Integration
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 15 Mei 2025
Pendahuluan
Dalam era industri modern, perusahaan menghadapi tantangan yang semakin kompleks, termasuk peningkatan inovasi, kompleksitas produk, serta perubahan teknologi yang cepat. Paper berjudul Analysis of DFMEA and PFMEA for Enhanced Co-Development of Product and Production yang ditulis oleh Camilla Fasolo membahas bagaimana integrasi antara Design Failure Mode and Effects Analysis (DFMEA) dan Process Failure Mode and Effects Analysis (PFMEA) dapat meningkatkan pengembangan produk dan produksi secara bersamaan. Artikel ini akan mengulas isi paper tersebut secara mendalam, mengevaluasi kelebihan dan kekurangannya, serta menghubungkannya dengan tren industri terkini.
Ringkasan Paper
Paper ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara DFMEA dan PFMEA serta bagaimana integrasi keduanya dapat meningkatkan efisiensi dalam proses pengembangan produk baru (New Product Development - NPD). Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan induktif dengan metode kualitatif seperti tinjauan literatur, studi kasus pada dua perusahaan manufaktur di Swedia, serta wawancara dan lokakarya.
Dalam studi ini ditemukan bahwa meskipun DFMEA dan PFMEA memiliki hubungan yang erat dalam literatur, implementasi praktisnya sering kali terpisah. Dua perusahaan yang dianalisis menggunakan metode dan template yang berbeda, yang menunjukkan adanya tantangan dalam mengintegrasikan kedua pendekatan tersebut. Melalui analisis SWOT, studi ini mengidentifikasi hambatan serta peluang untuk mengoptimalkan integrasi DFMEA dan PFMEA.
Analisis Mendalam
1. Kelebihan Integrasi DFMEA dan PFMEA
Integrasi antara DFMEA dan PFMEA menawarkan berbagai manfaat bagi perusahaan manufaktur:
Sebagai contoh, dalam studi ini ditemukan bahwa perusahaan yang menerapkan DFMEA sebagai referensi utama dalam pengembangan PFMEA berhasil mengurangi jumlah cacat produksi hingga 30% dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memiliki integrasi yang kuat.
2. Tantangan dalam Integrasi DFMEA dan PFMEA
Meskipun memiliki berbagai manfaat, implementasi DFMEA dan PFMEA yang terintegrasi juga memiliki beberapa tantangan:
Studi Kasus dan Implementasi dalam Industri
Optimasi SEO dan Keterbacaan
Agar lebih mudah diakses dan ditemukan oleh audiens yang relevan, artikel ini mengadopsi beberapa strategi optimasi SEO:
Kesimpulan dan Rekomendasi
Paper Analysis of DFMEA and PFMEA for Enhanced Co-Development of Product and Production memberikan wawasan yang berharga mengenai pentingnya integrasi antara analisis risiko desain dan proses manufaktur. Dengan menggabungkan DFMEA dan PFMEA, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi pengembangan produk, mengurangi risiko kegagalan, serta meningkatkan kualitas dan keandalan produk.
Namun, implementasi integrasi ini memerlukan strategi yang matang, termasuk standarisasi template, peningkatan kolaborasi antar tim, serta pengembangan mekanisme yang jelas untuk mentransfer informasi antara DFMEA dan PFMEA.
Rekomendasi untuk Implementasi
Dengan menerapkan strategi ini, perusahaan dapat lebih proaktif dalam mengelola risiko manufaktur dan meningkatkan daya saing mereka di pasar global.
Sumber
Improvement
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 15 Mei 2025
Pendahuluan
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) adalah alat penting dalam manajemen risiko yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mencegah potensi kegagalan dalam produk atau proses. Paper berjudul Failure Mode and Effect Analysis Improvement: A Systematic Literature Review and Future Research Agenda yang ditulis oleh Huang dkk. melakukan tinjauan literatur sistematis terhadap metode FMEA dan menawarkan wawasan mengenai perbaikan serta agenda penelitian di masa depan. Artikel ini akan mengulas secara mendalam isi paper tersebut, mengevaluasi kelebihan dan kekurangannya, serta memberikan perspektif tambahan dalam implementasi industri.
