Meningkatkan Kinerja dengan Strategi Peningkatan Individu dan Organisasi

Dipublikasikan oleh Farrel Hanif Fathurahman

29 April 2024, 17.26

Manage Better

Peningkatan kinerja berfungsi sebagai landasan untuk meningkatkan keluaran, efisiensi, dan efektivitas berbagai proses baik dalam ranah individu maupun organisasi. Baik itu menyempurnakan kinerja seorang atlet atau mengoptimalkan operasi perusahaan komersial, upaya untuk meningkatkan kinerja merupakan tujuan yang tersebar luas di berbagai bidang.

Di Penjaga Pantai Amerika Serikat, upaya peningkatan kinerja dikodifikasikan dalam Panduan Peningkatan Kinerja (PIG). Sumber daya yang komprehensif ini menggambarkan spektrum proses dan alat yang bertujuan untuk memperkuat manajemen kinerja baik pada eselon individu maupun organisasi.

Di tingkat organisasi, peningkatan kinerja lebih dari sekedar peningkatan efisiensi, dan merupakan perwujudan pendekatan holistik terhadap perubahan organisasi. Para manajer dan badan pengatur mempelopori inisiatif untuk menilai tingkat kinerja saat ini, mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan, dan menerapkan intervensi strategis untuk mendorong keluaran dan efisiensi yang lebih tinggi. Komponen utama perbaikan organisasi mencakup penilaian kepuasan pelanggan, menyempurnakan perilaku organisasi, dan meningkatkan infrastruktur agar selaras dengan tujuan menyeluruh.

Tujuan menyeluruh dari perbaikan organisasi mencakup peningkatan efektivitas, efisiensi, dan kemanjuran. Meskipun efektivitas berkisar pada penyampaian barang dan jasa secara efisien, efisiensi berkaitan dengan optimalisasi pemanfaatan sumber daya. Efikasi, di sisi lain, berfokus pada penetapan dan pencapaian tujuan organisasi. Upaya perbaikan dapat terwujud di berbagai tingkatan, mulai dari pelaku individu hingga seluruh unit organisasi.

Di bidang bisnis, peningkatan kinerja tidak hanya mencakup efisiensi operasional, tetapi juga mencakup kinerja manusia dalam penjualan, operasional, dan keterlibatan karyawan. Memanfaatkan penghargaan psikologis, seperti motivasi dan pengakuan intrinsik, berfungsi sebagai strategi ampuh untuk menstimulasi kinerja dan menyelaraskan karyawan dengan tujuan organisasi. Dengan menggabungkan penghargaan tunai dan non-tunai ke dalam inisiatif peningkatan kinerja, organisasi dapat menumbuhkan budaya pencapaian dan keterlibatan.

Namun, penting untuk menyadari bahwa imbalan berupa uang tidak selalu memberikan hasil yang diinginkan, terutama dalam peran yang membutuhkan kreativitas dan otonomi. Dalam beberapa kasus, struktur insentif yang kaku dapat melemahkan semangat kerja dan menghambat kinerja. Oleh karena itu, pendekatan yang berbeda terhadap peningkatan kinerja, yang mempertimbangkan motivasi individu dan dinamika organisasi, sangat penting untuk keberhasilan yang berkelanjutan.

Jika kinerja karyawan berada di bawah harapan, organisasi dapat menerapkan rencana peningkatan kinerja (PIP) untuk memfasilitasi perbaikan. Intervensi terstruktur ini menguraikan harapan-harapan, menggambarkan area-area yang perlu diperbaiki, dan mengartikulasikan konsekuensi-konsekuensi dari ketidakpatuhan. Dengan membina komunikasi terbuka dan kolaborasi antara manajer dan karyawan, PIP berfungsi sebagai peta jalan untuk mendorong peningkatan kinerja sekaligus menumbuhkan budaya akuntabilitas dan dukungan.

Peningkatan kinerja bergantung pada tujuan dan sasaran yang konkrit dan terukur. Baik itu meningkatkan efisiensi proses, menyempurnakan hasil, atau mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya, tujuannya adalah menjembatani kesenjangan antara kinerja saat ini dan batas kinerja teoritis. Strategi perbaikan meliputi penyempurnaan kebutuhan masukan, penyederhanaan keluaran, optimalisasi keluaran, dan evaluasi hasil.

Modifikasi perilaku berfungsi sebagai kunci untuk peningkatan kinerja, dengan mengambil wawasan dari hierarki kebutuhan Abraham Maslow. Dengan memupuk penghargaan dan pemenuhan sosial melalui program terstruktur dan inisiatif pengakuan, organisasi dapat memanfaatkan motivasi bawaan manusia untuk mendorong peningkatan kinerja. Kerangka kerja holistik Maslow menggarisbawahi interaksi antara faktor perilaku, kognitif, dan emosional, sehingga menawarkan pendekatan berbeda terhadap peningkatan kinerja.

Kesimpulannya, peningkatan kinerja mewakili perjalanan multifaset yang ditandai dengan siklus perencanaan, pembinaan, penilaian, dan modifikasi perilaku yang berulang. Dengan menerapkan pendekatan holistik, organisasi dapat memaksimalkan potensi sumber daya manusianya.

Sumber:

https://en.wikipedia.org