Manajemen Pemeliharaan Industri
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 06 Agustus 2025
Di era revolusi industri 4.0, data seolah menjadi mata uang baru. Semua perusahaan berlomba-lomba mengumpulkan data sebanyak-banyaknya. Namun, pertanyaan kritis muncul: “Apakah semua data itu benar-benar memberikan nilai?” Inilah pokok pembahasan dalam paper berjudul “Modelling the Wasted Value of Data in Maintenance Investments”, yang diterbitkan di Journal of Quality in Maintenance Engineering. Penelitian ini menggugah kesadaran bahwa data yang tidak digunakan secara sistematis justru berpotensi menjadi beban dan pemborosan.
Penulis paper ini mengusulkan sebuah pendekatan kuantitatif bernama Wasted Value of Data Model (WVD-model) yang dirancang untuk menilai seberapa besar nilai yang hilang (waste) akibat tidak optimalnya pemanfaatan data dalam konteks investasi maintenance (pemeliharaan aset industri). Dengan studi kasus pada perusahaan manufaktur otomotif di Inggris, paper ini menyajikan evaluasi mendalam bagaimana pengumpulan dan pengolahan data dapat berkontribusi—atau justru merugikan—dalam proses pengambilan keputusan maintenance.
📊 Mengapa Data Bisa Jadi “Limbah Digital”?
Salah satu tantangan utama di sektor industri saat ini adalah overload data—kondisi ketika perusahaan memiliki terlalu banyak data namun minim kemampuan atau rencana sistematis untuk memanfaatkannya. Dalam konteks maintenance, data yang tak digunakan secara efisien bukan hanya tidak berguna, tetapi bisa menimbulkan biaya tambahan berupa waktu, tenaga, dan sumber daya yang terbuang.
Penelitian ini menyoroti bahwa banyak perusahaan terlalu cepat mengadopsi teknologi data karena tren (big data hype) tanpa memahami bagaimana mengevaluasi manfaat dan nilai riil dari data tersebut. Sebagai solusinya, penulis mengembangkan WVD-model, yang memungkinkan perusahaan menilai keuntungan bersih dari investasi maintenance berbasis data dengan menghitung dan meminimalkan berbagai jenis pemborosan (waste).
🛠️ Mengenal WVD-Model: Menakar Nilai vs Pemborosan
Definisi:
Wasted Value of Data Model (WVD-model) adalah model analitik yang dirancang untuk menghitung nilai tambahan dari investasi maintenance berbasis data, dengan fokus pada pengurangan pemborosan dalam proses pengumpulan, pengolahan, dan pemanfaatan data.
Delapan Jenis Waste (Pemborosan):
WVD-model menghitung nilai dari berkurangnya waste tersebut dan menyusunnya ke dalam formula nilai tahunan (𝑉), yang kemudian digunakan untuk mengevaluasi kelayakan investasi.
📐 Formula WVD dan Penjelasannya
Formula Dasar Nilai Tahunan:
V=V1+V2+V3+V4+V5+(1−α)∗V6V = V1 + V2 + V3 + V4 + V5 + (1 - α) * V6
Dimana:
Setiap variabel dalam model ini dijabarkan secara rinci, misalnya:
🏭 Studi Kasus Industri Otomotif: Dari Manual ke Digital Maintenance
Profil Perusahaan:
Sebuah pabrik di Inggris yang memproduksi suku cadang otomotif dengan sistem tiga shift. Selama ini, pencatatan data maintenance dilakukan secara manual menggunakan formulir kertas dan baru diinput ke spreadsheet sekali sehari.
Permasalahan:
Solusi yang Diusulkan:
Investasi dalam Computerized Maintenance Management System (CMMS) dan transisi ke predetermined maintenance (pemeliharaan terjadwal berbasis data historis).
📈 Dampak Kuantitatif dari Implementasi CMMS
Komponen Nilai yang Dihitung:
Hasil Akhir:
V=£1,862−£10,413+(1+0.13)∗£65,428=£65,383V = £1,862 - £10,413 + (1 + 0.13) * £65,428 = £65,383
Nilai tahunan bersih dari investasi: £65,383
💵 Mengukur Kelayakan Investasi: Break-Even Analysis
Dalam bisnis, keputusan investasi harus mempertimbangkan nilai waktu uang. Oleh karena itu, paper ini menggunakan Net Present Value (NPV) sebagai metode evaluasi investasi.
Asumsi:
Break-Even Investment Cost:
I=£65,383/(1.137)1+£65,383/(1.137)2+£65,383/(1.137)3≈£152,563I = £65,383 / (1.137)^1 + £65,383 / (1.137)^2 + £65,383 / (1.137)^3 ≈ £152,563
Artinya, selama total investasi tidak melebihi £152,563, maka proyek implementasi CMMS masih layak secara finansial. Bahkan jika harga CMMS mencapai £30,000, nilai NPV tetap positif.