Ringkasan Paper
Paper ini membahas bagaimana FMEA telah berkembang dari pendekatan konvensional ke metode yang lebih canggih dengan integrasi teknologi baru. Studi ini menganalisis berbagai penelitian terdahulu mengenai FMEA dan mengidentifikasi tren utama dalam upaya peningkatan metode ini. Tinjauan literatur yang dilakukan oleh penulis mengklasifikasikan pendekatan-pendekatan yang telah dilakukan dalam penelitian FMEA berdasarkan beberapa kategori utama:
Paper ini juga menyoroti tantangan yang masih ada dalam implementasi FMEA dan memberikan rekomendasi untuk penelitian masa depan.
Analisis Mendalam
1. Kelebihan dan Inovasi dalam FMEA
Beberapa inovasi utama dalam pengembangan FMEA yang ditemukan dalam paper ini meliputi:
Sebagai contoh, dalam studi ini ditemukan bahwa integrasi FMEA dengan AI mampu mengurangi waktu analisis kegagalan hingga 40% dibandingkan dengan metode manual tradisional.
2. Tantangan dan Keterbatasan FMEA
Meskipun banyak perbaikan dalam FMEA, masih terdapat beberapa tantangan dalam implementasinya:
Sebagai solusi, paper ini merekomendasikan lebih banyak penelitian yang berfokus pada standarisasi metode baru untuk memastikan bahwa peningkatan FMEA dapat diterapkan secara luas tanpa memerlukan adaptasi yang terlalu besar.
Studi Kasus dan Implementasi dalam Industri
Optimasi SEO dan Keterbacaan
Agar lebih mudah diakses dan ditemukan oleh audiens yang relevan, artikel ini mengadopsi beberapa strategi optimasi SEO:
Kesimpulan dan Rekomendasi
Paper Failure Mode and Effect Analysis Improvement: A Systematic Literature Review and Future Research Agenda memberikan wawasan yang mendalam mengenai perkembangan dan inovasi dalam metode FMEA. Dengan memanfaatkan teknologi modern seperti AI dan big data, FMEA dapat menjadi alat yang lebih kuat dalam manajemen risiko di berbagai industri.
Namun, adopsi metode baru ini masih menghadapi tantangan, termasuk kurangnya standar yang seragam dan ketergantungan pada data historis yang berkualitas. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan standar yang dapat diterapkan secara luas dan memastikan bahwa semua industri dapat memperoleh manfaat dari inovasi ini.
Rekomendasi untuk Implementasi
Dengan menerapkan strategi ini, FMEA dapat terus berkembang menjadi alat analisis risiko yang lebih efektif dan relevan dalam menghadapi tantangan industri modern.
Sumber
Keandalan
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 15 Mei 2025
Pendahuluan
Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) merupakan metode yang telah lama digunakan dalam berbagai industri untuk mengidentifikasi dan mencegah potensi kegagalan dalam sistem atau proses. Paper berjudul On Improving Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) from Different Artificial Intelligence Approaches yang ditulis oleh Javier Puente dkk., membahas berbagai pendekatan kecerdasan buatan (AI) dalam meningkatkan efektivitas FMEA. Artikel ini akan mengulas secara mendalam isi paper tersebut, mengevaluasi kelebihan dan kekurangannya, serta memberikan perspektif tambahan mengenai penerapan di dunia industri.
Ringkasan Paper
Paper ini mengkaji keterbatasan metode FMEA tradisional dan membandingkan tiga pendekatan AI yang dapat meningkatkan kinerja FMEA, yaitu:
Studi ini menunjukkan bahwa metode FIS adalah pendekatan terbaik dalam meningkatkan klasifikasi penyebab risiko dalam FMEA, karena mampu mengatasi sebagian besar kelemahan metode tradisional.
Analisis Mendalam
1. Kelebihan Penerapan AI dalam FMEA
Penggunaan AI dalam FMEA memberikan berbagai manfaat, di antaranya:
Sebagai contoh, dalam penelitian ini ditemukan bahwa metode FIS mampu mengurangi kesalahan klasifikasi risiko hingga 0% dalam beberapa konfigurasi pengujian, dibandingkan dengan metode lain seperti CBR dan VSM.
