Rekayasa Geoteknik: Fondasi Keilmuan untuk Infrastruktur Modern yang Kokoh

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

23 April 2025, 08.05

pixabay.com

Rekayasa geoteknik merupakan pilar utama dalam bidang teknik sipil yang membahas penggunaan material bumi (tanah dan batuan) untuk kepentingan konstruksi dan infrastruktur. Berbeda dengan cabang teknik sipil lainnya, rekayasa geoteknik memerlukan pemahaman mendalam tentang perilaku kompleks tanah yang bervariasi secara geografis. Artikel oleh Robbins, Stephens, dan Marcuson III menyajikan pandangan komprehensif tentang bidang ini, mulai dari sejarah, karakterisasi lokasi, hingga aplikasi desain dan tren masa depan.

Sejarah Singkat Rekayasa Geoteknik

Rekayasa geoteknik modern seperti yang kita kenal sekarang baru berkembang sekitar satu abad yang lalu, meskipun praktik rekayasa tanah sederhana telah dilakukan sejak zaman kuno. Tanggul dan bendungan dibangun di sepanjang sungai Nil, Tigris dan Eufrat, Kuning, dan Indus untuk melindungi pemukiman dari banjir dan mengairi tanaman. Namun, hingga sekitar tahun 1700, rekayasa geoteknik masih bersifat empiris tanpa landasan ilmiah yang kuat.

Kemajuan signifikan dalam rekayasa geoteknik dimulai pada 1800-an dan awal 1900-an. Rankine mempublikasikan karyanya tentang stabilitas tanah longgar pada tahun 1857. Karl Terzaghi, yang dikenal sebagai "Bapak Mekanika Tanah", menerbitkan karyanya tentang konsolidasi dan kuat geser sekitar tahun 1925. Konferensi internasional pertama tentang mekanika tanah dan rekayasa fondasi diselenggarakan di Universitas Harvard pada tahun 1936, menandai awal era modern rekayasa geoteknik.

Karakterisasi Lokasi: Langkah Awal yang Krusial

Sebelum memulai desain, pemahaman mendalam tentang kondisi lokasi sangat penting. Pendekatan bertahap dalam investigasi geoteknik meliputi:

  1. Studi literatur dan rekognisi lokasi - Mengumpulkan data geologi dan tanah yang tersedia
  2. Investigasi lokasi pendahuluan - Mengidentifikasi kedalaman, ketebalan, dan komposisi tanah secara umum
  3. Investigasi lokasi detail - Menyediakan data kuantitatif dari pengukuran
  4. Monitoring berkelanjutan - Verifikasi kondisi lokasi dan desain proyek

Pengujian In-Situ

Beberapa pengujian dapat dilakukan langsung di lokasi untuk mengukur sifat tanah tanpa perlu mengambil sampel. Contohnya termasuk Standard Penetration Test (SPT), Cone Penetration Test (CPT), uji geser baling-baling lapangan, dilatometer, pressure meter, dan uji pemompaan sumur. CPT sangat berguna karena memberikan pengukuran kontinyu dengan kedalaman secara cepat, berbeda dengan pengambilan sampel pada kedalaman tertentu menggunakan teknik pengeboran lain.

Pengeboran dan Pengambilan Sampel

Pengeboran memungkinkan identifikasi visual dan klasifikasi tanah di lokasi. Teknologi yang umum digunakan adalah rotary wash dan hollow-stem augers. Sampel yang dikumpulkan umumnya diklasifikasikan sebagai terganggu dan tidak terganggu. Standard Penetration Test (SPT) adalah metode umum untuk mengumpulkan sampel terganggu sekaligus memberikan pengukuran kekuatan dan kepadatan tanah di tempat.

Penentuan Sifat Tanah

Sifat tanah yang penting untuk rekayasa geoteknik meliputi konduktivitas hidrolik, angka pori, densitas, derajat kejenuhan, berat jenis, ukuran partikel tanah, dan kadar air. Sistem klasifikasi yang umum digunakan adalah Unified Soil Classification System (USCS) dan American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO) Soil Classification System.

Desain dalam Rekayasa Geoteknik

Setelah karakterisasi lokasi yang menyeluruh, insinyur geoteknik harus merancang pekerjaan rekayasa yang dapat diandalkan dalam berbagai kondisi. Kriteria desain untuk aspek geoteknik proyek rekayasa biasanya berfokus pada pengendalian deformasi tanah yang berlebihan dan/atau aliran air melalui tanah.

