Pendahuluan: Jalan Nasional dan Krisis Kualitas yang Berulang
Kondisi jalan nasional di Indonesia sering menjadi sorotan karena cepat mengalami kerusakan meski belum lama diperbaiki. Hal ini tidak hanya menimbulkan kerugian ekonomi akibat terganggunya distribusi logistik dan transportasi, tapi juga memperbesar risiko kecelakaan. Lantas, apa akar dari masalah ini?
Dalam artikel berjudul “Analisis Sistemik Penurunan Kualitas Jalan Nasional Menggunakan Metode SIDLACOM”, Arifin dan rekan-rekannya mencoba menyigi persoalan ini secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan sistemik. Penelitian ini tidak berhenti pada permukaan (seperti kesalahan teknis pelaksanaan proyek), melainkan menggali hubungan antar faktor—mulai dari kelembagaan, sumber daya manusia, manajemen proyek, hingga budaya kerja.
Metodologi: Pendekatan Sistemik ala SIDLACOM
SIDLACOM (Systemic, Identification, Learning, and Control Methodology) adalah metode pemecahan masalah sistemik yang memetakan interaksi antar elemen dalam suatu sistem, termasuk soft system seperti perilaku dan budaya organisasi. Metode ini terdiri dari tujuh komponen utama:
-
Structure (Struktur Organisasi)
-
Infrastructure (Sarana-Prasarana)
-
Software (Perangkat Manajemen & Digitalisasi)
-
Stakeholder (Pemangku Kepentingan)
-
Strategy (Strategi Perencanaan)
-
Skill (Kapasitas SDM)
-
Style (Gaya Kepemimpinan dan Budaya Kerja)
Dalam konteks penelitian ini, SIDLACOM digunakan untuk memetakan penyebab penurunan kualitas jalan secara holistik dan menyusun strategi solutif berbasis sistemik.
Temuan Utama: Jalan Rusak, Sistem yang Sakit
1. Kelemahan dalam Struktur dan Infrastruktur
Penelitian mengungkapkan bahwa struktur organisasi pengelola proyek jalan nasional masih bersifat birokratis dan terfragmentasi. Koordinasi antar lembaga (seperti Kementerian PUPR, Dinas Provinsi/Kabupaten, dan pelaksana teknis) lemah, menyebabkan bottleneck dalam pengambilan keputusan dan respons terhadap kerusakan.
Selain itu, infrastruktur pendukung seperti laboratorium uji kualitas jalan atau sistem monitoring proyek belum optimal digunakan. Ini berdampak pada lemahnya pengawasan mutu konstruksi.
2. Ketimpangan Kompetensi SDM dan Gaya Kepemimpinan
Sebanyak 60% SDM yang terlibat dalam proyek jalan nasional di daerah studi tidak memiliki sertifikasi kompetensi terkini. Ini diperparah oleh gaya kepemimpinan yang cenderung top-down dan minim ruang diskusi antartim. Budaya kerja pun cenderung formalistik—mengutamakan administrasi dibanding kualitas teknis di lapangan.
3. Ketidakjelasan Strategi dan Lemahnya Digitalisasi
Strategi jangka panjang pembangunan jalan masih bersifat reaktif. Banyak proyek hanya menambal kerusakan daripada membangun ketahanan jangka panjang. Selain itu, pemanfaatan software manajemen proyek, seperti BIM (Building Information Modelling), masih minim. Ini menyebabkan ketidaktepatan dalam pengendalian mutu dan waktu pengerjaan.
Studi Kasus: Proyek Jalan Nasional di Sulawesi Tenggara
Penelitian mengambil studi kasus di Sulawesi Tenggara, khususnya ruas jalan nasional yang menghubungkan Kendari dengan beberapa kabupaten pesisir. Hasil observasi lapangan menunjukkan:
-
Kerusakan jalan muncul dalam waktu kurang dari 2 tahun pasca perbaikan.
-
Kontrol kualitas hanya dilakukan saat serah terima proyek, bukan selama proses pembangunan.
-
Kepuasan pengguna jalan sangat rendah, dengan indeks hanya 48 dari 100.
