Strategi Kota Cerdas Kurangi Kebocoran dan Tagihan Air

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

30 Juni 2025, 09.20

pixabay.com

Transformasi Manajemen Air Kota Lewat Teknologi Cerdas dan Investasi Strategis

Smart Water Management (SWM) telah menjadi komponen krusial dalam menciptakan kota yang efisien, tangguh, dan berkelanjutan. Dalam makalah "Smart Water Management towards Future Water Sustainable Networks" oleh Ramos et al. (2020), penulis menyajikan pendekatan konkret berbasis data dan teknologi untuk mengelola kebocoran air, efisiensi energi, dan optimalisasi biaya operasional jaringan distribusi air.

Melalui dua studi kasus—RS (Reference System) dan CMC (Correlation Model Case)—penelitian ini menggabungkan praktik lapangan, simulasi korelatif, serta penggunaan sistem cerdas seperti GIS, smart metering, dan sensor tekanan, untuk menciptakan sistem distribusi air masa depan.

Tantangan Air Perkotaan yang Mendesak

  • Non-Revenue Water (NRW) secara global menyumbang kerugian lebih dari 50 Mm³ dalam jaringan air.
  • Kebocoran pipa, koneksi ilegal, dan sistem usang jadi penyebab utama kerugian air dan energi.
  • Pertumbuhan populasi dan urbanisasi memperburuk beban permintaan air dan infrastruktur.

Dalam konteks ini, manajemen air pintar bukan sekadar wacana teknologi, melainkan kebutuhan mendesak untuk menjamin ketahanan air kota dan menekan dampak lingkungan.

Komponen Kunci Teknologi SWM

Penelitian ini mengidentifikasi lima teknologi utama yang membentuk sistem air cerdas:

  1. Smart Pipe & Sensor
    Memungkinkan pemantauan aliran, tekanan, dan kualitas air secara real-time tanpa intervensi operator.
    Sensor hemat energi ini tahan lama dan mampu mendeteksi kebocoran sejak dini.
  2. Smart Metering
    Menggantikan pengukuran manual dengan data real-time berkala untuk konsumen dan operator.
    Konsumen dapat menghemat hingga 30% tagihan air melalui pengawasan mandiri.
  3. Geographic Information System (GIS)
    Mendukung pemetaan spasial jaringan air, perencanaan DMA (District Metering Areas), dan pemantauan kerusakan.
  4. Cloud Computing & SCADA
    Menyediakan pengolahan data cepat dan kontrol terpusat jaringan, termasuk pengelolaan sensor dan data historis.
  5. Optimisasi & Decision Support Tools
    Termasuk EPANET, WaterGEMS, dan algoritma genetik multiobjektif, untuk simulasi tekanan, distribusi, dan biaya.

Studi Kasus: Sistem RS dan Korelasinya pada CMC

Sistem RS (Portugal)

  • Jaringan: 1.400 km pipa, 100.000 koneksi layanan, 14 reservoir, dan 10 stasiun pompa.
  • Tantangan: NRW sangat tinggi—mencapai 50 Mm³, mayoritas terjadi saat malam hari.
  • Strategi: Pemantauan intensif, segmentasi jaringan, DMA (150 area), dan alat digital logging.
  • Hasil (2004–2016):
    • Penurunan NRW: dari 20% ke 8.1%
    • Hemat energi: 65 GWh → €6,5 juta
    • Hemat air: 200 Mm³ → €60 juta
    • Total penghematan: €66 juta
    • Investasi: €20 juta (30% dari pendapatan total)
    • Pengurangan emisi: 47.385 ton CO₂-eq

Sistem CMC (Munisipalitas lain)

  • Jaringan: 760 km pipa, 64.000 koneksi, 6 reservoir.
  • Target: Turunkan NRW dari 18.6% ke 10% hingga 2025.
  • Estimasi Investasi: €9.5 juta
  • Proyeksi penghematan: 2,6 Mm³ air dan signifikan hemat energi.

Model regresi dan korelasi digunakan untuk menghitung rasio investasi terhadap pengurangan NRW per pelanggan, menghasilkan strategi skalabel untuk kota dengan profil berbeda.

Strategi Investasi dan Pengembalian Manfaat

Penulis menekankan pentingnya menentukan Economic Level of Leakage (ELL)—tingkat kebocoran air yang secara ekonomi layak dibandingkan dengan biaya investasi pengurangannya. Strategi manajemen RS didasarkan pada:

  • Pembagian jaringan menjadi DMA
  • Monitoring malam hari (indikator kebocoran tersembunyi)
  • Manajemen tekanan air dan penyusunan DTM (Digital Terrain Model)
  • Integrasi data pelanggan melalui Management Information System

Efisiensi energi dan biaya tercapai dengan implementasi cepat, terukur, dan berbasis data, menjadikan pendekatan ini sangat cocok diterapkan di kota berkembang dengan sumber daya terbatas.

Implikasi Global dan Replikasi

  • Negara berkembang dapat mereplikasi pendekatan RS dan CMC dengan adaptasi biaya dan infrastruktur.
  • Kota besar seperti Jakarta yang mengalami kehilangan air tinggi dapat meniru pendekatan DMA dan smart metering untuk membatasi kebocoran dan koneksi ilegal.
  • Wilayah dataran tinggi bisa mengembangkan energi mikrohidro di stasiun PRV atau in-out reservoir.

Selain penghematan biaya dan air, pendekatan ini membuka peluang integrasi energi terbarukan serta perbaikan kualitas layanan publik.

Penutup: Air Pintar untuk Masa Depan Kota

Smart Water Management bukan sekadar teknologi, tapi filosofi tata kelola sumber daya yang hemat, tangguh, dan berkelanjutan.
Penelitian Ramos et al. menunjukkan bahwa pendekatan strategis yang dilengkapi dengan investasi yang tepat dapat secara signifikan menurunkan kehilangan air, meningkatkan efisiensi energi, dan mengurangi emisi karbon. Pendekatan ini menjanjikan masa depan kota yang tak hanya cerdas, tetapi juga lebih adil dan tangguh dalam menghadapi krisis air global.

Sumber : Ramos, H. M., McNabola, A., López-Jiménez, P. A., & Pérez-Sánchez, M. (2020). Smart water management towards future water sustainable networks. Water, 12(1), 58.