Resensi Paper: "Development of Test System for Distribution System Reliability Analysis, Integration of Electric Vehicles into the Distribution System" oleh Pramod Bangalore

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti

24 April 2025, 13.19

pexels.com

Pendahuluan

Dalam transisi menuju energi bersih, kendaraan listrik (EV) menjadi elemen kunci. Paper ini membahas pengembangan sistem uji untuk menganalisis keandalan sistem distribusi listrik, khususnya integrasi EV. Fokus utamanya adalah memahami dampak integrasi EV pada keandalan jaringan listrik serta bagaimana pengujian sistem dapat dimodifikasi agar sesuai dengan kebutuhan masa depan.

Penulis menyoroti bahwa meskipun EV memiliki potensi besar sebagai penyimpanan energi terdistribusi, lonjakan permintaan daya dari pengisian simultan dapat memicu beban berlebih pada jaringan distribusi. Oleh karena itu, pengembangan sistem uji yang mampu mensimulasikan skenario realistis menjadi krusial.

Analisis Metode: Pengembangan Sistem Uji

  1. Sistem Uji RBTS Bus-2
    • Paper ini menggunakan Roy Billinton Test System (RBTS) Bus-2 sebagai dasar pengujian. Sistem ini dipilih karena fleksibilitasnya dalam menyesuaikan berbagai skenario beban dan gangguan.
    • Modifikasi yang diusulkan meliputi klasifikasi beban, pemetaan geografis jaringan, serta penambahan jumlah EV yang terintegrasi. Penulis memaparkan dua skenario penetrasi EV: 30% dan skenario penuh.
  2. Integrasi Model Vehicle-to-Grid (V2G)
    • Salah satu inovasi penting adalah model V2G, di mana EV tidak hanya mengonsumsi daya tetapi juga dapat memasok daya kembali ke jaringan saat dibutuhkan. Ini memungkinkan EV berfungsi sebagai sumber daya cadangan fleksibel.
    • Paper ini menyoroti pentingnya aggregator, entitas yang mengelola armada EV untuk memastikan pengisian dan pelepasan daya berlangsung secara terkendali, menghindari beban puncak.

Studi Kasus dan Data Nyata

Penulis melakukan simulasi pada RBTS Bus-2 dengan dua skenario penetrasi EV:

  • Skenario 1 (30% EV): Meningkatkan beban puncak sebesar 12% dan mengurangi indeks keandalan (SAIDI) sebesar 8%. Model V2G berhasil menstabilkan jaringan saat beban melonjak.
  • Skenario 2 (50% EV): Beban puncak naik hingga 20%, namun dengan optimalisasi pengisian terkoordinasi dan V2G, SAIFI tetap stabil dan penurunan SAIDI mencapai 10%.

Selain itu, simulasi juga menunjukkan bahwa kendaraan listrik yang terintegrasi dengan model V2G dapat bertindak sebagai "microgrid" darurat dalam skenario pemadaman lokal. Ini memberikan potensi besar dalam mendukung pemulihan jaringan lebih cepat dan memperkuat ketahanan infrastruktur energi.

Studi ini juga menggarisbawahi pentingnya penyesuaian pola pengisian daya. Misalnya, di kota-kota padat penduduk dengan pemadatan lalu lintas tinggi, EV yang terparkir bisa menjadi solusi penyedia daya sementara saat terjadi pemadaman mendadak. Pengaturan ini tidak hanya membantu mengurangi waktu pemadaman tetapi juga membuka jalan bagi ekosistem energi terdistribusi yang lebih fleksibel.

Implikasi Praktis

  • Keandalan Jaringan: Model V2G terbukti efektif dalam meningkatkan keandalan jaringan saat penetrasi EV meningkat.
  • Pengelolaan Beban Puncak: Simulasi menunjukkan bahwa pengisian terkoordinasi dapat mengurangi risiko beban berlebih pada trafo distribusi.
  • Efisiensi Energi: EV dapat menjadi penyimpan energi portabel yang mendukung energi terbarukan dengan mengalirkan daya saat produksi rendah.
  • Reduksi Emisi Karbon: Integrasi EV yang lebih luas, dikombinasikan dengan model V2G, berpotensi menekan emisi karbon dengan memanfaatkan daya berlebih dari energi terbarukan yang biasanya terbuang.
  • Dukungan Stabilitas Frekuensi: V2G juga dapat membantu menjaga stabilitas frekuensi sistem listrik, terutama saat ada lonjakan konsumsi atau penurunan daya mendadak dari pembangkit terbarukan seperti angin dan matahari.
  • Peningkatan Resiliensi Lokal: EV yang terintegrasi ke sistem distribusi bisa berfungsi sebagai sumber daya cadangan lokal saat terjadi bencana alam, membantu fasilitas penting tetap beroperasi.

Kritik dan Opini Tambahan

Meski model V2G menjanjikan, tantangan besar terletak pada infrastruktur dan perilaku pengguna. Dibutuhkan regulasi yang mendorong partisipasi pengguna serta investasi pada pengembangan smart grid. Selain itu, perlu ada mekanisme insentif yang memastikan pemilik EV bersedia berpartisipasi dalam skema V2G, mengingat potensi degradasi baterai yang bisa terjadi jika pengisian dan pelepasan daya tidak dikelola dengan baik.

Di sisi teknis, integrasi besar-besaran EV juga menuntut peningkatan kualitas sistem distribusi, termasuk teknologi pengisian cepat yang lebih cerdas dan sistem monitoring jaringan yang responsif. Kolaborasi antara produsen mobil listrik, operator jaringan, dan pembuat kebijakan menjadi kunci kesuksesan.

Lebih jauh lagi, tantangan lainnya adalah interoperabilitas sistem V2G di berbagai merek kendaraan dan model jaringan listrik. Standarisasi teknologi dan protokol komunikasi menjadi krusial agar EV dari berbagai produsen bisa terhubung secara harmonis dengan jaringan listrik yang ada.

Kesimpulan

Paper ini memberikan wawasan berharga tentang bagaimana sistem distribusi dapat beradaptasi dengan lonjakan penetrasi EV. Pengembangan sistem uji yang realistis, dilengkapi dengan integrasi V2G, menjadi langkah penting menuju jaringan listrik yang lebih andal dan fleksibel. Selain meningkatkan keandalan jaringan, EV yang terintegrasi dengan model V2G berpotensi menjadi pilar utama dalam transisi energi bersih dan pengurangan emisi karbon global.

Sumber: Bangalore, P. (2011). Development of Test System for Distribution System Reliability Analysis, Integration of Electric Vehicles into the Distribution System. Chalmers University of Technology.