Industri konstruksi tengah mengalami transformasi besar, dari metode tradisional yang padat tenaga kerja ke pendekatan yang lebih ramping, efisien, dan berbasis teknologi. Salah satu paradigma penting dalam perubahan ini adalah penerapan Lean Construction, dengan Last Planner System (LPS) sebagai fondasinya. Artikel yang ditulis oleh Ajay Kumar Agrawal dan timnya menggali secara sistematis bagaimana otomatisasi dalam perencanaan dan pengendalian melalui LPS dapat mempercepat adopsi lean construction.
Apa itu Lean Construction dan LPS?
Lean construction merupakan adaptasi prinsip lean manufacturing dalam konteks konstruksi, yang bertujuan menghilangkan pemborosan dan meningkatkan nilai bagi pelanggan. Dalam praktiknya, LPS adalah alat utama lean construction yang memungkinkan para pelaku proyek melakukan perencanaan secara kolaboratif, akurat, dan berkelanjutan. Namun, tanpa dukungan teknologi, sistem ini masih sering bergantung pada pencatatan manual, sehingga rentan terhadap kesalahan, keterlambatan, dan inefisiensi.
Tujuan dan Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode systematic literature review (SLR) terhadap 84 publikasi antara 2001 hingga 2021 untuk mengidentifikasi:
- Kategori dan tingkat otomatisasi dalam perencanaan dan pengendalian LPS.
- Tren adopsi teknologi digital dalam lean construction.
- Celah penelitian dan peluang pengembangan ke depan.
Pendekatan SLR digunakan untuk memastikan tinjauan yang komprehensif dan objektif terhadap perkembangan terkini.
Temuan Utama: Otomatisasi sebagai Katalis Lean Construction
1. Pertumbuhan Publikasi yang Signifikan
Dalam 20 tahun terakhir, jumlah publikasi tentang otomatisasi dalam LPS meningkat tajam. Jika pada awal 2000-an hanya terdapat segelintir studi, maka pada tahun 2021 tercatat lebih dari 12 publikasi tahunan. Ini mencerminkan meningkatnya minat akademisi dan praktisi terhadap efisiensi digital dalam proyek konstruksi.
2. Area-Area Otomatisasi dalam LPS
Penelitian ini mengidentifikasi empat area utama dalam LPS yang paling sering diotomatisasi:
- Perencanaan jangka pendek (lookahead planning).
- Pembuatan dan pelacakan rencana mingguan (weekly work planning).
- Analisis keterlambatan dan penyebab (constraints analysis).
- Pelaporan dan dashboard manajemen visual.
Otomatisasi terbukti meningkatkan keterlibatan tim lapangan, mengurangi waktu pemrosesan data, dan membantu pengambilan keputusan secara real-time.
3. Teknologi yang Mendukung Otomatisasi
Beberapa teknologi utama yang mendukung implementasi otomatisasi LPS meliputi:
- Building Information Modeling (BIM).
- Mobile apps dan cloud-based platforms.
- Artificial Intelligence dan Machine Learning untuk prediksi kendala dan risiko.
- Internet of Things (IoT) untuk pelacakan lokasi dan status pekerjaan.
4. Studi Kasus Menarik
Salah satu studi yang dikaji adalah implementasi sistem LPS otomatis di proyek rumah sakit di Finlandia. Dalam proyek ini, penggunaan BIM 4D dan cloud planning tools menghasilkan peningkatan akurasi perencanaan mingguan sebesar 27% dan pengurangan waktu rapat koordinasi hingga 40%.
Contoh lain datang dari proyek infrastruktur jalan raya di Kanada, di mana penggunaan aplikasi seluler untuk pelaporan kemajuan harian memungkinkan pengumpulan data real-time dari lapangan dan integrasi otomatis ke dalam sistem pelaporan mingguan.
Analisis Kritis: Apakah Otomatisasi Selalu Efektif?
Meskipun manfaatnya signifikan, artikel ini juga menyoroti sejumlah tantangan dalam penerapan otomatisasi LPS:
- Resistensi dari tim lapangan karena kurangnya literasi digital.
- Tantangan interoperabilitas antar berbagai platform perangkat lunak.
- Keterbatasan dalam adaptasi konteks lokal, khususnya di negara berkembang dengan infrastruktur digital yang belum matang.
Hal ini mengindikasikan bahwa teknologi bukanlah solusi tunggal. Diperlukan pendekatan holistik yang mencakup pelatihan, perubahan budaya organisasi, dan kebijakan pendukung.
Perbandingan dengan Penelitian Lain
Berbeda dengan studi sebelumnya yang berfokus pada pengembangan perangkat lunak perencanaan atau aspek manajerial LPS, artikel ini menyatukan kedua aspek tersebut melalui pendekatan sistematis. Agrawal et al. berhasil menghubungkan dimensi teknologi dan praktik manajerial dengan kuat.
Sebagai perbandingan, studi oleh Hamzeh (2012) menekankan pentingnya kolaborasi dalam LPS tetapi minim eksplorasi teknologi. Sementara itu, penelitian oleh Dave et al. (2018) mengulas integrasi BIM dalam lean construction, namun tidak secara spesifik mengulas otomatisasi pada tiap komponen LPS. Ini menjadikan artikel ini sebagai jembatan penting dalam literatur akademik.
Implikasi untuk Praktisi dan Industri
Artikel ini menyampaikan pesan penting bagi perusahaan konstruksi yang ingin meningkatkan daya saing di era digital:
- Mulailah dari integrasi sederhana, seperti penggunaan spreadsheet otomatis atau aplikasi mobile untuk pelaporan.
- Gunakan LPS sebagai pintu masuk transformasi lean, bukan hanya alat perencanaan.
- Investasikan pada pelatihan tim lapangan, karena keberhasilan teknologi bergantung pada penggunaannya di lapangan.
- Kembangkan kolaborasi lintas fungsi, terutama antara divisi IT, engineering, dan operasional proyek.
Menuju Masa Depan Lean Construction
Agrawal dan timnya menyarankan bahwa masa depan lean construction akan sangat bergantung pada penggabungan teknologi seperti:
- AI berbasis data proyek historis untuk membantu perencanaan prediktif.
- Integrasi IoT dengan sistem visualisasi BIM, untuk pemantauan real-time progres fisik proyek.
- Sistem perencanaan berbasis blockchain yang transparan dan tidak dapat dimanipulasi.
Ini membuka peluang besar bagi pengembang perangkat lunak, konsultan manajemen konstruksi, dan institusi pelatihan untuk memperkuat kompetensi digital para profesional konstruksi.
Kesimpulan: Saatnya Beralih ke Perencanaan Cerdas
Resensi ini menegaskan bahwa artikel Agrawal et al. memberi kontribusi signifikan terhadap pemahaman kita tentang transformasi lean construction. Dengan menunjukkan bukti empiris dan analisis yang tajam, artikel ini menyarankan bahwa otomatisasi bukanlah tren sesaat, melainkan kebutuhan strategis.
Dalam dunia konstruksi yang semakin kompleks dan cepat berubah, mengandalkan metode manual tidak lagi cukup. Otomatisasi LPS membawa harapan baru untuk efisiensi, ketepatan, dan kolaborasi yang lebih baik—kunci sukses proyek-proyek masa depan.
Sumber artikel asli:
Agrawal, A. K., Singh, R. K., & Tiwari, M. K. (2024). Moving toward lean construction through automation of planning and control in last planner system: A systematic literature review. Journal of Building Engineering, Volume 96, 107369. Elsevier.