⚖️ Evaluasi Kritis terhadap Model
Meskipun praktis dan sangat relevan, model ini memiliki beberapa keterbatasan:
1. Belum Mencakup Maintenance Berbasis Kondisi (Condition-Based Maintenance)
Model ini baru mengakomodasi corrective dan predetermined maintenance. Dalam kenyataannya, maintenance berbasis kondisi seperti IoT dan real-time monitoring jauh lebih kompleks dan perlu pendekatan modeling yang berbeda.
2. Asumsi Preventive Rate Agak Optimis
Angka pencegahan kerusakan sebesar 30–40% mengacu pada studi sebelumnya, tapi belum disesuaikan dengan kondisi nyata perusahaan. Tanpa penerapan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), angka ini berisiko terlalu ideal.
3. Estimasi α Masih Subjektif
Probabilitas kesalahan data dihitung berdasarkan survei global, bukan audit aktual. Ke depan, dibutuhkan metode objektif berbasis audit data internal.
📎 Terminologi Baru yang Perlu Dipahami
💼 Relevansi untuk Dunia Industri
Model ini bukan hanya konsep teoretis. Dalam praktik, ia sangat relevan untuk:
Apalagi di masa di mana efisiensi dan ROI (return on investment) menjadi kunci kelangsungan bisnis, model ini membantu mengukur apa yang sebelumnya sulit dihitung: nilai dari data itu sendiri.
🧭 Kesimpulan: Dari Big Data ke Smart Maintenance
Paper ini membuka mata kita bahwa data tidak selalu bernilai, apalagi jika tidak dikelola dengan baik. Melalui pendekatan lean data, pemborosan bisa diminimalkan dan keputusan investasi bisa didasarkan pada bukti kuantitatif yang kuat. Dengan asumsi realistis dan penggunaan variabel yang jelas, WVD-model memberikan alat yang sangat aplikatif dan powerful bagi industri modern.
Di dunia industri yang makin data-driven, pertanyaan yang perlu terus kita tanyakan adalah: Apakah data yang kita miliki benar-benar digunakan untuk menciptakan nilai? Atau justru hanya menambah beban sistem dan sumber daya?
🔗 Referensi Paper
Judul: Modelling the Wasted Value of Data in Maintenance Investments
Jurnal: Journal of Quality in Maintenance Engineering
DOI: https://doi.org/10.1108/JQME-11-2018-0100
Data Science Terapan
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 06 Agustus 2025
Tantangan PdM di Dunia Nyata
Predictive Maintenance (PdM) telah menjadi elemen penting dalam mendukung keberlanjutan dan efisiensi industri, khususnya di era Industry 4.0. Namun, PdM memiliki tantangan besar, terutama saat diterapkan pada sistem kompleks seperti kapal hibrida yang menggunakan Electric Propulsion System (EPS). Salah satu tantangan utama adalah kurangnya data failure yang berkualitas, label yang tidak akurat, dan ketidakseimbangan data antara kondisi normal dan kondisi gangguan.
Tesis ini menyajikan pendekatan cerdas dengan Weakly Supervised Learning (WSL) berbasis Multiple Instance Learning (MIL) yang digabungkan dengan Balanced Random Forest (BRF). Penelitian ini berangkat dari data event-log nyata dari empat kapal komersial milik ABB. Dengan data tersebut, Kristensen menunjukkan bahwa solusi PdM bisa tetap efektif meskipun dengan keterbatasan label dan data minoritas yang sangat kecil.
💡 Konsep Utama: Memadukan MIL dan BRF untuk Menangani Data Lemah dan Tidak Seimbang
Apa Itu Multiple Instance Learning (MIL)?
Multiple Instance Learning (MIL) adalah metode pembelajaran mesin di mana data dikelompokkan dalam “bags” (kantong data), dan label hanya diberikan pada tingkat kantong, bukan individu data. Dalam konteks PdM, satu kantong mewakili sejumlah data operasional dalam jendela waktu sebelum kegagalan terjadi. Tujuannya adalah untuk menemukan minimal satu titik data dalam kantong tersebut yang memang menjadi pemicu kegagalan.
Kelebihan MIL adalah kemampuannya menangani data yang hanya diketahui “kurang lebih” kapan gagalnya, tetapi tidak tahu pasti penyebab pastinya. Inilah kondisi riil di dunia industri, khususnya pada kapal EPS yang sistemnya kompleks dan padat sensor.
Balanced Random Forest (BRF): Solusi Data Tidak Seimbang
Sementara itu, Balanced Random Forest (BRF) adalah variasi dari algoritma Random Forest yang mampu menangani ketidakseimbangan kelas ekstrem. BRF bekerja dengan undersampling kelas mayoritas dan menyamakan distribusinya dengan kelas minoritas, tanpa perlu banyak parameter tambahan seperti pada Weighted Random Forest (WRF).
