Ketahanan air (water security) kini menjadi isu sentral dalam pembangunan berkelanjutan, seiring meningkatnya tekanan terhadap sumber daya air akibat pertumbuhan penduduk, perubahan iklim, urbanisasi, dan degradasi lingkungan. Laporan evaluasi “Evaluation of GEF’s strategy and portfolio in water security” yang disusun oleh Independent Evaluation Office of the GEF (Global Environment Facility) pada Mei 2022, menjadi salah satu dokumen penting yang menelaah bagaimana strategi dan portofolio proyek GEF berkontribusi pada ketahanan air di berbagai belahan dunia12.
Artikel ini menyajikan resensi mendalam atas paper tersebut, mengupas pendekatan, temuan, studi kasus, serta kritik dan rekomendasi terkait upaya global mencapai ketahanan air. Dengan gaya populer dan SEO-friendly, artikel ini juga menghubungkan isu ketahanan air dengan tren global dan pengalaman nyata di lapangan.
Definisi dan Dimensi Ketahanan Air
Ketahanan air didefinisikan sebagai kapasitas suatu populasi untuk menjaga akses berkelanjutan terhadap air yang cukup dan aman, demi menunjang kehidupan, kesejahteraan, pembangunan sosial-ekonomi, perlindungan dari bencana terkait air, serta pelestarian ekosistem dalam suasana damai dan stabil13. Empat pilar utama ketahanan air menurut UNEP (2013) adalah:
- Akses air untuk minum, sanitasi, dan kesehatan
- Air untuk aktivitas ekonomi dan pembangunan
- Air untuk ekosistem
- Perlindungan dari bahaya dan bencana terkait air
Latar Belakang: Pentingnya Ketahanan Air dalam SDGs dan Stabilitas Global
Air tawar menjadi benang merah dalam banyak Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 6 (air bersih dan sanitasi), namun juga terkait erat dengan ketahanan pangan (SDG 2), kesehatan (SDG 3), energi (SDG 7), kota berkelanjutan (SDG 11), konsumsi bertanggung jawab (SDG 12), aksi iklim (SDG 13), serta konservasi laut dan daratan (SDG 14 dan 15)1. Ketahanan air juga sangat terkait dengan keamanan manusia—kekurangan air dapat memicu instabilitas sosial, migrasi, bahkan konflik bersenjata, terutama di wilayah fragile, conflict, and violence (FCV)13.
Strategi dan Portofolio GEF dalam Ketahanan Air
Pendekatan Multi-Fokal dan Integratif
GEF tidak hanya menangani isu air di satu sektor, tetapi mengintegrasikannya ke dalam berbagai area fokus, seperti:
- International Waters (IW): Pengelolaan sumber daya air lintas batas negara, baik sungai, danau, maupun akuifer.
- Land Degradation (LD): Mitigasi kekeringan dan pengelolaan air untuk pertanian.
- Chemicals and Waste (CW): Pengolahan limbah domestik dan industri untuk mencegah pencemaran air.
- Biodiversity (BD): Pelestarian ekosistem air tawar.
- Climate Change (CC): Adaptasi terhadap banjir dan kekeringan melalui manajemen DAS dan sistem peringatan dini142.
Capaian Portofolio dan Investasi
- 252 proyek berfokus pada ketahanan air dengan total pendanaan GEF sebesar $1,39 miliar dan co-financing $12,21 miliar (sekitar 8% dari total pendanaan GEF)1.
- Distribusi regional: 44% dana untuk Afrika, 20% Asia, 18% Amerika Latin & Karibia, sisanya untuk Eropa Timur dan proyek global.
- Agen pelaksana: UNDP (29% dana), World Bank (19%), UNEP (11%), FAO & AfDB (masing-masing 9%)1.
- Fokus proyek: 33% multi-fokal, 32% International Waters, 26% adaptasi perubahan iklim (LDCF, SCCF)12.
Metodologi Evaluasi: Dari Review Portofolio hingga Studi Kasus
Evaluasi GEF menggunakan pendekatan mixed-methods, meliputi:
- Review portofolio proyek: Mengidentifikasi dan menilai ratusan proyek dengan fokus eksplisit pada ketahanan air.
- Studi kasus regional dan negara: Lima studi kasus mendalam pada DAS lintas negara dan negara tertentu, dengan penekanan pada keberlanjutan, dampak, dan pembelajaran.
