Dalam beberapa dekade terakhir, sektor konstruksi menghadapi tekanan besar untuk bertransformasi menjadi industri yang tidak hanya efisien secara ekonomi tetapi juga berkontribusi terhadap keberlanjutan sosial dan lingkungan. Paper berjudul “Toward a Holistic View on Lean Sustainable Construction: A Literature Review” karya Sam Solaimani dan Mohamad Sedighi menjadi upaya penting dalam menjembatani kesenjangan pemahaman tentang bagaimana prinsip-prinsip Lean dapat berkontribusi secara nyata terhadap triple bottom line: people (sosial), planet (lingkungan), dan profit (ekonomi). Resensi ini mengulas paper tersebut secara komprehensif, dengan menganalisis data, menyajikan studi kasus, serta mengaitkannya dengan praktik industri dan arah masa depan konstruksi berkelanjutan.
Membedah Integrasi Lean dan Keberlanjutan: Mengapa Perlu?
Lean Construction, yang berakar dari sistem produksi Toyota, pada awalnya berfokus pada efisiensi dan pengurangan limbah (waste) dalam proses. Namun, dalam perkembangan terbaru, pendekatan ini mulai diperluas ke ranah keberlanjutan. Solaimani dan Sedighi menggunakan metode Systematic Literature Review (SLR) terhadap 118 artikel dari tahun 1998–2017 untuk menjawab satu pertanyaan mendasar: Bagaimana Lean Construction berkontribusi terhadap keberlanjutan secara menyeluruh?
Hasil studi ini menunjukkan bahwa sebagian besar literatur masih condong ke aspek ekonomi, sementara aspek sosial dan lingkungan kurang mendapatkan porsi perhatian yang seimbang. Paper ini kemudian menyusun framework holistik berdasarkan tiga dimensi utama: aktor (supplier, developer, customer), fase konstruksi (dari ekstraksi hingga okupansi), dan dimensi keberlanjutan (ekonomi, lingkungan, sosial).
Dimensi Ekonomi: Efisiensi dan Efektivitas Proses
Studi Kasus: JIT dan VSM untuk Efisiensi Material
Dalam fase extraction and processing, penggunaan strategi Just-In-Time (JIT) terbukti mampu mengurangi biaya inventaris dan limbah material. Sebagai contoh, penerapan VSM (Value Stream Mapping) oleh Mullens (2008) dalam pabrik prefab menunjukkan peningkatan signifikan dalam alur kerja dan efisiensi waktu.
Solaimani dan Sedighi juga menyoroti bagaimana pemanfaatan pull-based production dan kemitraan jangka panjang dengan supplier dapat mengurangi variasi pasokan dan meningkatkan keandalan distribusi. Hal ini diperkuat oleh pendekatan Kaizen (perbaikan berkelanjutan) serta 5S dalam pengaturan ruang kerja.
Visualisasi dan BIM dalam Perencanaan
Di tahap design and planning, penggunaan BIM (Building Information Modeling) dan perangkat lunak simulasi seperti CAD dan TEKLA membantu mengantisipasi bottleneck, meningkatkan kolaborasi, dan mendukung pengambilan keputusan berbasis data. Studi oleh Sacks et al. menunjukkan bahwa BIM mampu mengurangi kesalahan desain dan mempercepat proses perencanaan hingga 30%.
Dimensi Lingkungan: Efisiensi Energi dan Minimasi Limbah
Lean Construction tidak hanya tentang biaya, tetapi juga tentang bagaimana mengurangi dampak lingkungan. Paper ini menunjukkan bahwa dalam fase logistik dan distribusi, kelebihan pengiriman material merupakan salah satu sumber utama emisi karbon. Upaya mengoptimalkan estimasi material dan pemesanan yang tepat waktu menjadi kunci.
Studi Kasus: Proyek Net-Zero Energy
Dalam proyek skala besar yang menerapkan prinsip net-zero energy, monitoring konsumsi energi dan penggunaan bahan lokal mampu menurunkan jejak karbon secara signifikan. Koranda et al. (2012) mencatat bahwa pengurangan emisi CO2 hingga 20% dicapai hanya dengan mengurangi jarak distribusi material.