Metode ini sangat penting karena dalam PdM, jumlah data normal bisa ribuan kali lebih banyak daripada data gangguan. Jika menggunakan RF biasa, model akan cenderung mengabaikan kegagalan karena kelasnya terlalu minoritas.
Gabungan Keduanya: MIL-B-RF
Dalam tesis ini, Kristensen menggabungkan dua teknik tersebut menjadi MIL-B-RF (Multiple Instance Learning through Balanced Random Forest), yang menyasar dua masalah besar sekaligus: label yang lemah (weak labels) dan data yang timpang (imbalanced data).
🧪 Data dan Proses Eksperimen
Penelitian ini menggunakan event-log dari empat kapal hybrid dengan periode data pelatihan dan pengujian sebagai berikut:
Vessel
Rentang Training
Rentang Testing
Failure Training
Failure Testing
1
420 hari
217 hari
6
18
2
591 hari
99 hari
14
16
3
554 hari
143 hari
4
13
4
436 hari
238 hari
5
7
Setiap kantong berisi data operasional selama 3 hari sebelum failure. Data ini kemudian diproses menggunakan teknik window aggregation dan random indexing untuk menghasilkan ribuan fitur numerik, yang digunakan dalam model MIL-B-RF.
📈 Hasil Temuan dan Analisis Kinerja Model
Hasil Klasifikasi (Confusion Matrix)
Pengujian MIL-B-RF menunjukkan hasil cukup memuaskan:
Sebagai contoh, berikut adalah confusion matrix untuk vessel 1:
Pred: 0
Pred: 1
Actual: 0
28.333
281
Actual: 1
1
17
Namun, meskipun TPR-nya tinggi, rasio positif prediksi yang benar (precision) masih rendah. Untuk vessel 1, hanya sekitar 5.7% prediksi positif yang benar-benar berujung pada kegagalan nyata.
Time-to-Failure Regression
Model regresi RF juga diuji untuk memprediksi berapa jam sebelum failure akan terjadi. Namun, akurasi masih rendah dan model cenderung terlalu optimistis, memprediksi failure akan terjadi lebih lambat dari kenyataan.
⚖️ Analisis Fitur: Mana yang Paling Penting?
Tesis ini juga menilai pentingnya fitur yang digunakan:
🤖 Perbandingan Model: Mana yang Lebih Baik?
Kristensen menguji empat varian model:
Hasilnya:
🧠 Opini dan Kritik: Relevansi dan Keterbatasan Nyata
💬 Kekuatan:
⚠️ Kelemahan:
🔭 Rekomendasi Penelitian Lanjutan
Tesis ini menyarankan beberapa arah eksplorasi masa depan:
📎 Referensi dan Kredibilitas
Penelitian ini adalah bagian dari tesis Master’s Program in Data Science, Department of Mathematics, University of Oslo, dengan data real dari ABB. Paper ini dapat diakses melalui sumber resmi berikut:
DOI (jika tersedia): Tidak disediakan dalam dokumen.
Sumber resmi: [University of Oslo Repository (Jika tersedia)] atau melalui permintaan langsung ke penulis: Nicolay Bjørlo Kristensen (2021).
🧩 Kesimpulan: Solusi Menjanjikan, Tapi Masih Perlu Diasah
Tesis ini membuktikan bahwa dengan teknik pembelajaran mesin yang cerdas, seperti MIL-B-RF, Predictive Maintenance tetap bisa diimplementasikan meski data yang tersedia tidak ideal. Meskipun belum sepenuhnya layak digunakan dalam skenario operasional nyata, pendekatan ini membuka jalan bagi strategi PdM yang lebih murah, fleksibel, dan cepat diterapkan.
Dalam dunia nyata, terutama industri maritim dan logistik, temuan ini bisa menjadi dasar awal membangun PdM berbasis machine learning dengan investasi data minimal.
📌 Catatan Akhir:
Jika Anda bekerja di industri dengan data event-log terbatas dan sistem yang kompleks, pendekatan MIL-B-RF bisa menjadi starting point ideal sebelum mengadopsi sistem PdM penuh
Teknologi Industri
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 06 Agustus 2025
Di tengah transformasi global menuju otomatisasi dan digitalisasi, dunia industri menghadapi tantangan dan peluang yang tak pernah sebesar ini. Salah satu topik yang mencuat dalam ranah Industry 4.0 adalah Predictive Maintenance (disingkat PM)—sebuah pendekatan cerdas yang memanfaatkan data dan analitik untuk memprediksi kegagalan mesin sebelum benar-benar terjadi. Paper “A Predictive Maintenance Approach Based in Big Data Analysis” karya João Pedro Gonçalves da Silva menggali konsep ini secara mendalam, dengan pendekatan praktis dan aplikatif, termasuk implementasinya dalam perusahaan kecil-menengah (SME) nyata.
1. Latar Belakang: Industri 4.0 dan Ledakan Data
Industri saat ini hidup dalam gelombang keempat revolusi industri, atau Industry 4.0, di mana otomatisasi, sensor, dan real-time connectivity menjadi tulang punggung produktivitas. Di tengah semua itu, data menjadi “minyak baru” yang menggerakkan mesin inovasi.