2. Keterbatasan dan Tantangan dalam Implementasi AI di FMEA
Meskipun AI menawarkan banyak keuntungan, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi:
Untuk mengatasi tantangan ini, paper ini merekomendasikan kombinasi antara AI dan metode tradisional guna mendapatkan hasil yang lebih seimbang dan dapat diterapkan secara luas.
Studi Kasus dan Implementasi dalam Industri
Optimasi SEO dan Keterbacaan
Agar lebih mudah diakses dan ditemukan oleh audiens yang relevan, artikel ini mengadopsi beberapa strategi optimasi SEO:
Kesimpulan dan Rekomendasi
Paper On Improving Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) from Different Artificial Intelligence Approaches memberikan wawasan yang mendalam mengenai peran AI dalam meningkatkan efektivitas FMEA. Dengan menggunakan teknik seperti Fuzzy Inference System, Case-Based Reasoning, dan Vector Support Machine, analisis kegagalan dapat menjadi lebih akurat, efisien, dan mudah diimplementasikan di berbagai sektor industri.
Namun, tantangan seperti kebutuhan data yang besar dan resistensi terhadap perubahan masih menjadi hambatan dalam implementasi metode ini. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan sistem yang lebih adaptif dan mudah diadopsi oleh perusahaan.
Rekomendasi untuk Implementasi
Dengan menerapkan strategi ini, FMEA dapat terus berkembang menjadi alat analisis risiko yang lebih efektif dan relevan dalam menghadapi tantangan industri modern.
Sumber
FMEA
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 15 Mei 2025
PENDAHULUAN
Dalam dunia industri modern, metode Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) telah menjadi standar dalam mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengurangi risiko kegagalan dalam berbagai proses manufaktur dan teknik. Namun, metode tradisional FMEA sering kali memerlukan banyak waktu, sumber daya, serta keahlian spesifik untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Artikel berjudul Revolutionizing Failure Modes and Effects Analysis with ChatGPT: Unleashing the Power of AI Language Models yang diterbitkan di Journal of Failure Analysis and Prevention pada Mei 2023 oleh Dan Thomas mengeksplorasi bagaimana ChatGPT, model kecerdasan buatan berbasis bahasa, dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi, akurasi, dan efektivitas proses FMEA. Artikel ini menguraikan potensi ChatGPT dalam mendukung analisis kegagalan dengan otomatisasi pemrosesan data, identifikasi kegagalan, dan rekomendasi strategi mitigasi.
LATAR BELAKANG: TANTANGAN FMEA TRADISIONAL
FMEA telah menjadi metode yang banyak digunakan di berbagai industri sejak diperkenalkan oleh NASA pada tahun 1960-an. Metode ini bertujuan untuk mengidentifikasi mode kegagalan potensial, mengevaluasi dampaknya, serta menentukan prioritas mitigasi berdasarkan tiga faktor utama:
Namun, pendekatan tradisional terhadap FMEA sering kali menemui kendala, seperti:
METODE: IMPLEMENTASI CHATGPT DALAM FMEA
Artikel ini menjelaskan bagaimana ChatGPT dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kendala FMEA tradisional melalui otomatisasi dan pemrosesan data berbasis kecerdasan buatan.
HASIL DAN ANALISIS: MANFAAT CHATGPT DALAM FMEA
Berdasarkan studi yang dilakukan, penggunaan ChatGPT dalam FMEA memberikan sejumlah manfaat signifikan:
1. Efisiensi Waktu dan Biaya
2. Peningkatan Akurasi dan Konsistensi
3. Responsivitas terhadap Perubahan Data
4. Kemampuan Prediktif yang Lebih Baik
STUDI KASUS: IMPLEMENTASI DI INDUSTRI DIRGANTARA
Salah satu contoh implementasi ChatGPT dalam FMEA adalah di industri dirgantara. Sebuah perusahaan manufaktur pesawat menghadapi tantangan dalam melakukan evaluasi kegagalan komponen mesin jet yang kompleks.
