan tepat waktu.
✅ Tingkat signifikansi: T = 5.600; P-value = 0.000.
3. Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Pelanggan (H3 - Tidak Signifikan)
⛔ Pelanggan menilai kualitas layanan Lion Parcel masih kurang optimal, sehingga tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan.
⛔ Statistik T = 1.443; P-value = 0.149.
4. Pengaruh Biaya Pengiriman terhadap Kepuasan Pelanggan (H4 - Signifikan)
✅ Tingkat biaya pengiriman yang wajar meningkatkan kepuasan pelanggan.
✅ Hasil: T = 2.832; P-value = 0.005.
5. Pengaruh Ketepatan Waktu terhadap Kepuasan Pelanggan (H5 - Signifikan)
✅ Semakin tepat waktu pengiriman, semakin tinggi kepuasan pelanggan.
✅ T = 4.348; P-value = 0.000.
Studi Kasus: Implementasi Strategi Layanan Lion Parcel
1. Upaya Meningkatkan Ketepatan Waktu
2. Inovasi dalam Transparansi dan Biaya Pengiriman
3. Dampak terhadap Kepuasan Pelanggan
Rekomendasi untuk Meningkatkan Kualitas Layanan
1. Optimalisasi Sistem Pengiriman
✅ Menggunakan dynamic routing berbasis AI untuk menghindari keterlambatan.
✅ Menambah jumlah kurir di jam-jam sibuk untuk mempercepat distribusi paket.
2. Meningkatkan Transparansi dan Keandalan Layanan
✅ Menyediakan informasi yang lebih akurat terkait estimasi waktu pengiriman.
✅ Meningkatkan fitur pelacakan paket agar lebih responsif terhadap pertanyaan pelanggan.
3. Menyesuaikan Biaya dengan Standar Layanan
✅ Memberikan opsi pengiriman lebih fleksibel dengan harga variatif sesuai kecepatan layanan.
✅ Meningkatkan layanan ekspres dengan jaminan waktu yang lebih ketat.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa ketepatan waktu menjadi faktor utama yang memengaruhi kepuasan pelanggan Lion Parcel.
✅ Ketepatan waktu pengiriman memiliki dampak signifikan terhadap kepuasan pelanggan (P-value = 0.000).
✅ Kualitas layanan berpengaruh terhadap ketepatan waktu tetapi tidak langsung terhadap kepuasan pelanggan.
✅ Biaya pengiriman yang kompetitif meningkatkan kepuasan pelanggan secara signifikan.
Dengan memperbaiki ketepatan waktu dan transparansi layanan, Lion Parcel dapat meningkatkan loyalitas pelanggan dan daya saingnya dalam industri logistik.
Sumber : Ricardianto, Prasadja, Indra Adhitya Kurniawan, Ikawati Ikawati, Tri Gutomo, Eduard Alfian Syamsa Sijabat, Anisa Mahadita, I Gusti Ngurah Agung Eka Teja Kusuma, Tateki Yoga Tursilarini, Sri Yuni Murtiwidayanti, Endri Endri. (2023). Service quality and timeliness: Empirical evidence on the parcel delivery service in Indonesia. Uncertain Supply Chain Management, 11(2023), 1645–1656.
Logistik Cerdas
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juni 2025
Pendahuluan
Dalam dunia logistik modern, last-mile delivery menjadi tantangan utama dalam distribusi barang. Meningkatnya permintaan e-commerce menuntut inovasi dalam pengiriman, terutama di segmen last-mile yang sering kali menjadi titik kritis dalam kepuasan pelanggan. Kendaraan pengiriman otonom (Autonomous Delivery Vehicles/ADVs), seperti drone dan robot, muncul sebagai solusi potensial.
Studi ini bertujuan untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan konsumen di Jerman terhadap ADVs, dengan memperluas Technology Acceptance Model (TAM) menggunakan variabel tambahan seperti motivasi hedonis, sensitivitas harga, dan keamanan privasi.
Tantangan Last-Mile Delivery dan Peran ADVs
Last-mile delivery menyumbang 40%-50% dari total biaya logistik dan menjadi segmen yang paling rentan terhadap gangguan, seperti:
Untuk mengatasi tantangan ini, perusahaan logistik mulai menguji kendaraan pengiriman otonom. ADVs menawarkan solusi berkelanjutan yang lebih efisien, dengan potensi untuk menurunkan biaya operasional hingga 40%.
Metode Penelitian
Studi ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan kuesioner yang dikumpulkan dari 508 responden di Jerman. Model analisis yang digunakan adalah Structural Equation Modelling (SEM), yang menilai hubungan antara variabel seperti perceived usefulness, perceived ease of use, price sensitivity, dan security concerns.
