Penjelasan Buah dan Pohon Sukun

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana

29 Februari 2024, 09.16

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Artocarpus_altilis_(fruit).jpg

Sukun, juga dikenal sebagai Kururu, Ketimbul, atau Timbul (Artocarpus altilis), adalah salah satu spesies pohon penghasil buah. Buah sukun tidak memiliki biji dan memiliki daging yang lunak yang menyerupai roti saat dimasak atau digoreng. Oleh orang Eropa, buah ini dikenal dengan sebutan "sun" (Jerman: sukun, dalam bahasa Belanda: broodvrucht, dll). Sebenarnya, sukun merupakan varietas selektif yang tidak mengandung biji. Kata "sukun" berarti "tanpa biji" dalam bahasa Jawa, dan digunakan untuk varietas buah lain yang juga tidak memiliki biji, seperti jambu biji dan durian. Di berbagai daerah di Indonesia, buah ini dikenal dengan nama yang berbeda seperti Kuru, Karawi, dan Bakala. Di kawasan Pasifik, kultivar sukun sangat penting sebagai sumber karbohidrat.

Deskripsi

Pohon sukun, juga dikenal sebagai pohon timbul, umumnya merupakan pohon yang tinggi, dapat mencapai ketinggian hingga 30 meter, meskipun di pedesaan tingginya biasanya hanya sekitar belasan meter. Pohon ini biasanya memiliki cabang yang rendah dan batang besar yang lurus, dengan panjang hingga 8 meter, sering kali dilengkapi dengan akar papan yang rendah dan memanjang.

Daunnya tersebar dengan renggang, berukuran besar, dan tersusun secara berselang-seling. Ukuran lembar daun berkisar antara 20-40 × 20–60 cm, dengan pembagian menyirip dalam. Daun ini cenderung liat dan agak keras seperti kulit, dengan permukaan atas berwarna hijau tua yang mengkilap dan permukaan bawah yang kusam, kasar, dan berbulu halus. Kuncupnya tertutup oleh daun penumpu besar yang berbentuk kerucut. Ketika terluka, seluruh bagian pohon akan mengeluarkan getah putih atau lateks.

Bunga-bunga terletak di ketiak daun, dekat ujung ranting. Bunga jantan berbentuk bulir dan menggantung, dengan panjang sekitar 15–25 cm, awalnya berwarna hijau muda dan berubah menjadi kuning saat matang, dengan serbuk sari berwarna kuning yang mudah tersebar oleh angin. Bunga betina berbentuk bulat atau agak silindris, dengan ukuran sekitar 5-7 × 8–10 cm, berwarna hijau. Buahnya merupakan hasil perkembangan dari bunga betina, dengan diameter sekitar 10–30 cm. Buah dengan biji (timbul) memiliki duri-duri lunak dan pendek, berwarna hijau tua. Sementara itu, buah tanpa biji (sukun) biasanya memiliki kulit hijau kekuningan, dengan duri-duri yang berkurang menjadi pola mata faset segi-4 atau segi-6 di kulitnya.

Biji yang timbul berbentuk bulat atau agak gepeng hingga agak persegi, berwarna coklat, dengan ukuran sekitar 2,5 cm, dan dilapisi oleh tenda bunga. Sukun tidak menghasilkan biji, dan tenda bunganya di bagian atas menyatu, membentuk 'daging buah' sukun.

Hasil dan Kegunaan

Buah sukun yang tak berbiji merupakan sumber karbohidrat penting di berbagai kepulauan tropis, terutama di Pasifik dan Asia Tenggara. Buah ini dapat dimasak dalam berbagai cara, seperti direbus, digoreng, disangrai, atau dibakar. Di beberapa wilayah, buah sukun yang berlebihan akan difermentasi menjadi pasta yang awet dan bergizi, atau diolah menjadi keripik.

Sukun dapat menghasilkan buah hingga 200 per pohon per tahun, dengan berat bervariasi antara 400-1200 gram, bahkan ada yang mencapai 5 kilogram. Buah ini memiliki nilai energi antara 470-670 kJ per 100 gram. Daging buah yang dikeringkan dapat dijadikan tepung yang kaya akan pati, gula, protein, dan sedikit lemak.

Daun sukun bisa dijadikan pakan ternak, kulit batangnya menghasilkan serat yang baik, sedangkan getahnya digunakan untuk berbagai keperluan, seperti menjerat burung, menambal perahu, atau sebagai bahan dasar permen karet. Kayu sukun memiliki pola yang bagus dan digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk alat rumah tangga dan pembuatan perahu. Buah yang berbiji dapat dipetik saat masih muda dan dimasak sebagai sayuran atau camilan.

Penyebaran dan Ekologi

Sukun berasal dari kepulauan Nusantara hingga Papua, kemudian menyebar ke pulau-pulau di Pasifik mengikuti migrasi suku-suku Austronesia sekitar 2000 tahun sebelum Masehi. Selama perdagangan rempah di akhir zaman Majapahit, sukun menyebar ke Jawa dari Maluku. Pengaruh kolonisasi bangsa Eropa kemudian membawa sukun ke Malaysia, India, Sri Lanka, Mauritius, dan Afrika pada tahun 1899. Saat ini, sukun telah menyebar luas di berbagai wilayah tropis di seluruh dunia.

Sukun menyukai iklim tropis dengan suhu panas (20-40˚C), curah hujan tinggi (2000–3000 mm per tahun), dan kelembapan tinggi (70-90%). Tanaman ini lebih cocok tumbuh di dataran rendah, meskipun dapat ditemui hingga ketinggian sekitar 1500 m. Anakan pohon biasanya tumbuh lebih baik di bawah naungan tetapi memerlukan sinar matahari penuh saat dewasa. Meskipun kebanyakan kultivarnya dapat tumbuh subur di tanah aluvial yang subur dan berdrainase baik, varietas sukun juga dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, termasuk tanah berawa, tanah kapur, dan tanah payau. Beberapa klaim tentang potensi pengobatan tradisional dengan daun sukun yang tua belum didukung oleh penelitian ilmiah yang memadai.


Disadur dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Sukun_(pohon)