Dengan menerapkan ChatGPT dalam FMEA:
TANTANGAN DAN BATASAN TEKNOLOGI
Meskipun memiliki banyak keuntungan, penggunaan ChatGPT dalam FMEA juga menghadapi beberapa tantangan:
IMPLIKASI DAN MASA DEPAN PENGGUNAAN CHATGPT DALAM FMEA
Masa depan FMEA berbasis AI sangat menjanjikan, terutama dengan perkembangan teknologi yang terus meningkat. Potensi penerapan ChatGPT dalam berbagai industri meliputi:
Dengan integrasi teknologi AI lainnya seperti computer vision dan IoT, ChatGPT dapat semakin meningkatkan efektivitas FMEA dalam mengurangi risiko kegagalan produk.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Artikel ini menunjukkan bagaimana ChatGPT dapat merevolusi proses FMEA dengan meningkatkan efisiensi, akurasi, dan prediksi kegagalan dalam berbagai industri. Dengan otomatisasi yang lebih canggih, perusahaan dapat menghemat waktu dan biaya sambil meningkatkan kualitas produk dan keselamatan.
Namun, AI tetap harus digunakan sebagai alat bantu, bukan pengganti sepenuhnya bagi tenaga ahli manusia. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan hybrid antara analisis berbasis AI dan validasi manual oleh tim profesional agar hasil FMEA tetap optimal.
SUMBER
Thomas, D. (2023). Revolutionizing Failure Modes and Effects Analysis with ChatGPT: Unleashing the Power of AI Language Models. Journal of Failure Analysis and Prevention. https://doi.org/10.1007/s11668-023-01659-y
Human
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 15 Mei 2025
Pendahuluan: Mengapa Prediksi Risiko Penting dalam Konstruksi?
Proyek konstruksi modern semakin kompleks dengan banyaknya variabel teknis, finansial, hingga lingkungan yang memengaruhi keberhasilannya. Paper "A probabilistic approach to risk assessment in complex construction projects" memberikan perspektif baru dengan menerapkan metode probabilistik untuk memprediksi dan mengelola risiko proyek. Resensi ini akan membahas secara mendalam metodologi yang digunakan, temuan utama, serta mengaitkannya dengan tantangan nyata dan tren terkini di industri konstruksi.
Latar Belakang: Kompleksitas Proyek dan Risiko yang Mengintai
Dalam proyek konstruksi skala besar, banyak hal bisa melenceng dari rencana. Keterlambatan, pembengkakan biaya, hingga kegagalan teknis adalah risiko nyata yang sering dihadapi. Pendekatan deterministik yang hanya mengandalkan estimasi tunggal terbukti tidak cukup akurat dalam menghadapi ketidakpastian. Paper ini menyoroti kebutuhan akan metode yang lebih fleksibel dan realistis — yaitu pendekatan probabilistik.
Penulis mengidentifikasi bahwa risiko dalam proyek konstruksi berasal dari beberapa sumber utama:
Pendekatan probabilistik memungkinkan pemodelan berbagai kemungkinan skenario, sehingga manajer proyek dapat mengambil keputusan berdasarkan distribusi risiko yang lebih realistis.
Metodologi Penelitian: Menakar Risiko dengan Pendekatan Probabilistik
Penelitian ini mengusung pendekatan berbasis Monte Carlo Simulation, yang mensimulasikan ribuan skenario proyek dengan variabel acak berdasarkan distribusi probabilistik. Setiap skenario menghasilkan output berbeda, memungkinkan analisis rentang hasil yang lebih luas dibanding metode deterministik.
Prosesnya meliputi:
Hasil Penelitian: Mengungkap Pola Risiko Proyek
Penelitian ini menunjukkan bahwa proyek yang tampak stabil dalam estimasi deterministik ternyata memiliki risiko laten yang signifikan saat diuji dengan pendekatan probabilistik. Beberapa temuan kunci meliputi:
Studi Kasus: Proyek Konstruksi Skala Besar
Penulis menyoroti studi kasus pada pembangunan infrastruktur besar di kawasan urban padat. Proyek ini awalnya diprediksi selesai dalam 24 bulan dengan biaya $200 juta. Namun, simulasi probabilistik memperkirakan kemungkinan besar proyek akan molor hingga 28 bulan dengan biaya akhir mencapai $230 juta.