- Analisis keluhan: Menelaah kasus-kasus di mana proyek GEF justru menurunkan ketahanan air secara tidak sengaja.
- Wawancara stakeholder: Dari komunitas, pemerintah, sektor swasta, LSM, hingga lembaga pelaksana GEF42.
Studi Kasus: Implementasi dan Pembelajaran di Lapangan
1. Basin Sungai Kura-Aras (Armenia, Azerbaijan, Georgia)
Proyek “Reducing Transboundary Degradation in the Kura-Aras Basin” (GEF-4) berfokus pada pengelolaan lintas batas sumber daya air, dengan dana GEF $2,9 juta dan co-financing $11,72 juta. Proyek ini berhasil membangun kerangka kerja bersama antarnegara untuk monitoring kualitas air, pengurangan pencemaran, dan penguatan kapasitas institusi1.
Pembelajaran: Kolaborasi lintas negara dapat meningkatkan ketahanan air, tetapi membutuhkan waktu dan diplomasi intensif, terutama di wilayah dengan sejarah konflik.
2. DAS La Plata (Amerika Selatan)
Proyek “Sustainable Management of the Water Resources of the la Plata Basin” (GEF-4) melibatkan lima negara (Argentina, Bolivia, Brasil, Paraguay, Uruguay), dengan dana GEF $10,73 juta dan co-financing $51,03 juta. Fokus pada adaptasi terhadap variabilitas iklim, pengelolaan banjir, dan konservasi ekosistem.
Dampak: Terjadi peningkatan koordinasi regional dalam pengelolaan air, namun tantangan utama adalah harmonisasi kebijakan nasional dan keterbatasan data bersama.
3. Kenya Water Fund: Pendekatan Inovatif di Afrika Timur
Proyek di bawah Resilient Food Systems IAP (GEF ID 9139) mempromosikan pengelolaan DAS berkelanjutan, konservasi air, dan adaptasi iklim. Hasilnya, efisiensi rantai pasok meningkat, lahan terdegradasi direstorasi, dan kapasitas adaptasi masyarakat lokal membaik12.
Catatan: Pendekatan berbasis insentif ekonomi dan kolaborasi multi-pihak terbukti efektif dalam meningkatkan ketahanan air dan ketahanan pangan.
4. Hai Basin, Tiongkok: Menangani Kelangkaan dan Polusi Air
Dua proyek di DAS Hai (GEF ID 1323 & 5561) berhasil mengurangi eksploitasi berlebih air tanah dan polusi, melalui kombinasi teknologi efisiensi air, pengolahan limbah, dan edukasi masyarakat. Proyek ini menjadi contoh sukses integrasi solusi teknis dan sosial12.
5. Guinea: Dampak Tak Terduga Relokasi Petani
Proyek reforestasi di Guinea (GEF ID 1877) memindahkan petani ke wilayah dengan sumber air tanah terbatas, sehingga irigasi tidak optimal sepanjang tahun. Ini menunjukkan pentingnya analisis sumber daya air sebelum intervensi sosial-ekonomi12.
Temuan Utama dan Analisis Data
A. Efektivitas dan Kinerja Proyek
- Keseimbangan investasi: Di GEF-5 dan GEF-6, investasi proyek air laut (marine) dua kali lipat proyek air tawar. Namun, di GEF-7, investasi di pengelolaan DAS danau/sungai meningkat menjadi 36% dari dana IW (naik dari 24% di GEF-6)12.
- Kinerja proyek: Proyek air tawar sedikit lebih rendah rating kepuasannya dibanding proyek laut, namun perbedaan ini semakin kecil di GEF-7.
- Dampak lintas sektor: Proyek yang mengintegrasikan isu air, energi, pangan, dan tata guna lahan cenderung lebih berkelanjutan.
B. Gender dan Inklusi Sosial
- Peran gender: Di banyak negara berkembang, perempuan memikul beban pengambilan air, namun seringkali akses dan partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan masih rendah. Proyek GEF mulai memasukkan indikator kesetaraan gender dan partisipasi perempuan dalam desain dan implementasi12.
- Keterlibatan masyarakat rentan: Evaluasi menekankan pentingnya melibatkan kelompok rentan dan memastikan manfaat proyek tidak hanya dinikmati kelompok tertentu.