Hasil Penelitian: Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan ADVs
1. Perceived Usefulness dan Perceived Ease of Use
2. Sensitivitas Harga
3. Motivasi Hedonis
4. Keamanan dan Privasi
5. Faktor Demografi
Studi Kasus: Implementasi ADVs di Jerman
1. Pilot Project oleh Starship Technologies
2. Respons Konsumen terhadap Penggunaan ADVs
Rekomendasi untuk Penerapan ADVs di Masa Depan
Kesimpulan
Studi ini menunjukkan bahwa penerimaan ADVs di Jerman dipengaruhi oleh perceived usefulness, ease of use, dan sensitivitas harga. Keamanan data tidak menjadi perhatian utama, tetapi ada perbedaan dalam penerimaan berdasarkan usia dan ketertarikan terhadap teknologi.
Jika ADVs terus dikembangkan dengan harga yang kompetitif dan layanan yang lebih andal, maka mereka memiliki potensi besar untuk merevolusi industri logistik last-mile di masa depan.
Sumber Artikel
Bogatzki, K., & Hinzmann, J. (2020). Acceptance of Autonomous Delivery Vehicles for Last Mile Delivery in Germany – Extending UTAUT2 with Risk Perceptions. Jönköping University.
Logistik Cerdas
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juni 2025
Pendahuluan
Dalam industri e-commerce, last-mile delivery (LMD) memainkan peran kunci dalam meningkatkan pengalaman pelanggan dan efisiensi rantai pasok. LMD menyumbang hingga 37% dari total biaya logistik, sehingga efektivitasnya sangat menentukan daya saing perusahaan.
Penelitian ini mengevaluasi bagaimana DHL eCommerce Vietnam mengadopsi strategi LMD untuk menghadapi tantangan logistik di pasar e-commerce yang berkembang pesat. Studi ini menyoroti tantangan utama, inovasi teknologi, serta peran DHL dalam menciptakan layanan pengiriman yang lebih cepat, murah, dan andal bagi pelanggan di Vietnam.
Tantangan dalam Last-Mile Delivery di Pasar Vietnam
1. Biaya Operasional yang Tinggi
2. Persaingan Ketat di Industri Logistik
3. Kegagalan Pengiriman dan Ketergantungan pada Pembayaran COD
4. Infrastruktur dan Kemacetan Lalu Lintas
Strategi DHL eCommerce Vietnam dalam Last-Mile Delivery
DHL eCommerce Vietnam telah menerapkan berbagai strategi untuk meningkatkan efisiensi LMD:
1. Sistem Pelacakan Real-Time dan Transparansi Pengiriman
✅ Pelanggan dapat melacak pesanan secara real-time, meningkatkan kepuasan pelanggan dan mengurangi ketidakpastian.
✅ Notifikasi otomatis dikirim ke pelanggan untuk memastikan kesiapan penerimaan barang.
2. Jaringan Service Points yang Luas
✅ DHL memiliki jaringan service points yang lebih luas dibandingkan pesaing lokal.
✅ Pelanggan dapat mengambil atau mengembalikan barang dengan lebih fleksibel.
3. Opsi Pengiriman Cepat dan Fleksibel
✅ DHL Parcel Metro menawarkan layanan same-day delivery untuk kota besar seperti Ho Chi Minh dan Hanoi.
✅ Tersedia pilihan waktu pengiriman yang lebih fleksibel untuk menekan angka gagal pengiriman pertama.
4. Penggunaan Kendaraan Ramah Lingkungan
✅ DHL menguji penggunaan kendaraan listrik dan sepeda kargo untuk mengurangi emisi karbon di perkotaan.
✅ Inisiatif ini sejalan dengan strategi global DHL untuk mencapai net-zero emission pada tahun 2050.
Studi Kasus: Implementasi LMD oleh DHL di Vietnam
1. Efektivitas Layanan DHL Parcel Metro
2. Penurunan Tingkat Pengiriman Gagal
3. Persaingan dengan Perusahaan Logistik Lokal
Tantangan dan Rekomendasi untuk DHL eCommerce Vietnam
1. Mengatasi Kegagalan Pengiriman Pertama
✅ Solusi: Menyediakan lebih banyak opsi drop-box dan parcel lockers untuk memungkinkan pengambilan mandiri.
2. Meningkatkan Efisiensi Operasional
✅ Solusi: Mengoptimalkan rute pengiriman menggunakan AI dan Machine Learning, serta memperluas penggunaan kendaraan listrik.
3. Mengurangi Ketergantungan pada COD
✅ Solusi: Mendorong penggunaan dompet digital dan pembayaran non-tunai melalui edukasi pelanggan dan promosi cashback.