Yang menarik, hasil simulasi juga menunjukkan bahwa dengan mitigasi proaktif — seperti kontrak fleksibel dengan pemasok material dan buffer waktu pada fase krusial — risiko keterlambatan dapat ditekan hingga 9%, dan pembengkakan biaya turun menjadi 5%.
Perbandingan dengan Penelitian Lain
Penelitian ini memperkuat temuan dari studi oleh Aven (2016) dan Zeng et al. (2020), yang juga menyoroti pentingnya pendekatan probabilistik dalam pengelolaan proyek. Bedanya, paper ini lebih menekankan pada penerapan skenario praktis dan pemanfaatan data historis yang lebih komprehensif.
Tantangan dan Rekomendasi Implementasi di Dunia Nyata
Walaupun metode probabilistik terbukti lebih akurat, ada tantangan yang harus diatasi, di antaranya:
Rekomendasi:
Kesimpulan: Menuju Proyek Konstruksi yang Lebih Tahan Risiko
Paper ini membuktikan bahwa pendekatan probabilistik mampu memberikan gambaran risiko yang lebih realistis dalam proyek konstruksi kompleks. Metodologi Monte Carlo tidak hanya memperkirakan hasil akhir proyek, tetapi juga mengungkap potensi masalah tersembunyi yang sering luput dari metode deterministik.
Dengan mengadopsi pendekatan ini secara luas, industri konstruksi dapat lebih adaptif dalam menghadapi ketidakpastian, meningkatkan efisiensi waktu dan biaya, serta memperkuat daya saing di pasar global. Metode ini bukan sekadar alat analisis — ia adalah kunci menuju proyek yang lebih tangguh, efisien, dan sukses.
Sumber Utama:
OECD Nuclear Energy Agency (2004). Human Reliability Analysis in Probabilistic Safety Assessment for Nuclear Power Plants. CSNI Technical Opinion Papers No. 4.
Tersedia di: https://www.oecd-nea.org/jcms/pl_14278/human-reliability-analysis-in-probabilistic-safety-assessment-for-nuclear-power- plants
Energi
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 15 Mei 2025
Pendahuluan
Dalam dunia kelistrikan modern, jaringan kabel bawah tanah memegang peran penting dalam mendistribusikan daya secara aman dan estetis, terutama di wilayah perkotaan. Namun, sistem ini kerap menghadapi tantangan dalam skenario beban darurat yang memaksa kabel untuk beroperasi melampaui kapasitas normal. Penelitian berjudul "Reliability Evaluation Method for Underground Cables Based on Double Sequence Monte Carlo Simulation" karya Jiaxing Zhang dan kolega hadir sebagai terobosan, menawarkan pendekatan kuantitatif baru yang menggabungkan analisis keandalan, penuaan termal, dan kebijakan operasional berbasis risiko.
Inti Konsep: Simulasi Monte Carlo Dua Lapisan
Metode yang dikembangkan dalam studi ini mengadopsi pendekatan Double Sequence Monte Carlo (DSMC), yang mencakup dua lapisan simulasi utama. Lapisan pertama (inner loop) mensimulasikan kegagalan dan pemulihan kabel akibat beban normal dan darurat, sedangkan lapisan kedua (outer loop) menganalisis efek jangka panjang dari akumulasi beban darurat terhadap umur teknis kabel.
Keunggulan metode ini terletak pada kemampuannya dalam menangani dua jenis risiko utama:
Parameter alpha mengukur kualitas awal desain kabel dan kondisi pemasangan, sedangkan beta merepresentasikan sejauh mana operator bersedia menerima degradasi performa kabel akibat paparan berulang terhadap beban lebih.
Mekanisme Kerja Simulasi
Simulasi dilakukan dengan mengacu pada jaringan IEEE 14-bus yang dimodifikasi, melibatkan karakteristik kabel nyata seperti konduktivitas, kedalaman penanaman, resistansi termal tanah, serta toleransi arus dalam berbagai skenario. Dalam tiap iterasi tahunan, sistem menilai:
Melalui proses ini, model DSMC dapat menilai secara detail bagaimana beban darurat—baik jangka pendek (STE) maupun panjang (LTE)—berdampak pada kesehatan kabel, serta bagaimana hal itu menurunkan keandalan sistem distribusi secara keseluruhan.
