Building Information Modeling (BIM) telah menjadi pusat perhatian dalam dunia arsitektur, teknik, dan konstruksi (AEC) karena kemampuannya menghadirkan platform digital kolaboratif yang mengintegrasikan seluruh tahapan proyek—dari desain hingga pengelolaan aset. Namun, artikel ini mengungkapkan bahwa meskipun implementasi BIM telah berkembang pesat, kontribusi dari bidang Sistem Informasi (IS) dalam memandu transformasi ini masih sangat terbatas.
Dengan meninjau 264 artikel jurnal dari berbagai disiplin (terutama teknik sipil dan rekayasa), penelitian ini membuka wawasan bahwa pengembangan dan adopsi BIM bukan hanya tantangan teknis, tetapi juga tantangan sosial, organisasi, dan manajerial—wilayah yang menjadi kekuatan riset IS.
Temuan Utama: Bagaimana Tren Riset BIM Berkembang?
Ledakan Minat Akademik terhadap BIM
Sejak 1996 hingga 2010, jumlah publikasi terkait BIM meningkat hampir eksponensial. Puncaknya terjadi antara 2007–2010, menunjukkan lonjakan minat terhadap BIM sebagai teknologi disruptif dalam konstruksi. Dari total 264 artikel yang dianalisis:
- 115 artikel (43,6%) berfokus pada “processing” data BIM (modeling, drafting, manajemen database)
- 42 artikel (15,8%) membahas dampak organisasi dan industri dari BIM
- 38 artikel (14,4%) membahas tantangan adopsi dan implementasi teknologi
- Sisanya membahas infrastruktur bersama, komunikasi, edukasi, dan kebutuhan masa depan
Core Themes: Akar Teknis BIM yang Menunggu Perspektif Baru
1. Infrastruktur Bersama: Tantangan Hukum dan Teknologi
Implementasi BIM membutuhkan jaringan teknologi, legal, dan sosial yang dapat diakses secara lintas organisasi. Studi menunjukkan bahwa banyak organisasi menghadapi:
- Kurangnya standar kontrak terkait model 3D
- Masalah interoperabilitas software antar pihak
- Ketidakjelasan regulasi hak kekayaan intelektual atas data BIM
Beberapa studi menyarankan bahwa organisasi perlu merancang ulang sistem manajemen informasi dan kontrak legal mereka untuk mendukung pertukaran data lintas entitas.
2. Komunikasi dan Koordinasi: Integrasi ERP hingga Cloud
BIM tidak berdiri sendiri; nilai utamanya terletak pada integrasi dengan sistem lain seperti:
- ERP untuk logistik proyek
- RFID untuk pelacakan material
- Cloud computing untuk kolaborasi global
Namun, masih sedikit studi yang menilai efektivitas integrasi ini secara holistik. Bahkan, potensi cloud-BIM untuk UMKM masih dalam tahap konseptual.
3. Pemrosesan Data: Jantung Inovasi BIM
Kategori ini mencakup lebih dari 40% riset, menunjukkan bahwa pengembangan algoritma pemodelan, simulasi (misal: FEM, HVAC), serta interoperabilitas format file seperti IFC dan XML menjadi fokus dominan. Penelitian juga menunjukkan adanya kebutuhan besar untuk mengembangkan:
- AEC Smart Objects: objek parametrik dengan pengetahuan tertanam
- Product Libraries: database harga, produk, dan spesifikasi material historis
Sayangnya, hanya sedikit riset yang meneliti bagaimana teknologi ini menyimpan dan mendistribusikan tacit knowledge—pengetahuan praktikal yang biasanya hilang saat staf ahli pensiun atau pindah kerja.
Support Themes: Celah Riset IS untuk Mengubah Lanskap BIM
Adopsi dan Implementasi: Antara Potensi dan Realita
Meskipun BIM menjanjikan efisiensi biaya dan waktu, banyak perusahaan konstruksi (terutama skala menengah dan kecil) masih ragu untuk mengadopsinya. Alasan utamanya:
- Ketidaksiapan infrastruktur digital
- Resistensi budaya organisasi terhadap perubahan
- Biaya investasi awal tinggi
Framework yang dikembangkan Succar (2009) menawarkan model tingkat kematangan organisasi dalam adopsi BIM. Namun, riset seputar peran budaya organisasi, konflik antar-disiplin, dan adopsi lintas organisasi masih sangat minim.
Dampak BIM: Menuju Evaluasi yang Lebih Strategis
Penelitian terdahulu sudah mengukur first-order effects seperti:
- Efisiensi waktu (4D BIM)
- Akurasi estimasi biaya (5D BIM)
- Pengurangan konflik desain
Namun, belum banyak studi yang membahas business value jangka panjang, seperti:
- ROI penggunaan BIM
- Transformasi model bisnis perusahaan konstruksi
- Pengaruh terhadap struktur organisasi dan peran kerja
Studi awal di perusahaan besar seperti Hochtief AG dan Turner Construction menunjukkan bahwa 4D dan 5D BIM membawa dampak signifikan pada presisi estimasi waktu dan biaya, tetapi belum dikaji dalam pendekatan Balanced Scorecard atau Value Chain Analysis.
Peluang Kolaborasi: Mengapa BIM Butuh Riset Sistem Informasi?
1. BIM sebagai Boundary Object dan Ruang Kolaboratif
Dalam proyek konstruksi, model BIM menjadi ruang bersama tempat semua pihak (arsitek, insinyur struktur, MEP, manajer proyek) berinteraksi. Namun, belum ada studi IS yang mendalami bagaimana BIM memfasilitasi negosiasi makna dan koordinasi antar tim—isu yang menjadi fokus dalam literatur Computer-Supported Cooperative Work (CSCW).
2. Agensi Manusia vs Affordance Teknologi
Sebagian besar riset BIM masih bertumpu pada potensi teknologinya, bukan pada apa yang benar-benar bisa dilakukan pengguna dengan BIM. Di sinilah pendekatan IS seperti imbrication theory (hubungan antara affordance teknologi dan agensi manusia) bisa memperkaya pemahaman.
3. BIM sebagai Transformasi Strategis
Alih-alih sekadar alat otomatisasi, BIM dapat mengubah cara perusahaan mendesain, berkolaborasi, dan membangun. Namun, saat ini masih banyak riset yang memandang BIM sebagai tool-based innovation, bukan strategic digital transformation. IS research dapat menjawab pertanyaan ini dengan pendekatan seperti IT-enabled business transformation, organizational agility, atau digital capability maturity.
Kesimpulan: BIM Bukan Lagi Pertanyaan "Apakah", Tapi "Bagaimana"
Studi ini menyimpulkan bahwa BIM sudah menjadi arus utama dalam riset konstruksi, tetapi masih sangat sedikit dijelajahi dari perspektif Sistem Informasi. Oleh karena itu, para peneliti IS memiliki kesempatan besar untuk:
- Membangun jembatan antara teknologi dan perilaku organisasi
- Menyumbangkan teori adopsi, perubahan organisasi, dan pengukuran nilai bisnis ke dalam praktik BIM
- Mengembangkan metodologi evaluasi digitalisasi proyek konstruksi yang lebih holistik
Dengan dukungan literatur IS yang mapan serta kebutuhan nyata industri, BIM adalah ladang subur untuk kontribusi akademik lintas disiplin.
Referensi Asli : Communications of the Association for Information Systems (CAIS), Volume 31, Artikel 10, Desember 2012