Air di wilayah tropis selama ini dianggap berlimpah. Namun, kenyataan menunjukkan sebaliknya: daerah tropis justru menghadapi tekanan luar biasa terhadap sumber daya air, baik karena curah hujan ekstrem, kelembapan tinggi, maupun degradasi kualitas air akibat urbanisasi dan industrialisasi.
Laporan “Hydrology and Water Management in the Humid Tropics” yang diterbitkan oleh UNESCO dan CATHALAC (2002) menampilkan hasil Second International Colloquium yang diselenggarakan di Panama. Konferensi ini diikuti oleh ratusan ahli hidrologi, pembuat kebijakan, dan perwakilan lembaga dari seluruh dunia untuk mendiskusikan strategi pengelolaan air di wilayah tropis.
Kenapa Kawasan Tropis Butuh Pendekatan Khusus?
Wilayah tropis memiliki tantangan yang unik:
- Curah hujan sangat tinggi dan tidak merata.
- Populasi padat dengan infrastruktur air yang terbatas.
- Krisis kualitas air karena pencemaran industri dan limbah rumah tangga.
- Risiko tinggi terhadap siklon, banjir, dan tanah longsor.
Meskipun wilayah tropis memiliki air dalam jumlah besar, ironisnya banyak penduduknya justru kesulitan mendapatkan air bersih, terutama di kawasan perdesaan dan pulau-pulau kecil.
Konferensi Internasional di Panama: Tonggak Global
Konferensi ini berlangsung selama Water Week in Panama (21–26 Maret 1999) dan dihadiri lebih dari 300 peserta dari berbagai belahan dunia. Acara ini mencakup:
- Presentasi makalah teknis.
- Dialog antar negara tentang kebijakan air.
- Festival Air dan Anak-anak yang melibatkan 120 anak dari 21 negara.
Tujuan utamanya adalah mengintegrasikan ilmu pengetahuan, kebijakan, dan komunitas lokal untuk mencapai manajemen air yang berkelanjutan.
Tema Utama dan Studi Kasus Global
Beberapa tema penting yang dibahas:
1. Pendekatan Multidimensional
Makalah oleh O.O. Sodeko menunjukkan bahwa perempuan memiliki peran kunci dalam pengelolaan air di Afrika Barat, namun partisipasi mereka masih sering diabaikan dalam perencanaan kebijakan.
2. Variabilitas Iklim dan Dampaknya
Contoh dari:
- El Niño 1997-1998 yang menyebabkan kekeringan parah di Fiji (laporan oleh Terry dan Raja).
- Selangor, Malaysia, yang mengalami perubahan signifikan dalam pola hujan (penelitian oleh M. Desa et al).
- Kamerun bagian selatan, yang menunjukkan perubahan debit sungai akibat fluktuasi iklim.
3. Kualitas Air Permukaan dan Bawah Tanah
- Studi di Basin Danau Chad menunjukkan kontaminasi air tanah oleh pestisida dan limbah pertanian (Oguntola & Bonell).
- Studi dari Spanyol membahas transportasi polutan di akuifer karstik dan pentingnya sistem pemantauan modern.
4. Hidrologi Perkotaan
- Studi urban stream di Brazil menyoroti pencemaran nutrien dan limbah domestik.
- Makalah J. Niemczynowicz mengidentifikasi tantangan masa depan seperti banjir perkotaan dan keterbatasan ruang hijau.
5. Hidrologi Pulau Tropis
- Penelitian di Tarawa Atoll, Kiribati menunjukkan ancaman terhadap cadangan air tawar akibat naiknya muka air laut dan eksploitasi berlebihan.
- Makalah dari Indonesia menyoroti kebutuhan teknologi air adaptif untuk pulau kecil berkarakter vulkanik.
6. Hutan Awan Tropis Pegunungan
- Penelitian di Venezuela, Jamaika, dan Asia Tenggara menunjukkan bahwa kawasan ini memiliki fungsi vital dalam regulasi air dan penyimpanan kelembapan.
Isu Strategis: Kolaborasi, Edukasi, dan Ketahanan
Pesan utama dari konferensi:
- Data dan informasi tentang siklus air di wilayah tropis masih sangat terbatas.
- Koordinasi kelembagaan sering tumpang tindih dan tidak efektif.
- Pendekatan top-down dalam proyek air tanpa partisipasi lokal sering gagal.
- Pendidikan publik dan generasi muda sangat penting; terbukti lewat Festival Anak “Water is Life”.
Inisiatif Regional: Pendirian CATHALAC
Salah satu pencapaian konkret dari konferensi adalah pendirian CATHALAC (Centro del Agua del Trópico Húmedo para América Latina y El Caribe) pada 1992 di Panama, sebagai pusat riset dan pelatihan kawasan tropis.
Fokus utama CATHALAC:
- Manajemen kualitas air.
- Hidrologi perkotaan.
- Pulau kecil dan interaksi laut-darat.
- Edukasi masyarakat.
- Transfer pengetahuan dan teknologi.
Pusat ini kini berperan penting sebagai lengan ilmiah organisasi seperti OAS dan turut merancang strategi kebijakan air regional.
Relevansi Bagi Indonesia dan Asia Tenggara
Indonesia sebagai negara tropis dengan ribuan pulau juga menghadapi:
- Ketergantungan tinggi pada air tanah.
- Ancaman pencemaran dan salinisasi di wilayah pesisir.
- Kurangnya koordinasi antar lembaga air.
- Kebutuhan edukasi publik dan penguatan kapasitas lokal.
Model kerja CATHALAC dapat direplikasi di Asia Tenggara untuk:
- Membangun pusat riset regional.
- Melatih generasi muda di bidang air.
- Mendorong riset lintas negara ASEAN tentang adaptasi air tropis.
Kesimpulan
Krisis air di wilayah tropis bukan soal kelangkaan kuantitas, melainkan manajemen yang buruk. Hasil dari konferensi ini menegaskan bahwa:
- Ilmu pengetahuan, teknologi, kebijakan, dan masyarakat harus bergerak bersama.
- Butuh pendekatan lintas sektor dan lintas batas negara.
- Anak-anak dan perempuan harus dilibatkan sejak awal sebagai agen perubahan.
Visi masa depan air di wilayah tropis harus berlandaskan pada:
- Etika penggunaan air,
- Keadilan akses, dan
- Kebijakan yang berpihak pada lingkungan dan generasi mendatang.
Sumber : UNESCO & CATHALAC. (2002). Hydrology and Water Management in the Humid Tropics: Proceedings of the Second International Colloquium, 22–26 March 1999, Panama. Technical Documents in Hydrology No. 52. Paris: UNESCO.