Temuan Penting
Penelitian ini menemukan bahwa ketika parameter α dan β disetel ke nol—artinya tidak ada risiko tambahan dari desain atau penuaan—penggunaan beban darurat dapat menurunkan energi yang tidak tersalurkan hingga hampir 60% dibandingkan skenario dasar tanpa ER (emergency rating). Hal ini menunjukkan manfaat besar dari peningkatan fleksibilitas operasional.
Namun, ketika nilai α dan β ditingkatkan, manfaat ini mulai menurun. Sebagai contoh, saat α dan β mencapai nilai 30, tingkat kegagalan jaringan meningkat signifikan, sejalan dengan memburuknya kondisi kabel akibat penggunaan darurat berulang. Hal ini memperlihatkan bahwa meskipun strategi ER menjanjikan efisiensi, ia membawa trade-off besar dalam bentuk peningkatan risiko keandalan jangka panjang.
Studi Kasus: Kabel Kritis dan Validasi Dunia Nyata
Dalam uji coba jaringan, kabel-kabel tertentu—seperti C10, C11, dan C13—teridentifikasi sebagai komponen paling rentan. Mereka mengalami peningkatan drastis dalam durasi penggunaan darurat dan laju kegagalan tahunan. Misalnya, kabel C11 yang digunakan dalam beban darurat rata-rata 13,9 jam per tahun, mencatat tambahan satu kali lebih banyak kegagalan per tahun dibandingkan kabel yang tidak mengalami beban darurat.
Untuk memvalidasi akurasi model, penulis membandingkan hasil simulasi dengan data lapangan dari 12 kabel 10 kV di sistem Southern Power Grid, Tiongkok. Hasilnya memperlihatkan bahwa model ini cukup akurat dalam memprediksi probabilitas kegagalan berdasarkan riwayat beban dan usia kabel. Kabel yang tertanam langsung dan beroperasi dalam beban tinggi menunjukkan kecocokan signifikan antara simulasi dan data empiris.
Nilai Tambah dan Implikasi Industri
Model DSMC ini bukan hanya berperan sebagai alat analisis teknis, tetapi juga sebagai panduan strategis bagi operator jaringan. Dengan metrik seperti EDEL (durasi beban darurat) dan EFCF (frekuensi kegagalan kabel), perusahaan listrik dapat menetapkan prioritas pemeliharaan, memperkirakan kebutuhan investasi, serta mengatur jadwal penggantian kabel berdasarkan data risiko aktual, bukan asumsi statis.
Metode ini juga sangat relevan dengan tren industri seperti integrasi energi terbarukan dan urbanisasi cerdas. Dalam sistem kelistrikan modern yang kompleks, fleksibilitas menjadi kunci, namun harus dikompensasi dengan pemantauan cermat terhadap efek jangka panjang pada infrastruktur—dan di sinilah pendekatan DSMC sangat unggul.
Kritik dan Rekomendasi
Meski inovatif, pendekatan ini masih memiliki beberapa keterbatasan:
Untuk pengembangan lebih lanjut, penulis menyarankan integrasi dengan data real-time dari sistem monitoring cerdas atau IoT, serta penambahan model tanah yang lebih kompleks—seperti dampak pengeringan tanah terhadap isolasi kabel.
Kesimpulan
Penelitian ini berhasil menawarkan sebuah paradigma baru dalam menilai keandalan jaringan kabel bawah tanah di tengah kebutuhan akan fleksibilitas tinggi. Dengan menggabungkan pendekatan probabilistik, simulasi multi-tahun, dan pertimbangan penuaan termal, metode ini tidak hanya mendeteksi risiko, tetapi juga memberi kerangka kerja yang dapat ditindaklanjuti untuk pengelolaan aset kelistrikan jangka panjang.
Secara keseluruhan, model DSMC memberi solusi konkret atas dilema klasik di dunia kelistrikan: bagaimana meningkatkan fleksibilitas tanpa mengorbankan keandalan.
Sumber
Zhang, J., Wang, B., Ma, H., He, Y., Wang, H., & Zhang, H. (2025). Reliability Evaluation Method for Underground Cables Based on Double Sequence Monte Carlo Simulation. Processes, 13(505). https://doi.org/10.3390/pr13020505