Fondasi

Fondasi merupakan komponen integral dari semua proyek teknik sipil. Dari perspektif desain, masalah utama adalah mengendalikan deformasi tanah. Fondasi harus menunjukkan deformasi yang dapat diterima (baik vertikal maupun horizontal) di bawah beban desain tertentu. Fondasi struktur dapat dibagi menjadi dua kategori utama: fondasi dangkal dan fondasi dalam.

Fondasi Dangkal

Fondasi dangkal mengacu pada semua fondasi yang ditempatkan pada kedalaman terbatas dari permukaan tanah. Fondasi dangkal harus dirancang agar: (i) aman terhadap kegagalan geser keseluruhan, dan (ii) dapat menahan beban desainnya tanpa menunjukkan perpindahan yang berlebihan.

Untuk memastikan keamanan terhadap kegagalan geser keseluruhan, beban fondasi tidak boleh melebihi kapasitas dukung ultimit tanah (q₁). Persamaan umum untuk memprediksi kapasitas dukung ultimit fondasi dangkal terdiri dari kombinasi faktor teoretis dan empiris:

q₁ = c'NₛFₛₓFₛₙFₛᵢ + q₀NₑFₑₓFₑₙFₑᵢ + 0.5γBNᵧFᵧₓFᵧₙFᵧᵢ

Faktor-faktor bentuk, kedalaman, dan kemiringan beban ditentukan dari hubungan empiris. Kapasitas dukung yang diizinkan (qₐₗₗ) diperoleh dengan membagi kapasitas dukung ultimit dengan faktor keamanan (biasanya > 3).

Penurunan fondasi dangkal terdiri dari penurunan elastis yang hampir seketika dan penurunan konsolidasi yang terjadi secara bertahap karena air diperas keluar dari tanah di bawah beban baru. Total penurunan adalah jumlah dari penurunan elastis dan konsolidasi.

Fondasi Dalam

Fondasi dalam biasanya mengacu pada fondasi tiang pancang atau tiang bor. Keduanya mahal untuk dipasang tetapi seringkali diperlukan untuk memperoleh kapasitas beban yang diperlukan, memberikan ketahanan horizontal yang besar, atau memastikan fondasi melewati lapisan tanah lemah.

Kapasitas tiang ultimit (Q₁) terdiri dari tahanan ujung tiang (Qₚ) dan gesekan kulit tiang (Qₛ). Kapasitas tiang yang diizinkan diperoleh dengan membagi kapasitas ultimit dengan faktor keamanan yang biasanya berkisar antara 2,5 hingga 4,0 tergantung pada ketidakpastian perhitungan.

Lereng dan Tanggul

Kegagalan lereng, baik pada tanggul buatan manusia maupun lereng alami, menimbulkan bahaya signifikan bagi aktivitas manusia. Untuk menilai stabilitas lereng dan tanggul, bidang kegagalan terlemah dalam lereng harus diidentifikasi. Stabilitas lereng sering dievaluasi menggunakan teknik kesetimbangan batas yang menilai kesetimbangan gaya dan/atau momen dari berbagai massa kegagalan.

Bendungan dan Tanggul

Meskipun bendungan tanah dan tanggul mungkin terlihat seperti tanggul jalan raya, keduanya sangat berbeda karena harus menahan air untuk jangka waktu yang lama. Kehadiran air yang lama pada tipe tanggul ini dapat menyebabkan erosi. Sekitar separuh dari kegagalan bendungan tanah historis disebabkan oleh overtopping; separuh lainnya disebabkan oleh erosi internal.

Untuk mencegah erosi internal tanggul, perlu disediakan filter dan drainase di bagian bendungan. Filter dan drainase mencegah material tererosi sambil menyalurkan rembesan dan/atau kebocoran keluar dari bendungan dengan cara yang aman dan terkendali.

Dinding Penahan

Dinding penahan berfungsi menahan tanah di belakangnya tetap di tempatnya ketika tidak ada ruang yang cukup untuk membuat lereng yang stabil. Beberapa jenis dinding penahan meliputi dinding gravitasi, dinding tiang pancang, dinding kantilever, dan dinding jangkar.

Dinding penahan harus dirancang dengan mempertimbangkan mode kegagalan berikut:

  1. Kegagalan kapasitas dukung
  2. Kegagalan geser lateral
  3. Kegagalan rotasi dinding
  4. Stabilitas global

Tekanan tanah aktif (σₐ') yang bekerja pada dinding dapat dihitung sebagai σₐ' = σ₀'Kₐ - 2c'√Kₐ, di mana σ₀' adalah tegangan efektif vertikal, Kₐ adalah koefisien tekanan tanah aktif, dan c' adalah kohesi efektif tanah.

Pengeringan (Dewatering)

Dalam kasus di mana struktur akan ditempatkan jauh di bawah muka air tanah, perlu dilakukan pengeringan di lokasi konstruksi. Sumur titik (well points) biasanya dipasang untuk memompa air tanah keluar, menghasilkan penurunan lokal muka air tanah.

