Pengaruh Supplier Relationship Management terhadap Kinerja Proyek Konstruksi Jalan di Wajir County, Kenya

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

25 April 2025, 06.57

freepik.com

Dalam industri konstruksi jalan yang sarat risiko dan kompleksitas, pengelolaan rantai pasokan bukan sekadar soal logistik. Salah satu pendekatan kunci untuk meningkatkan kinerja proyek adalah melalui Supplier Relationship Management (SRM), yang tidak hanya memfasilitasi aliran barang dan jasa, tetapi juga menciptakan ekosistem kolaboratif yang saling menguntungkan. Artikel “Supplier Relationship Management and Performance of Road Construction Projects” karya Ibrahim D.Y. dan Mutuku M.K. membedah secara mendalam bagaimana praktik SRM memengaruhi efektivitas proyek konstruksi jalan di Wajir County, Kenya.

Latar Belakang dan Relevansi Penelitian

Penelitian ini berangkat dari tantangan nyata yang dihadapi sektor publik Kenya dalam proyek pembangunan jalan, khususnya di wilayah terpencil seperti Wajir County. Dengan menggunakan pendekatan teori stewardship sebagai landasan teoritis—yang menekankan pentingnya pengelolaan organisasi berbasis tanggung jawab kolektif—studi ini menyoroti bagaimana kolaborasi dengan pemasok berdampak langsung terhadap output proyek.

Pengumpulan data dilakukan melalui survei semi-terstruktur yang menyasar 50 responden, terdiri dari 5 manajer proyek dan 45 anggota tim proyek dari Departemen Jalan dan Transportasi Wajir County.

Temuan Kunci: SRM dan Performa Proyek Konstruksi

a. Pertukaran Ide dan Umpan Balik yang Meningkatkan Operasional

Sebanyak 40,9% responden setuju bahwa hubungan yang positif dengan pemasok memungkinkan terjadinya pertukaran ide dan feedback secara berkala, yang pada gilirannya meningkatkan efisiensi operasional. Nilai rata-rata dari tanggapan ini adalah 3.7 (dari skala 5), dengan standar deviasi yang rendah (0.98), menunjukkan konsistensi jawaban.

b. Efisiensi Biaya

36,4% responden menyatakan bahwa hubungan yang baik dengan pemasok berdampak pada pengurangan biaya. Hal ini menunjukkan adanya penghematan operasional yang nyata, yang diperkuat oleh rata-rata skor 3.66.

c. Identifikasi dan Eliminasi Limbah

SRM juga memungkinkan pemerintah daerah mengidentifikasi akar penyebab limbah dan merancang solusi untuk mengeliminasinya. Hal ini terbukti dari 31,8% responden yang sangat setuju dengan pernyataan ini, dengan skor rata-rata 3.73.

d. Komunikasi yang Lebih Baik

Peningkatan komunikasi internal dan eksternal dalam proyek adalah dampak positif lainnya. Meski hanya 15,9% yang sangat setuju, skor rata-rata 3.34 menandakan adanya pengaruh sedang dari SRM terhadap komunikasi yang lebih efektif antara pihak internal dan pemasok.

e. Penguatan Rantai Pasokan

Sebanyak 34,1% responden mengamini bahwa strategi SRM memperkuat rantai pasokan proyek, ditandai oleh skor rata-rata 3.75. Ini menunjukkan bahwa SRM tidak hanya bermanfaat secara mikro tetapi juga berdampak sistemik terhadap kesinambungan proyek.

Analisis Regresi: SRM sebagai Prediktor Signifikan Kinerja Proyek

Studi ini menggunakan analisis regresi linier untuk mengukur pengaruh SRM terhadap kinerja proyek. Hasilnya menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0.432—indikator hubungan positif yang cukup kuat antara SRM dan performa proyek. R-squared sebesar 0.187 berarti 18,7% variasi dalam performa proyek dapat dijelaskan oleh variabel SRM.

Dengan nilai F-statistik 9.647 dan p-value 0.003, model ini secara statistik signifikan. Regresi menunjukkan koefisien SRM sebesar 0.635 (p = 0.003), menandakan bahwa setiap peningkatan satu unit dalam SRM akan menaikkan skor performa proyek sebesar 0.635 poin, ceteris paribus.

Studi Kasus: Wajir County sebagai Laboratorium Implementasi SRM

Wajir County menjadi contoh menarik untuk mengamati dinamika SRM di kawasan dengan tantangan geografis dan logistik tinggi. Pemerintah daerah berhasil menciptakan hubungan jangka panjang dengan pemasok, yang kemudian berdampak pada pengurangan konflik kontraktual, penyediaan material tepat waktu, serta peningkatan transparansi dalam pengadaan barang.

Di wilayah yang sering diabaikan dalam prioritas nasional, pencapaian ini menjadi bukti bahwa pendekatan manajemen relasi dapat menjadi instrumen kebijakan pembangunan daerah yang efektif.

Pembelajaran bagi Indonesia: Apa yang Bisa Diadopsi?

Meski konteks geografis dan sosial berbeda, Indonesia memiliki kemiripan dalam karakteristik proyek konstruksi jalan—sering kali tersebar di daerah terpencil dengan keterbatasan infrastruktur logistik. Beberapa poin kunci dari studi ini yang dapat diadopsi antara lain:

  • Penerapan evaluasi pemasok secara berkala untuk memastikan kesesuaian dan kinerja.
  • Pembangunan sistem komunikasi digital antara penyedia dan pelaksana proyek untuk mempercepat aliran informasi.
  • Pelatihan pengadaan untuk pemerintah daerah, agar dapat lebih memahami pentingnya hubungan kolaboratif, bukan transaksional, dengan pemasok.

Kritik dan Saran terhadap Studi

Studi ini memberikan kontribusi signifikan dalam pemahaman peran SRM dalam proyek konstruksi. Namun, terdapat beberapa catatan:

  1. Keterbatasan Geografis: Studi hanya dilakukan di satu county; hasilnya bisa jadi tidak representatif untuk wilayah lain.
  2. Jumlah Responden: Sampel 50 orang cukup kecil untuk generalisasi nasional.
  3. Dimensi Kualitatif Minim: Meskipun ada wawancara semi-terstruktur, eksplorasi mendalam terhadap dinamika hubungan antarpihak belum sepenuhnya tergali.

Akan sangat menarik jika studi lanjutan memasukkan metode kualitatif seperti studi etnografis proyek, atau perbandingan antar-county, untuk memperkuat validitas ekternal temuan.

Penutup: Hubungan yang Baik Bukan Sekadar Nilai Tambah, Melainkan Keputusan Strategis

Artikel ini menunjukkan dengan jelas bahwa SRM bukan sekadar strategi relasional, tetapi merupakan pilar dari keberhasilan proyek konstruksi. Dengan membangun hubungan yang saling percaya dan terbuka antara pemilik proyek dan pemasok, efisiensi, akurasi, dan keberlanjutan proyek dapat ditingkatkan secara signifikan.

Untuk organisasi pemerintah maupun swasta, terutama di sektor konstruksi yang kompleks dan penuh tantangan, praktik SRM layak dijadikan investasi jangka panjang. Ia bukan hanya menjanjikan efisiensi teknis, tetapi juga menciptakan lingkungan kolaboratif yang mendukung pertumbuhan ekonomi lokal, meningkatkan kualitas proyek, serta memperkuat integritas sistem pengadaan.

Sumber asli artikel:
Ibrahim, D. Y., & Mutuku, M. K. (2022). Supplier relationship management and performance of road construction projects. The Strategic Journal of Business & Change Management, 9(4), 1515–1523.