Pengembangan Lahan: Sejarah dan Evolusi Pembentukan Perkotaan dan Perumahan

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri

24 April 2024, 08.22

Sumber: en.wikipedia.org

Pengembangan lahan adalah perubahan lanskap dengan berbagai cara seperti:

  • Mengubah bentang alam dari kondisi alami atau semi-alami untuk tujuan seperti pertanian atau perumahan
  • Membagi real estat menjadi beberapa kavling, biasanya untuk tujuan membangun rumah
  • Pengembangan real estat atau mengubah tujuannya, misalnya dengan mengubah kompleks pabrik yang tidak terpakai menjadi kondominium.

Sejarah 

Pengembangan lahan memiliki sejarah sejak zaman Neolitikum sekitar 8.000 tahun sebelum Masehi. Sejak awal peradaban, proses pengembangan lahan telah menguraikan perkembangan perbaikan pada sebidang tanah berdasarkan kode dan peraturan, khususnya kompleks perumahan.

Aspek ekonomi

Dalam konteks ekonomi, pengembangan lahan juga terkadang diiklankan sebagai perbaikan lahan atau ameliorasi lahan. Hal ini mengacu pada investasi yang membuat lahan lebih dapat digunakan oleh manusia. Untuk tujuan akuntansi, hal ini mengacu pada berbagai macam proyek yang meningkatkan nilai dari proses tersebut. Sebagian besar dapat disusutkan, tetapi beberapa perbaikan lahan tidak dapat disusutkan karena masa manfaatnya tidak dapat ditentukan. Pembangunan rumah dan penahanan adalah dua jenis pengembangan yang paling umum dan tertua.

Dalam konteks perkotaan, pengembangan lahan lebih jauh mencakup:

  • Konstruksi jalan.
  1. Akses jalan, jalan setapak, dan tempat parkir.
  2. Jembatan.
  • Lansekap.
  1. Pembukaan, terasering, atau perataan lahan.
  2. ​​​​​​​Penyiapan lahan (pengembangan) untuk kebun.
  • Pemasangan pagar dan, pada tingkat yang lebih rendah, pagar tanaman.
  • Koneksi layanan ke layanan kota dan utilitas publik.
  • Drainase, sistem kanal.
  • Penerangan eksternal (lampu jalan, dll.)

Pemilik tanah atau pengembang proyek dengan ukuran berapa pun, seringkali ingin memaksimalkan keuntungan, meminimalkan risiko, dan mengendalikan arus kas. "Energi yang menguntungkan" ini berarti mengidentifikasi dan mengembangkan skema terbaik untuk pasar lokal, sambil memenuhi proses perencanaan lokal.

Analisis pengembangan menempatkan prospek pengembangan dan proses pengembangan itu sendiri di bawah mikroskop, mengidentifikasi di mana peningkatan dan perbaikan dapat diperkenalkan. Perbaikan ini bertujuan untuk menyelaraskan dengan praktik desain terbaik, kepekaan politik, dan persyaratan sosial yang tak terelakkan dari sebuah proyek, dengan tujuan utama untuk meningkatkan nilai tanah dan margin keuntungan atas nama pemilik tanah atau pengembang.

Analisis pengembangan dapat menambah nilai tanah dan pembangunan secara signifikan, dan dengan demikian merupakan alat yang sangat penting bagi pemilik tanah dan pengembang. Hal ini merupakan langkah penting dalam buku The Image of the City karya Kevin A. Lynch pada tahun 1960, dan dianggap penting untuk mewujudkan potensi nilai tanah. Pemilik lahan dapat berbagi dalam keuntungan perencanaan tambahan (peningkatan nilai yang signifikan) melalui kesadaran akan potensi pengembangan lahan.

Hal ini dilakukan melalui penilaian pengembangan sisa atau penilaian sisa. Penilaian residu menghitung nilai jual produk akhir (nilai pengembangan bruto atau GDV) dan secara hipotetis mengurangi biaya, termasuk biaya perencanaan dan konstruksi, biaya keuangan, dan keuntungan pengembang. "Residu", atau proporsi sisa, mewakili nilai tanah. Oleh karena itu, dalam memaksimalkan GDV (apa yang dapat dibangun di atas tanah), nilai tanah juga akan meningkat.

Disadur dari: en.wikipedia.org