Silva menjelaskan bahwa sejak tahun 2000, volume data telah tumbuh secara eksponensial. Dipicu oleh sensor, IoT (Internet of Things), dan sistem informasi digital, perusahaan kini dibanjiri data dari berbagai sumber: mesin produksi, sistem ERP, bahkan perilaku pengguna. Namun, menurutnya, banyak organisasi gagal mengolah data ini menjadi informasi yang bermakna—terutama dalam konteks maintenance.
Apa itu Predictive Maintenance?
Predictive Maintenance adalah strategi pemeliharaan yang menggunakan data historis dan real-time untuk memprediksi kapan sebuah mesin atau komponen akan mengalami kegagalan. Tujuannya adalah mengurangi downtime dan menghindari biaya tak terduga akibat kerusakan. Dibandingkan dengan Reactive Maintenance (memperbaiki setelah rusak) atau Preventive Maintenance (pemeliharaan terjadwal), PM bersifat proaktif dan berbasis bukti.
2. Masalah Industri Saat Ini: Informasi Banyak, Wawasan Minim
Meskipun data berlimpah, mayoritas perusahaan kesulitan mengubahnya menjadi wawasan yang bisa ditindaklanjuti. Salah satu penyebab utama adalah kurangnya infrastruktur analitik dan metodologi standar untuk memproses data. Selain itu, tidak semua industri mampu menerapkan teknologi canggih seperti IoT dan Big Data secara langsung karena keterbatasan SDM, biaya, dan kesiapan sistem.
Silva menyadari kesenjangan ini, dan inilah yang memotivasi risetnya: menciptakan model Predictive Maintenance generik yang bisa diterapkan oleh berbagai industri, termasuk perusahaan kecil dan menengah. Model ini dilengkapi dengan guidelines untuk mempermudah proses implementasi, mulai dari pengumpulan data hingga analisis hasil.
3. Konsep Kunci dalam Pendekatan Predictive Maintenance
a. Cyber-Physical Systems (CPS)
CPS adalah sistem yang mengintegrasikan komponen fisik (seperti mesin) dengan komputasi dan jaringan komunikasi. Dalam konteks industri, CPS memungkinkan mesin saling berbicara dan mengambil keputusan berdasarkan kondisi lingkungan atau status operasional tanpa campur tangan manusia.
b. Internet of Things (IoT)
IoT adalah jaringan perangkat fisik yang saling terhubung melalui internet dan mampu mengumpulkan serta bertukar data. Dalam PM, sensor IoT digunakan untuk memantau parameter penting seperti suhu, tekanan, getaran, dan konsumsi energi. Data ini menjadi bahan bakar bagi algoritma prediksi.
c. Big Data
Big Data mengacu pada kumpulan data dalam jumlah besar, beragam format, dan kecepatan tinggi (sering disebut 3V: Volume, Velocity, Variety). Dalam dunia maintenance, Big Data memungkinkan analisis pola kegagalan, prediksi tren kerusakan, dan pemeliharaan terencana yang lebih akurat.
d. Data Mining
Data mining adalah proses menggali pola atau pengetahuan tersembunyi dalam dataset besar menggunakan teknik statistik dan algoritma pembelajaran mesin. Dalam PM, teknik ini digunakan untuk menemukan indikator awal kegagalan mesin.
4. Metodologi Riset: Design Science Research
Silva menggunakan metodologi Design Science Research (DSR) yang umum dalam penelitian sistem informasi. DSR tidak hanya bertujuan untuk memahami suatu masalah, tetapi juga menciptakan artefak (model, perangkat, panduan) untuk menyelesaikannya. Ada enam tahap utama:
5. Studi Kasus: Inspirasi Model Prediktif
Silva mengkaji lima kasus nyata yang telah berhasil menerapkan Predictive Maintenance, antara lain:
Dari kelima kasus ini, Silva merumuskan Predictive Maintenance Roadmap dan Generic Predictive Maintenance Model.
6. Model Predictive Maintenance Generik
Model ini terdiri dari dua fase utama:
Fase I: Data Extraction
Fase II: Data Prediction & Analysis
7. Aplikasi Nyata: Studi Kasus HFA
Perusahaan manufaktur Portugal bernama HFA dijadikan tempat uji coba model. Fokusnya pada lini produksi Pick and Place (P&P), yaitu mesin yang menempatkan komponen elektronik ke papan sirkuit cetak (PCB).
Beberapa langkah yang dilakukan:
Temuan Menarik:
Namun, implementasi juga menemui kendala:
8. Opini dan Kritik terhadap Temuan Silva
Kelebihan:
Kelemahan:
Relevansi Dunia Nyata:
Dalam konteks industri Indonesia atau negara berkembang lainnya, pendekatan ini sangat relevan. Banyak UKM manufaktur yang belum memanfaatkan data secara maksimal. Dengan model Silva, mereka bisa mulai dari skala kecil, bertahap, dan tetap mendapatkan hasil.
