Relevansi Kurikulum Teknik Bangunan dengan Kebutuhan Industri Konstruksi: Siapkah Lulusan Kita Bersaing?

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

18 April 2025, 09.39

freepik.com

Mengapa Kurikulum Teknik Bangunan Perlu Diuji Ulang?

Industri konstruksi Indonesia tengah melesat, menjadi penyumbang besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, pertanyaan besarnya: apakah lulusan teknik bangunan dari perguruan tinggi sudah siap kerja? Data menunjukkan bahwa 51% lulusan dari Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) tahun 2024 masih belum terserap di dunia kerja. Ini jadi sinyal kuat adanya “gap” antara kompetensi lulusan dan kebutuhan industri.

Artikel oleh Ansheila Rusyda Subiyantari dkk. ini mengangkat isu penting: bagaimana relevansi kurikulum pendidikan teknik bangunan terhadap Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) khususnya dalam manajemen konstruksi dan bangunan.

Konteks Penelitian: Industri Konstruksi dan SKKNI

SKKNI adalah standar nasional yang mendefinisikan kompetensi yang harus dimiliki tenaga kerja di berbagai sektor, termasuk konstruksi. KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) kemudian membagi jenjang kualifikasi ke dalam 9 level. Level 4–6 biasanya diperuntukkan bagi teknisi dan analis, termasuk lulusan sarjana terapan atau sarjana teknik.

Penelitian ini memetakan keterkaitan antara unit kompetensi dalam SKKNI dan capaian pembelajaran (CPL) dalam kurikulum Teknik Bangunan UNJ. Tujuannya? Mengidentifikasi area yang sudah relevan, dan yang masih perlu dibenahi.

Metodologi: Analisis Dokumen dan FGD

Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif-kuantitatif dengan metode analisis dokumen terhadap Rencana Pembelajaran Semester (RPS) dari 26 posisi pekerjaan yang diambil dari SKKNI 2024. Data ini dipadukan dengan Focus Group Discussion (FGD) bersama dosen Teknik Bangunan untuk mengonfirmasi hasil temuan dan merumuskan rekomendasi.

Hasil Utama: Seberapa Relevan Kurikulum Kita?

Mapping Posisi Kerja

Dari 71 posisi pekerjaan pada klasifikasi bangunan dalam SKKNI, hanya 14 yang relevan untuk level teknisi/analis. Tapi hanya 10 posisi yang memiliki dokumen SKKNI lengkap. Sementara pada sub-klasifikasi manajemen pelaksanaan konstruksi, dari 39 posisi kerja, 16 posisi relevan untuk teknisi/analis, semuanya memiliki dokumen SKKNI.

Contoh posisi kerja:

  • GD01: Field Manager for Building Work Implementation (KKNI 6)
  • MK01: HSE Personnel (KKNI 4)
  • MK16: Senior Quantity Surveyor (KKNI 6)

Skor Relevansi

Tiap posisi kerja dibandingkan dengan konten RPS untuk melihat seberapa besar kesesuaiannya. Berikut beberapa hasil penting:

Sangat Relevan (VR):

  • GD03 (Junior Building Work Field Executor): 86%
  • GD08 (Middle Building Maintenance Executor): 100%
  • MK10–MK16 (Estimator dan Surveyor): 100%

Relevan (R):

  • GD01 (Field Manager): 67%
  • MK01 (HSE Personnel): 62%
  • MK04–MK05 (Technical Facilitator): 79%

Cukup Relevan (QR):

  • MK06–MK09 (Quality Engineers): 57%

Tidak Relevan (I):

  • MK02 & MK03 (HSE Supervisor): 38%

Studi Kasus: Kekosongan Kompetensi pada Posisi Strategis

Posisi seperti Field Manager (GD01) dan RISHA Building Planner (GD10) memiliki skor relevansi di bawah 70%. Ini artinya, meskipun dua posisi ini penting, lulusan Teknik Bangunan UNJ belum dibekali cukup kompetensi terkait metode pelaksanaan konstruksi dan teknologi beton pracetak seperti RISHA.

Begitu pula posisi HSE Supervisor dan Quality Engineer yang memerlukan kompetensi tinggi di aspek keselamatan kerja dan pengendalian mutu. Namun, sebagian besar konten ini belum ada dalam kurikulum yang berjalan.

GAP Kompetensi: Apa yang Masih Kurang?

Penelitian menemukan kekosongan dalam kurikulum yang cukup signifikan, antara lain:

Kurikulum belum mencakup:

  • Metode kerja lapangan
  • Pengendalian mutu
  • Konstruksi berkelanjutan
  • Manajemen darurat (emergency response)
  • HSE planning dan supervisi

Solusi: Apa yang Harus Dilakukan?

Peneliti merekomendasikan beberapa pendekatan untuk menjembatani kesenjangan:

Penguatan Mata Kuliah Eksisting:

  • HSE
  • Material Testing
  • AMDAL
  • Mechanical Earthmoving

Penambahan Mata Kuliah Baru:

  • Construction Methods
  • Sustainable Construction

Materi baru ini akan mengakomodasi tren industri terkini seperti BIM, Lean Construction, dan Value Engineering, sekaligus menjawab kebutuhan posisi kerja yang membutuhkan keterampilan praktis tinggi.

Dampak pada Dunia Nyata: Siapa Diuntungkan?

  1. Mahasiswa akan memiliki kompetensi lebih terukur dan siap kerja, menurunkan tingkat pengangguran lulusan.
  2. Industri mendapatkan tenaga kerja yang langsung bisa berkontribusi, tanpa perlu banyak pelatihan ulang.
  3. Kampus meningkat reputasinya melalui tracer study dan IKU (Indikator Kinerja Utama) lulusan terserap kerja.
  4. Pemerintah mendapatkan SDM konstruksi yang sesuai dengan kebijakan pembangunan nasional.

Opini Penulis: Kebutuhan Mendesak untuk “Link and Match” Nyata

Artikel ini membuka mata bahwa transformasi kurikulum bukan lagi pilihan, tapi keharusan. Dunia konstruksi saat ini membutuhkan tenaga profesional yang tidak hanya paham teori, tetapi juga punya keterampilan praktis dan kesadaran akan standar kerja global.

Relevansi dengan SKKNI adalah langkah konkret menuju “link and match” antara kampus dan industri. Jika perubahan ini tidak segera dilakukan, risiko ketidaksesuaian lulusan dengan pasar kerja akan semakin besar, memperpanjang daftar pengangguran terdidik.

Kesimpulan: Saatnya Bergerak dari Teori ke Aksi

Rekomendasi utama dari studi ini sangat jelas: revitalisasi kurikulum Teknik Bangunan di Indonesia, khususnya di UNJ, harus segera dilakukan. Penyesuaian dengan SKKNI bukan hanya soal administratif, tetapi menyangkut masa depan lulusan dan daya saing bangsa.

Penambahan mata kuliah seperti Sustainable Construction dan Construction Methods bukan sekadar tren, melainkan tuntutan realitas lapangan. Dalam era Revolusi Industri 4.0 dan pembangunan berkelanjutan, hanya lulusan yang adaptif, terampil, dan profesional yang akan mampu bertahan dan bersinar.

Sumber asli artikel:
Subiyantari, Ansheila Rusyda; Gazali, Abdhy; Handoyo, Santoso Sri; & Arifah, Shilmi. (2024). Relevance of Building Engineering Education Curriculum towards SKKNI Building and Construction Management Competencies. Jurnal Pensil: Pendidikan Teknik Sipil, Volume 13, Nomor 3, hlm. 299–313.