C. Keberlanjutan
- Keberlanjutan hasil: Banyak proyek GEF menghadapi tantangan dalam menjaga keberlanjutan setelah pendanaan selesai, terutama terkait pembiayaan operasional dan kapasitas institusi lokal12.
- Peran swasta: Keterlibatan sektor swasta efektif di wilayah dengan kompetisi pasar, namun kurang berhasil di daerah terpencil tanpa insentif ekonomi.
D. Tantangan dan Risiko
- Keterbatasan data dan monitoring: Banyak negara kekurangan sistem pemantauan kualitas dan kuantitas air yang andal. Akibatnya, pelaporan capaian seringkali hanya berdasarkan akses fisik, bukan kualitas air sesuai standar WHO1.
- Risiko konflik: 29% proyek IW GEF berada di negara dengan konflik bersenjata, 70% di wilayah fragile. Situasi ini memperlambat implementasi, namun juga membuka ruang diplomasi dan kerja sama lintas negara12.
Kritik, Opini, dan Perbandingan Global
Kritik terhadap Pendekatan GEF
- Belum ada strategi ketahanan air lintas area: GEF masih belum memiliki strategi tunggal dan menyeluruh untuk ketahanan air, sehingga pendekatan antar area fokus kadang berjalan sendiri-sendiri42.
- Integrasi lintas sektor masih terbatas: Walau ada kemajuan, silo sektoral dan prioritas nasional/regional yang berbeda sering menghambat integrasi penuh.
- Keberlanjutan finansial: Banyak proyek belum memiliki mekanisme pembiayaan jangka panjang pasca intervensi, seperti tarif air berkelanjutan atau skema insentif swasta.
Perbandingan dengan Praktik Terbaik Global
- Singapura: Sukses dengan diversifikasi sumber (NEWater, desalinasi, rainwater harvesting) dan pricing berbasis konsumsi.
- Australia: Investasi besar pada efisiensi, edukasi publik, dan pricing progresif selama krisis kekeringan.
- Israel: Inovasi irigasi tetes dan daur ulang air limbah untuk pertanian.
Rekomendasi dan Peluang Masa Depan
1. Penguatan Data dan Sistem Monitoring
Investasi pada sistem pemantauan kualitas dan kuantitas air harus menjadi prioritas, agar intervensi berbasis data dan pelaporan capaian lebih akurat.
2. Penyusunan Strategi Ketahanan Air Terpadu
GEF perlu mengembangkan strategi lintas area yang mengintegrasikan air, pangan, energi, dan ekosistem, serta memperkuat sinergi antar lembaga pelaksana.
3. Inovasi Pembiayaan dan Keterlibatan Swasta
Model blended finance, green bonds, dan carbon credit dapat menjadi sumber dana baru. Keterlibatan swasta harus didukung insentif dan regulasi yang jelas.
4. Penguatan Inklusi Gender dan Kelompok Rentan
Setiap proyek harus memiliki indikator gender dan inklusi sosial yang terukur, serta melibatkan kelompok rentan dalam setiap tahap proyek.
5. Adaptasi Perubahan Iklim dan Manajemen Risiko
Pengembangan sistem peringatan dini, adaptasi berbasis ekosistem, dan edukasi masyarakat perlu diperluas untuk menghadapi risiko banjir, kekeringan, dan degradasi lingkungan.
Menuju Ketahanan Air Global yang Inklusif dan Berkelanjutan
Evaluasi GEF menunjukkan bahwa ketahanan air adalah isu lintas sektor yang sangat kompleks, namun juga penuh peluang inovasi. Dengan investasi yang tepat, integrasi lintas sektor, dan pelibatan masyarakat, dunia dapat bergerak menuju ketahanan air yang inklusif dan berkelanjutan. GEF, dengan pengalaman dan portofolio globalnya, berpotensi menjadi katalisator utama dalam agenda ini—namun perlu terus beradaptasi, belajar dari praktik terbaik, dan memperkuat sinergi lintas area dan stakeholder.
Sumber Artikel dalam Bahasa Asli (tanpa link):
Evaluation of GEF’s strategy and portfolio in water security (Prepared by the Independent Evaluation Office of the GEF) - Approach Paper - May 2022