9. Kesimpulan: Predictive Maintenance Bukan Lagi Pilihan, Tapi Kebutuhan
Dengan ledakan data di era digital, perusahaan yang tidak beralih ke strategi berbasis prediksi akan tertinggal. Predictive Maintenance menjadi tulang punggung dalam menjaga efisiensi, memperpanjang umur mesin, dan meningkatkan profitabilitas.
Paper João Gonçalves Silva menawarkan peta jalan yang jelas—mulai dari teori, studi kasus, hingga aplikasi nyata. Pendekatan berbasis Big Data ini menjadi solusi jangka panjang yang layak dijadikan blueprint untuk modernisasi industri.
Sumber Resmi Paper
João Pedro Gonçalves da Silva. (2019). A Predictive Maintenance Approach Based in Big Data Analysis. ISCTE – Instituto Universitário de Lisboa.
Link sumber (jika tersedia DOI) — catatan: silakan cek DOI resmi di portal ISCTE atau Repositório Científico de Acesso Aberto de Portugal.
Teknologi Industri
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 06 Agustus 2025
Dari Manual ke Digital – Evolusi Strategi Perawatan Mesin
Perawatan alat dan mesin berat merupakan elemen penting dalam keberlangsungan operasional industri, terutama di sektor konstruksi dan manufaktur. Di tengah meningkatnya kebutuhan akan efisiensi dan produktivitas, pendekatan konvensional seperti reactive maintenance (perbaikan setelah kerusakan) dan preventive maintenance (perawatan terjadwal) mulai ditinggalkan. Inilah saatnya Predictive Maintenance (PdM) mengambil alih — metode prediktif berbasis data yang memungkinkan prediksi waktu kegagalan sebelum kerusakan terjadi.
Paper berjudul “IoT Based Breakdown Analysis of Equipments” oleh Priti Jha dkk., dipublikasikan di International Research Journal of Engineering and Technology (IRJET) pada Juni 2021, menyajikan pendekatan terapan dan berbasis studi kasus tentang penerapan PdM berbasis Internet of Things (IoT) dalam konteks nyata. Fokus utama paper ini adalah penggunaan sistem sensor cerdas yang mampu mendeteksi parameter kondisi mesin dan memprediksi kebutuhan perawatan dengan akurasi tinggi.
📎 Sumber: IRJET Volume 8 Issue 6, 2021
Landasan Teoritis: Tiga Pendekatan Utama dalam Maintenance
Sebelum membahas implementasi PdM secara teknis, penting memahami perbedaan pendekatan yang digunakan dalam manajemen perawatan alat:
Pendekatan ini dilakukan hanya setelah terjadi kerusakan. Kelebihannya, alat digunakan sampai batas maksimal, sehingga nilai investasinya terasa penuh. Namun kekurangannya besar: jika alat kritikal rusak, operasional proyek bisa berhenti total. Biaya perbaikan pun lebih tinggi karena sifatnya mendadak dan sering kali tidak terencana.
2. Preventive Maintenance
Dikenal juga sebagai perawatan terjadwal. Pada dasarnya dilakukan berdasarkan kalender atau waktu operasional tertentu, tanpa mempertimbangkan kondisi riil alat. Meskipun mampu mencegah kerusakan mendadak, pendekatan ini rawan boros karena suku cadang diganti meski belum rusak. Selain itu, penghentian alat yang masih berfungsi normal untuk dilakukan servis juga bisa mengganggu kelancaran operasional.
3. Predictive Maintenance (PdM)
PdM menjadi alternatif strategis yang lebih efisien. Dengan mengandalkan data dari sensor IoT, kondisi mesin dapat dipantau secara real-time. Perawatan hanya dilakukan bila data menunjukkan gejala abnormal. Ini berarti: tidak ada perbaikan yang sia-sia, tidak ada gangguan produksi karena downtime mendadak, dan masa pakai alat pun menjadi lebih panjang.
Desain Sistem: Arsitektur IoT untuk Predictive Maintenance
1. Struktur Berlapis: Dari Sensor ke Server
Sistem dibangun dalam tiga lapisan:
2. Data Warehousing dan Cleansing
Sumber data berasal dari berbagai format (Excel, log maintenance, tabel inventaris). Lebih dari 10.000 record digabungkan ke dalam Microsoft SQL Server. Proses ini meliputi:
3. Skema Analisis Data
Proses pembersihan diikuti oleh analisis dengan dua model:
Model dibuat dengan membagi data 70:30 untuk training dan testing. Parameter prediksi meliputi:
Implementasi Algoritma: Kenapa Memilih Decision Tree ID3?
ID3 (Iterative Dichotomiser 3) adalah algoritma supervised learning yang membuat pohon keputusan berdasarkan nilai minimum dari Mean Squared Error (MSE).