Data tersebut menunjukkan bahwa masalah kualitas jalan bukan sekadar pada teknis pengerjaan, tapi lebih kompleks dan sistemik.
Nilai Tambah dan Kritik terhadap Penelitian
Kelebihan:
-
Pendekatan sistemik sangat relevan untuk menjelaskan kompleksitas persoalan infrastruktur.
-
Penggunaan metode SIDLACOM berhasil membuka blind spot dalam manajemen proyek jalan nasional.
-
Studi kasus konkret memberikan gambaran nyata dan kontekstual.
Catatan Kritis:
-
Sampel data masih terbatas pada satu wilayah (Sulawesi Tenggara) sehingga generalisasi nasional perlu dikaji lebih lanjut.
-
Belum ada simulasi policy modeling untuk menguji dampak dari solusi yang diusulkan.
-
Aspek pembiayaan (funding structure) tidak
Perbandingan dengan Studi Sebelumnya
Beberapa studi terdahulu, seperti penelitian oleh Nugroho dkk. (2021) dalam Jurnal Infrastruktur Nasional, menyebut bahwa kualitas jalan dipengaruhi oleh faktor teknis seperti pemilihan material dan cuaca. Namun, Arifin dkk. memperluas cakupan analisis hingga ke faktor perilaku organisasi dan budaya kerja. Ini menjadikan penelitian ini sebagai kontribusi penting dalam wacana reformasi manajemen infrastruktur nasional.
Implikasi Praktis dan Rekomendasi Strategis
Penelitian ini menghasilkan beberapa rekomendasi strategis:
-
Reformasi Struktur dan Digitalisasi Sistem
-
Pemerintah perlu mengintegrasikan data proyek dalam satu sistem digital lintas lembaga (misalnya melalui dashboard Kementerian PUPR berbasis cloud).
-
Sertifikasi SDM harus menjadi syarat wajib bagi pelaksana proyek strategis.
-
-
Perubahan Gaya Kepemimpinan dan Budaya Kerja
-
Diperlukan gaya kepemimpinan partisipatif dan agile.
-
Budaya kerja berbasis continuous improvement harus dibangun sejak tahap perencanaan.
-
-
Monitoring Jalan Berbasis Data
-
Sensor IoT dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan jalan secara real time.
-
Penilaian kepuasan pengguna jalan harus dilakukan rutin dan menjadi indikator kinerja utama (KPI).
-
Mengaitkan Temuan dengan Tantangan Industri
Dalam konteks transformasi digital sektor konstruksi, penggunaan BIM, GIS, dan dashboard monitoring menjadi tren global. Namun, seperti disorot dalam artikel ini, Indonesia masih tertinggal dalam adopsinya. Ini menjadi peluang sekaligus tantangan: tanpa perubahan sistemik, investasi besar pada infrastruktur bisa terus “bocor” di lapangan.
Kesimpulan: Jalan Rusak adalah Cerminan Sistem yang Lemah
Kerusakan jalan bukanlah masalah permukaan. Ia merupakan refleksi dari sistem manajemen proyek yang tidak sehat—mulai dari kelembagaan, kepemimpinan, hingga budaya kerja. Pendekatan SIDLACOM yang digunakan dalam artikel ini mampu memperlihatkan hubungan sebab-akibat yang selama ini tersembunyi.
Dengan penguatan sistem dan digitalisasi berbasis data, harapan untuk membangun jalan nasional yang tangguh bukanlah ilusi. Namun, dibutuhkan komitmen lintas sektor untuk menjadikan infrastruktur bukan hanya proyek fisik, tetapi juga representasi kualitas tata kelola bangsa.
Sumber:
Arifin, Tumpal Pandapotan Silalahi, dan Fajrin Fadillah. Analisis Sistemik Penurunan Kualitas Jalan Nasional Menggunakan Metode SIDLACOM. Dipublikasikan di Jurnal Penelitian Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Vol. 14 No. 2 (2021). Tersedia di: https://ejurnal.pps.uns.ac.id/index.php/jpptk/article/view/1119