4. Menyesuaikan dengan Tren Pasar
✅ Solusi: Mengembangkan sistem fulfillment lokal untuk mempercepat pengiriman tanpa perlu transportasi jarak jauh.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa DHL eCommerce Vietnam telah berhasil meningkatkan daya saing dalam layanan LMD dengan strategi inovatif seperti layanan same-day delivery, sistem pelacakan real-time, dan ekspansi service points.
✅ DHL berhasil menurunkan tingkat pengiriman gagal dari 30% menjadi 18% melalui fleksibilitas waktu dan sistem notifikasi otomatis.
✅ Penggunaan AI dalam optimasi rute dan kendaraan listrik membantu meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan.
✅ Namun, tantangan besar tetap ada, termasuk persaingan ketat dengan layanan lokal seperti Tiki Now dan Shopee Express.
Dengan terus berinovasi dan beradaptasi dengan kebutuhan pasar, DHL eCommerce Vietnam dapat mempertahankan posisinya sebagai pemimpin dalam layanan LMD yang kompetitif dan berkelanjutan di Vietnam.
Sumber Artikel:
Hiep Cong Pham, Dat Nguyen, Chau Doan, Quyen Thai, & Ngoc Nguyen. (2019). Last Mile Delivery as a Competitive Logistics Service – A Case Study. 9th International Conference on Operations and Supply Chain Management, Vietnam.
Logistik Cerdas
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juni 2025
Pendahuluan
Konsep smart city semakin berkembang dengan tujuan menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih efisien dan berkelanjutan. Salah satu tantangan utama dalam pengelolaan smart city adalah last-mile logistics, yang mencakup distribusi barang dalam kota yang sering menghadapi kemacetan, biaya tinggi, dan dampak lingkungan yang signifikan.
Artikel ini membahas tantangan utama dalam last-mile logistics serta solusi yang diterapkan dalam smart cities, termasuk konsolidasi pusat distribusi, micro logistics, dan mobile depots.
Tantangan dalam Last-Mile Logistics di Smart Cities
1. Peningkatan Urbanisasi dan Mobilitas Terbatas
Pertumbuhan populasi perkotaan mengarah pada pembatasan mobilitas dan akses logistik di beberapa wilayah kota. Infrastruktur perkotaan yang padat memperumit distribusi barang, meningkatkan waktu pengiriman, serta biaya operasional.
2. Ledakan E-Commerce dan Kapasitas Terbatas
Meningkatnya permintaan e-commerce mempercepat kebutuhan distribusi barang secara efisien. Namun, keterbatasan kapasitas dalam rantai pasok menyebabkan ketidakseimbangan antara permintaan dan infrastruktur logistik yang tersedia.
3. Ekspektasi Pelanggan yang Berubah
Konsumen saat ini menuntut pengiriman lebih cepat, biaya lebih rendah, dan fleksibilitas lebih besar. Permintaan terhadap layanan same-day delivery terus meningkat, mendorong perusahaan logistik untuk mencari solusi lebih efisien.
4. Masalah Lingkungan dan Kemacetan Lalu Lintas
Tingginya volume kendaraan logistik di perkotaan berkontribusi terhadap polusi udara, kebisingan, dan emisi karbon yang tinggi. Hal ini menimbulkan tekanan bagi pemerintah kota untuk mengembangkan solusi transportasi yang lebih ramah lingkungan.
5. Biaya Operasional yang Tinggi
Last-mile logistics sering kali memiliki biaya distribusi yang tinggi karena ketidakefisienan dalam rute pengiriman, kegagalan pengiriman pertama, dan kurangnya fasilitas konsolidasi yang memadai.
Solusi Inovatif dalam Last-Mile Logistics
1. Konsolidasi Pusat Distribusi di Perkotaan
Konsep urban consolidation centers (UCCs) memungkinkan penyimpanan dan distribusi barang di lokasi yang lebih dekat dengan konsumen. UCCs mengurangi kebutuhan kendaraan besar memasuki pusat kota, sehingga menekan biaya logistik dan mengurangi kemacetan.
Keunggulan:
2. Micro Logistics dan Micro Consolidation Centers
Micro logistics mengacu pada pengelolaan distribusi dalam skala kecil dengan pusat konsolidasi yang lebih dekat dengan penerima barang.
Keunggulan:
3. Mobile Depots untuk Fleksibilitas Pengiriman
Konsep mobile depots memungkinkan kendaraan logistik berfungsi sebagai gudang sementara yang berpindah-pindah di dalam kota. Mobile depots telah diuji oleh TNT Express di Brussels, yang menghasilkan pengurangan waktu pengiriman dan peningkatan efisiensi logistik.
Keunggulan:
4. Penggunaan Teknologi Digital dalam Pengiriman
Integrasi teknologi seperti AI, IoT, dan blockchain membantu meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam last-mile logistics. Teknologi ini memungkinkan optimasi rute otomatis, pelacakan paket secara real-time, serta pembayaran dan verifikasi pengiriman yang lebih aman.