Keunggulan:
Dalam studi ini:
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa Decision Tree jauh lebih akurat dibandingkan regresi linear, terutama dalam menangkap non-linearitas antar variabel.
Evaluasi Model: Dari Angka ke Keputusan
Evaluasi dilakukan menggunakan Mean Squared Error (MSE)
Model akan berhenti membentuk cabang baru saat mencapai kondisi optimum, yaitu tidak ada lagi keuntungan dari pemisahan data.
Visualisasi
Gambar visualisasi menunjukkan pola linear antara jam kerja dan biaya prediksi, memperkuat bahwa data historis punya kekuatan besar dalam meramalkan kebutuhan perawatan mendatang.
Interpretasi Dampak Praktis: Manfaat Langsung di Dunia Nyata
Implementasi sistem ini mampu menjawab tantangan nyata di lapangan seperti:
🏗 Di Industri Konstruksi
🏭 Di Industri Manufaktur
📊 Dampak Finansial
Catatan Kritis: Apa yang Masih Kurang dan Bisa Dikembangkan
✅ Kelebihan Paper
🚫 Kelemahan
🔄 Saran Pengembangan
Kesimpulan: Prediksi adalah Masa Depan, dan Masa Depan Itu Sekarang
Studi ini menegaskan bahwa Predictive Maintenance berbasis IoT bukan lagi sekadar konsep, tapi kebutuhan industri modern. Dengan integrasi sistem sensor, data warehouse, machine learning, dan arsitektur IoT yang solid, perusahaan bisa:
Dengan tingkat akurasi >93%, model ini sangat layak diterapkan secara luas. Kendati masih perlu peningkatan dari sisi user interface dan ketahanan sistem, fondasi yang dibangun sudah sangat menjanjikan.
🔗 Referensi dan Tautan
📄 Paper lengkap: https://www.irjet.net/archives/V8/i6/IRJET-V8I6499.pdf
📘 Judul: IoT Based Breakdown Analysis of Equipments
📅 Terbitan: IRJET Volume 8 Issue 6, Juni 2021
🧑💻 Penulis: Priti Jha, Anisha Nair, Radhika Kul, Nirali Parikh, Sushila Shelke
Teknologi Industri
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 06 Agustus 2025
Dalam transformasi besar-besaran yang disebut sebagai Industri 4.0, teknologi bukan lagi sekadar alat bantu, tetapi menjadi fondasi utama keberlangsungan operasi industri modern. Salah satu teknologi kunci dalam era ini adalah Predictive Maintenance (PdM), atau pemeliharaan prediktif, yang memungkinkan pabrik-pabrik mendeteksi potensi kegagalan mesin bahkan sebelum kerusakan terjadi. Dalam konteks ini, karya Susan Hosseini dari Eindhoven University of Technology menyajikan sebuah framework menyeluruh berbasis Internet of Things (IoT) yang tidak hanya dibangun secara teoritis, tetapi juga diimplementasikan langsung pada kasus nyata mesin cetak milik NTS Group, sebuah perusahaan teknologi tinggi di Belanda.
Paper ini bukanlah telaah literatur semata, melainkan paduan antara telaah mendalam terhadap studi-studi terdahulu, desain sistem terstruktur berbasis lima blok utama, serta eksperimen nyata dalam lingkungan industri yang sesungguhnya. Dalam resensi ini, kita akan mengurai setiap elemen penting dari framework tersebut, menganalisis efektivitasnya, serta menilai implikasinya terhadap kebutuhan industri yang terus berkembang.
Mendasari Framework: Masalah Industri Nyata dan Kebutuhan akan Inovasi
NTS Group, perusahaan tempat studi ini dilakukan, menghadapi permasalahan yang sangat umum dalam industri: kerusakan mesin yang tak terduga, mahalnya biaya perawatan, serta keterbatasan data awal untuk membangun sistem prediktif. Mesin cetak digital yang digunakan di pabrik mereka memiliki kompleksitas tinggi dan terdiri atas berbagai komponen penting—salah satunya adalah pompa tinta, yang menjadi objek utama penelitian.
Tantangan utama yang dihadapi antara lain:
Dari permasalahan-permasalahan tersebut, Hosseini merancang pendekatan yang mampu menghubungkan semua tahapan—dari pengambilan data, pemrosesan, hingga pengambilan keputusan—dalam satu arsitektur holistik yang disebut sebagai End-to-End Predictive Maintenance Framework.
Lima Blok Framework Predictive Maintenance: Solusi Holistik IoT untuk Dunia Nyata
Framework ini terbagi menjadi lima lapisan yang saling terhubung dan berjalan secara berurutan:
1. Data Acquisition
Pada tahap ini, dilakukan pengumpulan data dari sensor-sensor pada mesin. Proses ini mencakup:
2. Data Preprocessing
Data yang dikumpulkan dari mesin sering kali masih mentah dan berisik. Oleh karena itu, dilakukan beberapa proses seperti:
Namun, peneliti menemukan bahwa teknik PCA kurang efektif ketika distribusi data tidak ideal, karena bisa mengurangi akurasi model.