Namun, paper ini juga mencatat adanya ketimpangan antara proyek besar dan kecil. Proyek besar cenderung lebih siap secara struktur dan pendanaan untuk menerapkan prinsip Lean dan ramah lingkungan, sedangkan proyek kecil sering kali kesulitan.
Dimensi Sosial: Kesejahteraan, Keselamatan, dan Keadilan
Aspek sosial menjadi bagian yang paling menantang karena sulit diukur secara kuantitatif. Namun, penting untuk tidak diabaikan.
Autonomation untuk Keselamatan Pekerja
Konsep autonomation, yaitu pemberian kewenangan kepada pekerja untuk menghentikan proses produksi jika terdeteksi potensi bahaya, menjadi salah satu pilar Lean yang berkontribusi pada keselamatan kerja. Ikuma et al. (2011) menekankan bahwa sistem ini menurunkan risiko cedera kerja secara signifikan dalam proyek high-rise dengan tingkat repetisi tinggi.
Modulasi dan Ergonomi
Penerapan modularisasi mengurangi pekerjaan manual dan meningkatkan ergonomi di lokasi kerja. Ini bukan hanya efisien secara operasional, tetapi juga mengurangi kelelahan dan cedera. Visualisasi juga membantu meningkatkan koordinasi dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat.
Cakupan Global dan Pola Penelitian
Sebagian besar studi Lean-Sustainable Construction berasal dari AS, Inggris, dan India, dengan pendekatan yang sangat didominasi oleh studi kasus (40 studi tunggal dan 18 multi-kasus). Ini mencerminkan betapa kontekstualnya implementasi Lean dan pentingnya mempertimbangkan kondisi lokal dalam adopsinya.
Namun, masih sedikit studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif atau eksploratif jangka panjang seperti longitudinal atau action research. Padahal, hal ini penting untuk menguji efektivitas jangka panjang dari integrasi Lean dan keberlanjutan.
Trade-off dan Tantangan Integrasi
Paper ini tidak mengabaikan adanya potensi konflik antara tiga pilar keberlanjutan. Misalnya:
- Penerapan panel surya (lingkungan) dapat meningkatkan biaya awal (ekonomi).
- Modulasi (efisiensi) dapat membatasi ekspresi desain (sosial).
- Optimalisasi proses produksi (ekonomi) bisa mengurangi pekerjaan lokal (sosial).
Solaimani dan Sedighi menggunakan causal loop diagram untuk menunjukkan bahwa intervensi Lean yang positif di satu area dapat menghasilkan penguatan atau bahkan ketegangan di area lain. Inilah pentingnya pendekatan holistik.
Kritik dan Implikasi Praktis
Salah satu nilai tambah utama paper ini adalah struktur framework “GLean Construction” – gabungan Green dan Lean – yang menjadi referensi praktis dan teoritis. Namun, penulis juga mengakui keterbatasan seperti kurangnya perhatian pada aspek teknologi terkini (Industry 4.0), inovasi lokal, dan pengelolaan SDM berbasis Lean.
Praktisi di lapangan bisa menggunakan insight dari paper ini untuk:
- Mengembangkan SOP berbasis Lean untuk mengurangi kecelakaan kerja.
- Mengintegrasikan pelatihan keberlanjutan dalam onboarding karyawan.
- Menerapkan BIM tidak hanya untuk desain tetapi juga untuk kolaborasi sosial.
Sementara itu, akademisi bisa mendorong penelitian baru di bidang Lean HRM, penggunaan AI/IoT dalam optimasi keberlanjutan, serta studi lintas negara tentang penerapan Lean-Sustainable Construction.
Penutup: Menuju Konstruksi yang Benar-benar Holistik
Paper ini adalah panggilan untuk melampaui sekadar efisiensi biaya dan berpikir dalam kerangka besar. Keberlanjutan bukan sekadar slogan, tetapi proses kolaboratif antar aktor konstruksi yang harus mempertimbangkan manusia, lingkungan, dan ekonomi secara seimbang.
Dalam era perubahan iklim dan tekanan urbanisasi yang masif, hanya pendekatan holistik seperti yang ditawarkan oleh Solaimani dan Sedighi yang bisa menjadi panduan untuk masa depan konstruksi yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Sumber artikel asli:
Solaimani, S., & Sedighi, M. (2020). Toward a Holistic View on Lean Sustainable Construction: A Literature Review. Journal of Cleaner Production, 248, 119213.