Terowongan, Struktur Lepas Pantai, dan Dinamika Tanah

Artikel ini juga membahas berbagai aspek lain dari rekayasa geoteknik, termasuk:

  • Terowongan: Insinyur geoteknik harus mengendalikan tingkat air tanah di terowongan sambil meminimalkan deformasi yang dihasilkan dari menciptakan ruang kosong dalam di bumi.
  • Struktur Lepas Pantai: Rekayasa geoteknik lepas pantai memiliki perbedaan signifikan dengan rekayasa daratan, termasuk klien dan badan regulasi yang berbeda, struktur yang lebih besar, biaya perbaikan tanah yang lebih mahal, dan beban lingkungan yang lebih tinggi.
  • Dinamika Tanah: Tiga subset rekayasa geoteknik yang melibatkan beban dinamis adalah jalan dan jalan raya, masalah pembebanan gempa, dan getaran mesin.

Longsoran Batu dan Tanah

Longsoran batu sering terjadi di sepanjang koridor transportasi di mana potongan dalam telah dibuat pada lereng batuan. Longsoran tanah sering terjadi di dekat perubahan antropogenik dalam lanskap. Dari 2004 hingga 2010, 2620 longsoran fatal terjadi di seluruh dunia menyebabkan total 32.322 korban jiwa (Petley, 2012).

Perbaikan Tanah

Perbaikan tanah didefinisikan sebagai perubahan tanah fondasi lokasi atau struktur tanah proyek untuk memberikan kinerja yang lebih baik dalam kondisi pembebanan desain dan/atau operasional. Beberapa teknologi perbaikan tanah yang umum digunakan termasuk pemadatan dinamik dalam, pemadatan vibro, dan pencampuran tanah dalam.

Konstruksi dan Pengendalian Kualitas

Selama konstruksi, perlu dilakukan validasi asumsi desain melalui observasi, pengukuran, dan pengujian. Ini meliputi:

  • Inspeksi Fondasi: Memastikan material yang ada sesuai dengan yang diharapkan.
  • Pengendalian Pekerjaan Tanah: Memastikan material pengisi yang benar ditempatkan dengan kadar air dan kepadatan yang tepat.
  • Pengendalian Erosi dan Drainase: Mencegah erosi tanah yang terekspos dan masalah lingkungan terkait.

Arah Masa Depan

Artikel ini menutup dengan diskusi tentang arah masa depan rekayasa geoteknik, termasuk pendidikan dan teknologi:

Pendidikan

Saat ini, persyaratan tingkat masuk pendidikan untuk insinyur geoteknik adalah gelar Master (MS). Para penulis mendorong Dewan Registrasi negara bagian untuk bergerak ke arah registrasi spesialisasi, yang memerlukan gelar MS bersama dengan pengalaman sebelum menjadi insinyur geoteknik terdaftar.

Teknologi

Teknologi komputer modern telah menambah nilai bagi insinyur geoteknik, memungkinkan visualisasi kondisi bawah permukaan dalam dua dan tiga dimensi. Kemajuan masa depan dalam kemampuan komputasi dan visualisasi akan mengubah dan meningkatkan praktik rekayasa geoteknik lebih lanjut, termasuk visualisasi 3-D kondisi bawah permukaan, penggunaan "big data" dalam geoteknik, penerapan algoritma pembelajaran mesin, dan analisis otomatis ketidakpastian dan risiko.

Kesimpulan

Rekayasa geoteknik adalah sub-disiplin teknik sipil yang mengandalkan aplikasi penilaian rekayasa secara terus-menerus. Penilaian ini dapat dikembangkan dengan baik melalui studi cermat tentang keberhasilan dan kegagalan masa lalu, serta pengalaman bertahun-tahun. Melalui pendidikan berkelanjutan dan bimbingan, pengalaman diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, mengarah pada kemajuan berkelanjutan profesi ini.

Sebagai komponen kritis dari hampir semua upaya terkait infrastruktur, rekayasa geoteknik memainkan peran penting dalam setiap proyek konstruksi. Seorang insinyur geoteknik yang baik harus memahami prinsip-prinsip dasar tanah, memiliki keahlian dalam karakterisasi lokasi, dan mampu menerapkan prinsip-prinsip desain untuk berbagai aplikasi, sambil tetap mempertimbangkan konstruktivitas dan tren masa depan dalam praktek.

Sumber: Robbins, B.A., Stephens, I.J., and Marcuson III, W.F. (2020). Geotechnical Engineering. Earth Systems and Environmental Sciences.