3. Predictive Analytics
Ini adalah jantung dari framework, di mana machine learning digunakan untuk memprediksi kerusakan. Model yang diuji:
Model semi-supervised sangat krusial karena menangani keterbatasan data abnormal (failure), yang sulit dikumpulkan di industri karena kerusakan jarang terjadi secara terencana.
4. Result Evaluation
Penilaian model dilakukan berdasarkan metrik umum seperti:
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa model Decision Tree dan Random Forest memiliki performa tertinggi dalam skenario klasifikasi, sementara One-Class SVM unggul dalam mendeteksi anomali tersembunyi.
5. Decision Making
Hasil akhir dari sistem ini digunakan untuk mengambil keputusan otomatis:
Pendekatan ini menggantikan metode konvensional yang bergantung pada inspeksi visual manual, sekaligus mempercepat waktu respons terhadap kegagalan.
Studi Kasus: Pompa Mesin Cetak Industri di NTS Group
Framework ini tidak hanya diuji dalam simulasi, tetapi diimplementasikan langsung pada pompa tinta dari mesin cetak industri. Beberapa poin penting:
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa:
Kekuatan dan Kelemahan Framework dalam Praktik Industri
Kekuatan:
Kelemahan:
Dampak Nyata dan Rekomendasi untuk Industri
Framework ini sangat relevan bagi industri manufaktur, terutama yang ingin mengurangi:
Dengan integrasi sistem notifikasi berbasis email, pengambilan keputusan pemeliharaan menjadi jauh lebih efisien. Perusahaan kini bisa merespons potensi kerusakan sebelum berdampak pada operasional, yang berarti penghematan besar dalam jangka panjang.
Kesimpulan: Pilar Strategis untuk Industri Cerdas
Framework Predictive Maintenance berbasis IoT yang dikembangkan oleh Susan Hosseini menjadi bukti bahwa pendekatan sistematis, praktis, dan berbasis data mampu menjawab tantangan nyata industri. Dengan lima blok utama yang saling terhubung, serta validasi melalui studi kasus nyata, framework ini menjadi panduan penting bagi industri yang ingin mengadopsi pemeliharaan prediktif secara menyeluruh.
Alih-alih hanya mengandalkan inspeksi rutin atau perbaikan setelah kerusakan, pendekatan ini mendorong transisi ke budaya prediktif berbasis bukti, yang sejalan dengan visi Industri 4.0.
Sumber resmi paper:
Susan Hosseini. (2021). A Comprehensive IoT-Enabled Predictive Maintenance Framework: A Case Study of Predictive Maintenance for a Printing Machine. Eindhoven University of Technology.
🔗 https://research.tue.nl/en/studentTheses/9cf621ad-8b78-4d94-b4b8-983edca32e2
Farmasi
Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 05 Agustus 2025
Pendahuluan: Relevansi TQM dalam Lingkungan Kesehatan Modern
Dalam era globalisasi dan persaingan ketat antar institusi pelayanan kesehatan, manajemen mutu menyeluruh atau Total Quality Management (TQM) menjadi pendekatan yang kian relevan. Studi oleh Grossu-Leibovica dan Kalkis ini mengeksplorasi peran penting TQM dalam meningkatkan kualitas layanan dan kepuasan klien di sektor kesehatan melalui pendekatan tinjauan sistematis kualitatif.
Secara umum, makalah ini menjelaskan bagaimana penerapan prinsip dan alat TQM berdampak signifikan pada peningkatan efisiensi, kualitas layanan, serta loyalitas dan kepuasan pasien. Dengan menyaring 573 artikel hingga terpilih 12 yang relevan, kajian ini menggarisbawahi pentingnya pendekatan TQM sebagai strategi manajerial dalam ekosistem kesehatan.
Konsep Dasar dan Teori yang Mendasari TQM dalam Pelayanan Kesehatan
Apa Itu Total Quality Management?
TQM adalah pendekatan manajemen organisasi berbasis kualitas secara menyeluruh, yang menekankan pada:
Keterlibatan seluruh karyawan,
Fokus pada pelanggan (pasien),
Peningkatan berkelanjutan,
Pengambilan keputusan berbasis data.
Dalam konteks kesehatan, prinsip-prinsip ini mencerminkan upaya institusi untuk menjawab tantangan kompleks: tingginya biaya obat, perubahan teknologi, hingga tuntutan pasien terhadap layanan yang efisien dan humanis.
Refleksi Teoritis: TQM sebagai Kerangka Berpikir Transformasional
Penulis menempatkan TQM bukan sekadar sebagai alat manajemen, melainkan sebagai paradigma transformatif. Dalam kerangka ini, TQM dapat dilihat sebagai sistem nilai dan budaya organisasi yang mengintegrasikan:
Change management,
Continuous improvement, dan
Global business process integration.