Keunggulan:
Studi Kasus: Implementasi Solusi Smart Logistics
1. Urban Consolidation Centers di Eropa
Beberapa kota di Eropa telah menerapkan UCCs sebagai bagian dari strategi smart logistics. Misalnya, London dan Paris telah mengembangkan pusat konsolidasi logistik untuk mengurangi jumlah kendaraan pengiriman di pusat kota.
Hasil:
2. TNT Express Mobile Depot di Brussels
TNT Express menguji konsep mobile depot sebagai bagian dari proyek STRAIGHTSOL di Brussels.
Hasil:
3. Penggunaan Micro Logistics di Jerman
Di Jerman, beberapa perusahaan logistik telah beralih ke micro logistics untuk mengurangi jarak tempuh dan meningkatkan efisiensi pengiriman.
Hasil:
Rekomendasi untuk Pengembangan Smart Logistics
Kesimpulan
Last-mile logistics merupakan tantangan utama dalam pengelolaan smart cities. Namun, dengan penerapan strategi inovatif seperti konsolidasi pusat distribusi, micro logistics, mobile depots, dan teknologi digital, efisiensi logistik dapat ditingkatkan secara signifikan.
Beberapa pencapaian dari implementasi solusi smart logistics:
Dengan inovasi yang terus berkembang dan dukungan regulasi yang tepat, masa depan last-mile logistics akan semakin efisien, berkelanjutan, dan mampu memenuhi ekspektasi pelanggan di era smart city.
Sumber Artikel
Özbekler, T. M., & Karaman Akgül, A. (2020). Last Mile Logistics in the Framework of Smart Cities: A Typology of City Logistics Schemes. The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, XLIV-4/W3-2020, 335-337.
Logistik Cerdas
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juni 2025
Pendahuluan
Dengan meningkatnya aktivitas e-commerce global, jumlah pengiriman paket meningkat pesat. Namun, last-mile logistics menjadi tantangan utama dalam rantai pasok karena menyumbang emisi karbon yang signifikan, menyebabkan kemacetan lalu lintas, dan meningkatkan konsumsi sumber daya. Studi ini menyoroti bagaimana touchpoints pelanggan dalam perjalanan belanja e-commerce dapat mempengaruhi keputusan mereka untuk memilih opsi pengiriman yang lebih berkelanjutan.
Penelitian ini menggunakan kerangka teoritis dan analisis empiris berbasis wawancara dengan para ahli industri untuk mengidentifikasi titik-titik interaksi pelanggan yang berkontribusi terhadap keberlanjutan dalam last-mile logistics.
Tantangan Keberlanjutan dalam Logistik Last-Mile
1. Dampak Lingkungan dari Last-Mile Logistics
2. Preferensi Pelanggan yang Bertentangan
3. Peran E-Commerce dalam Keberlanjutan
Solusi: Mengoptimalkan Customer Touchpoints untuk Keberlanjutan
Penelitian ini mengidentifikasi bahwa pelanggan dapat dipengaruhi melalui touchpoints di sepanjang perjalanan belanja mereka, termasuk:
1. Komunikasi dan Iklan Berbasis Keberlanjutan
2. Teknologi dan Data-Driven Decision Making
3. Program Loyalitas dan Insentif untuk Pengiriman Berkelanjutan
4. Penggunaan Label Hijau dan Sertifikasi Keberlanjutan
5. Penggunaan Infrastruktur Logistik Berkelanjutan
Studi Kasus Implementasi Keberlanjutan dalam Last-Mile Logistics
Tren Masa Depan dalam E-Commerce dan Logistik Berkelanjutan
Tantangan Implementasi Keberlanjutan dalam Last-Mile Logistics
Kesimpulan & Rekomendasi
Penelitian ini menunjukkan bahwa mengoptimalkan customer touchpoints dalam e-commerce dapat meningkatkan keberlanjutan logistik last-mile secara signifikan. Dengan langkah-langkah berikut, perusahaan dapat mengurangi emisi karbon, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan menghemat biaya operasional:
✅ Gunakan AI dan big data untuk menampilkan opsi pengiriman hijau secara otomatis.
✅ Terapkan parcel lockers dan pick-up points untuk mengurangi pengiriman individu.
✅ Berikan insentif bagi pelanggan yang memilih opsi pengiriman berkelanjutan.
✅ Gunakan teknologi blockchain untuk meningkatkan transparansi rantai pasok.
Dengan strategi ini, e-commerce dapat berkembang dengan cara yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan, mencapai keseimbangan antara efisiensi bisnis dan kepedulian lingkungan.
Sumber Artikel
Hasler, Jannik Alfred (2023). E-Commerce and Last Mile Logistics: Customer Touchpoints Impacting Sustainability. Johannes Kepler University Linz.