Negara Pulau Hadapi Krisis Air, IWRM Jadi Solusi Terintegrasi dalam Pengelolaan Sumber Daya

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

01 Juli 2025, 12.10

pixabay.com

Integrated Water Resources Management (IWRM) menjadi konsep yang diadopsi secara luas dalam kebijakan air global, termasuk di kawasan Small Island Developing States (SIDS) seperti negara-negara Karibia. Namun, apakah pendekatan ini benar-benar diterapkan dan efektif?

Makalah teknis dari Global Water Partnership (GWP) tahun 2014 ini membahas 15 negara Karibia berbahasa Inggris dan menyajikan evaluasi menyeluruh atas capaian, tantangan, dan arah ke depan dari implementasi IWRM di kawasan tersebut.

Mengapa IWRM Penting untuk SIDS?

Negara pulau kecil menghadapi tantangan unik:

  • Ketersediaan air terbatas akibat geografis dan perubahan iklim.
  • Kepadatan penduduk tinggi, urbanisasi cepat, dan pertumbuhan ekonomi yang menuntut kebutuhan air lebih besar.
  • Keterkaitan darat-laut yang sangat kuat, sehingga pengelolaan air berdampak langsung pada ekosistem laut.

IWRM menjadi solusi karena:

  • Mengintegrasikan pengelolaan hulu-hilir (“source to sea”).
  • Memadukan aspek kebijakan, institusi, dan instrumen teknis.
  • Menyasar keberlanjutan sosial, ekonomi, dan lingkungan secara bersamaan.

Kemajuan Nyata: Apa yang Sudah Dicapai?

Sejak 2002, Karibia berkomitmen menyusun rencana IWRM & efisiensi air (WUE) sebelum 2005. Namun hingga 2014, hanya sebagian kecil negara yang benar-benar menerapkannya secara menyeluruh.

Data penting:

  • >95% warga memiliki akses ke air, tapi banyak infrastruktur yang sudah tua dan tidak terawat.
  • Tarif air masih diatur politis, bukan berdasarkan nilai ekonomi.
  • Negara seperti Jamaika dan Guyana sudah memiliki kementerian khusus air, tetapi sebagian besar negara lain belum memisahkan manajemen air dan pelayanan air minum.

Studi Kasus Negara-Negara Karibia

  1. Barbados
    • Menggunakan hampir 100% sumber daya air yang tersedia.
    • Rentan terhadap kekeringan dan salinisasi air tanah.
    • Mengandalkan desalinasi air laut.
  2. Saint Lucia
    • Mengalami defisit pasokan 35%.
    • Sumber air utama adalah sungai pendek dengan debit musiman yang sangat berfluktuasi.
  3. Trinidad dan Tobago
    • Mengalami defisit air sejak 2000.
    • Upaya pemisahan fungsi layanan dan pengelolaan mulai dijalankan.
  4. Dominika, Grenada, Saint Vincent
    • Mengalami kekurangan air selama musim kering akibat penurunan aliran sungai.

Kelemahan Sistem Saat Ini

  • Institusi air tumpang tindih, satu lembaga bisa merangkap fungsi regulasi dan penyedia layanan.
  • Politik tarif air menyebabkan minimnya insentif efisiensi dan investasi.
  • Kurangnya pengawasan atas kualitas air dan pengelolaan limbah.
  • Partisipasi publik rendah, membuat perubahan sistem berjalan lambat.

Proyek Percontohan: Titik Terang di Tengah Tantangan

Proyek demonstrasi skala kecil justru menunjukkan hasil paling nyata:

  • Contoh: Proyek IWCAM (Integrating Watershed and Coastal Area Management) yang didanai oleh GEF dan dijalankan antara 2004–2013.
  • Fokus pada komunitas lokal dan melibatkan pemangku kepentingan lintas sektor.
  • Membuktikan bahwa pendekatan integratif efektif jika menjawab masalah nyata yang dihadapi warga.

Tantangan IWRM di Masa Depan

Makalah ini mengidentifikasi tantangan utama:

  1. Lemahnya kelembagaan dan pembagian tugas antarsektor.
  2. Pendanaan terbatas, ketergantungan pada proyek luar negeri.
  3. Ketidaksiapan politis untuk perubahan struktural, seperti kenaikan tarif atau restrukturisasi institusi.
  4. Ketidakterhubungan antara kebijakan air dan iklim, padahal Karibia sangat rentan terhadap siklon dan perubahan pola hujan.

Rekomendasi Strategis

Makalah ini menawarkan beberapa strategi kunci:

  • Pendekatan inkremental, bukan reformasi total, karena lebih realistis secara politis.
  • Brokering politik: memastikan solusi sesuai dengan persepsi dan kebutuhan politisi.
  • Penguatan kapasitas profesional, bukan hanya teknis tetapi juga dalam negosiasi dan advokasi.
  • Keterlibatan masyarakat dan CBO, sebagai aktor pengawas dan mitra dalam implementasi.

Opini dan Relevansi Global

Artikel ini relevan bukan hanya untuk Karibia, tapi juga untuk negara-negara seperti Indonesia yang memiliki banyak pulau kecil dengan persoalan serupa:

  • Ketergantungan pada air hujan dan air tanah.
  • Minimnya koordinasi antar instansi air.
  • Perluasan wilayah urban yang mengganggu catchment area.

IWRM dapat diadaptasi untuk wilayah pesisir Indonesia dengan strategi lokal, penguatan peran pemda, dan pendekatan partisipatif yang konsisten.

Kesimpulan

IWRM bukan solusi instan, tapi fondasi penting untuk pengelolaan air berkelanjutan di negara-negara kecil yang rentan. Pengalaman 15 tahun di Karibia menunjukkan bahwa pendekatan ini:

  • Berhasil bila dikaitkan dengan masalah nyata di lapangan.
  • Perlu dukungan politis tingkat tinggi dan pembiayaan jangka panjang.
  • Membutuhkan fleksibilitas dan adaptasi lokal.

Melalui kombinasi antara kebijakan, aksi komunitas, dan kesadaran politik, pendekatan IWRM dapat menjadi jalan keluar dari krisis air yang kian memburuk.

Sumber : Cashman, A., Cox, C., Daniel, J., & Smith, T. (2014). Integrated water resources management in the Caribbean: The challenges facing Small Island Developing States. Global Water Partnership Technical Focus Paper. ISBN: 978-91-87823-01-5.