Refleksi konseptual ini memperkuat argumen bahwa keberhasilan TQM tidak sekadar bergantung pada alat atau teknik, tetapi pada kedalaman komitmen organisasi terhadap nilai-nilai mutu.
Metodologi: Kajian Sistematis Kualitatif (QSR)
Langkah-langkah QSR
Penulis menggunakan pendekatan QSR untuk menyusun kajian literatur yang komprehensif:
Menentukan pertanyaan penelitian,
Menyusun kriteria inklusi dan eksklusi,
Menyaring dokumen dari lima basis data besar,
Menganalisis 12 artikel yang paling relevan.
Kritik Metodologis
Meskipun pendekatan ini valid, keterbatasan muncul pada representasi geografis data yang didominasi oleh negara-negara Asia Selatan dan Timur Tengah. Kekurangan literatur dari negara maju (misalnya Eropa dan Amerika Utara) menimbulkan potensi bias kontekstual.
Namun demikian, pemilihan artikel berdasarkan keterkaitan dengan TQM, kualitas layanan, dan kepuasan pasien memperlihatkan konsistensi dalam fokus kajian.
Temuan Utama: Hubungan antara TQM, Kualitas Layanan, dan Kepuasan Klien
Angka-angka Penting
Dari 11.517 artikel awal, disaring menjadi 573, lalu diseleksi menjadi 12 studi inti.
Studi dilakukan terutama di Iran, Yordania, Pakistan, dan India.
Banyak studi menunjukkan peningkatan efisiensi operasional dan kepuasan pasien setelah penerapan TQM.
Poin-poin Utama Temuan
Keterlibatan manajemen adalah indikator kuat dalam implementasi TQM.
Pelatihan karyawan dan pelanggan meningkatkan kualitas layanan.
Inovasi dan sistem perubahan mendukung efisiensi organisasi.
TQM terbukti berdampak positif terhadap key performance indicators (KPI) rumah sakit.
Refleksi Teoritis atas Temuan
Temuan ini memperlihatkan bahwa TQM mampu:
Menjadi jembatan antara harapan pasien dan proses pelayanan kesehatan,
Menggeser paradigma dari sistem reaktif menuju sistem proaktif,
Membangun budaya organisasi yang tanggap, partisipatif, dan berbasis data.
Diskusi: Manfaat dan Tantangan Implementasi TQM
Keunggulan yang Ditawarkan TQM dalam Sektor Kesehatan
Respon cepat terhadap kebutuhan pasien,
Peningkatan produktivitas tenaga kesehatan,
Peningkatan efisiensi biaya operasional,
Loyalitas pasien melalui kualitas layanan yang konsisten.
Kritik terhadap Logika dan Pendekatan Penulis
Meskipun penulis berhasil menunjukkan hubungan antara TQM dan indikator kinerja, logika kausalitas belum sepenuhnya dibuktikan secara empiris karena keterbatasan studi primer.
Selain itu, pemusatan data pada rumah sakit di negara berkembang tanpa perbandingan dengan institusi di negara maju membuat generalisasi temuan agak terbatas. Penulis belum mengeksplorasi variasi konteks budaya dan regulasi yang mungkin mempengaruhi keberhasilan TQM.
Namun, secara konseptual, artikel ini tetap bernilai karena berhasil menyusun landasan teoretis yang kuat untuk penelitian lanjutan.
Implikasi Ilmiah dan Potensi Penelitian Lanjutan
Kontribusi terhadap Ilmu Manajemen dan Kesehatan
Menyediakan kerangka kerja konseptual untuk studi TQM di sektor kesehatan.
Menawarkan justifikasi empiris bagi manajer rumah sakit untuk mengadopsi TQM.
Menjadi basis awal untuk penelitian komparatif antarnegara.
Rekomendasi untuk Studi Selanjutnya
Melibatkan lebih banyak data dari negara maju,
Menyasar berbagai jenis institusi (klinik, panti jompo, lab kesehatan),
Menguji kausalitas melalui pendekatan kuantitatif atau mixed-method,
Mengkaji peran teknologi digital dalam mendukung implementasi TQM.
Kesimpulan: TQM sebagai Pilar Transformasi Sistem Kesehatan
Studi ini menegaskan bahwa TQM bukan hanya sekadar alat manajemen, melainkan filosofi dan sistem yang mampu mengubah lanskap layanan kesehatan. Dengan implementasi yang tepat, TQM tidak hanya meningkatkan efisiensi dan kepuasan pasien, tetapi juga memperkuat posisi kompetitif institusi kesehatan.
Diperlukan pendekatan lintas-disiplin dan adaptasi kontekstual agar TQM dapat berkembang menjadi standar universal dalam manajemen mutu pelayanan kesehatan.
DOI Resmi Artikel: https://doi.org/10.1051/shsconf/202213102009