Mengungkap Akar Masalah Mutu Proyek Konstruksi: Studi Lapangan di Aceh yang Menyingkap Fakta Lapangan

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza

29 April 2025, 13.41

Unsplash.com

Pendahuluan

 

Mengapa Mutu Proyek Konstruksi Sering Gagal?

 

Mutu merupakan indikator kunci dalam keberhasilan proyek konstruksi, sejajar dengan waktu dan biaya. Namun di Indonesia, mutu proyek sering kali menjadi aspek yang terabaikan, berujung pada kegagalan konstruksi, pembengkakan biaya, dan konflik antara pemilik dan kontraktor. Salah satu studi penting yang mengungkap akar masalah ini dilakukan oleh Anita Rauzana dan Dwi Andri Usni (2020), yang fokus pada proyek-proyek konstruksi di Provinsi Aceh. Penelitian ini membedah 18 faktor penyebab rendahnya kinerja mutu dan mengidentifikasi lima faktor utama yang paling dominan.

 

Hasil Penelitian: Lima Masalah Utama yang Harus Diatasi

 

Berdasarkan kuesioner yang disebarkan ke 30 perusahaan kontraktor di Aceh dengan klasifikasi menengah hingga besar, diperoleh lima faktor penyebab rendahnya mutu yang paling berpengaruh secara signifikan:

 

1. Perubahan Lingkup Pekerjaan

Sebanyak 63% responden menilai bahwa perubahan lingkup pekerjaan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap penurunan mutu proyek. Perubahan ini sering kali dipicu oleh ketidaksesuaian desain awal dengan kondisi lapangan, atau adanya permintaan revisi dari pihak pemilik proyek (owner) selama proses berlangsung.

 

Analisis tambahan: Dalam praktik global, seperti dilaporkan oleh McKinsey (2017), proyek konstruksi dengan scope creep (perubahan lingkup tanpa kontrol ketat) berisiko 35% lebih besar mengalami overbudget dan delay. Kuncinya adalah design freeze sejak awal proyek dan penguatan kontrak kerja.

 

2. Kualitas Material yang Buruk

Sebanyak 70% responden menyoroti kualitas material sebagai sumber utama kerusakan struktural dan rendahnya daya tahan bangunan. Material yang tidak sesuai spesifikasi dapat menyebabkan keretakan, deformasi, dan bahkan kegagalan struktural dini.

 

Nilai tambah: Di industri konstruksi Jepang, sistem kontrol kualitas material di lapangan menggunakan material traceability, di mana setiap batch material diberi barcode dan diuji sebelum digunakan. Praktik ini layak diadopsi di Indonesia.

 

3. Kesalahan Desain

Kesalahan desain menempati urutan ketiga, dengan 57% responden menyatakan hal ini sangat memengaruhi mutu. Desain yang tidak lengkap atau tidak sesuai dengan kondisi lapangan dapat menyebabkan rework, keterlambatan, serta inefisiensi.

 

Contoh nyata: Pada proyek flyover Antasari di Jakarta, beberapa bagian struktur sempat dibongkar ulang karena ketidaksesuaian desain dan data geoteknik, menambah waktu pelaksanaan hingga 4 bulan.

 

4. Mutu Peralatan yang Buruk

Sebanyak 67% responden menyebut peralatan yang tidak memenuhi standar teknis sebagai biang kegagalan mutu. Peralatan yang aus, tidak kalibrasi, atau tidak sesuai spesifikasi teknis dapat memperlambat proses kerja serta menghasilkan pekerjaan yang tidak presisi.

 

Catatan penting: Sertifikasi dan audit berkala terhadap alat berat dan peralatan kerja adalah prosedur wajib di negara maju, namun masih sering diabaikan di Indonesia.

 

5. Kurangnya Keahlian Tenaga Kerja

 

Sebanyak 63% responden menganggap kurangnya keterampilan tenaga kerja sebagai masalah utama. Pekerja tanpa pelatihan yang memadai berisiko tinggi menghasilkan pekerjaan berkualitas rendah, terutama pada pekerjaan teknis seperti pengecoran, bekisting, atau pemasangan baja.

 

Solusi praktis: Pemerintah seharusnya mewajibkan sertifikasi keahlian (SKA) bagi semua tenaga kerja konstruksi. Hal ini juga sejalan dengan program sertifikasi nasional yang digalakkan oleh LPJK.

 

 

Metodologi Penelitian: Valid, Terukur, dan Representatif

 

Penelitian ini menggunakan metode statistik deskriptif dengan alat analisis SPSS versi 21, serta teknik skala likert untuk mengukur persepsi pengaruh dari tiap faktor. Uji validitas menunjukkan semua indikator memiliki korelasi signifikan (r > 0.444), sementara uji reliabilitas menghasilkan koefisien Cronbach Alpha sebesar 0,877 yang menandakan konsistensi data yang sangat baik.

 

Studi ini dapat dijadikan acuan metodologis bagi proyek riset mutu lain di daerah berbeda.

 

 

Perspektif Industri: Relevansi dengan Tantangan Global

 

Masalah-masalah yang ditemukan di Aceh juga merefleksikan tantangan serupa di negara berkembang lain:

India: Studi oleh Ankit Dubey (2023) juga menyebutkan kesalahan desain dan kualitas material sebagai penyebab utama gagalnya proyek.

Nigeria: Penelitian oleh Ezeokonkwo (2020) menemukan bahwa 55% proyek mengalami delay karena perubahan lingkup dan kekurangan tenaga kerja terampil.

 

 

Strategi Solusi yang Bisa Diterapkan

 

Berikut beberapa langkah nyata yang dapat dilakukan pemilik proyek, konsultan, dan kontraktor untuk mengurangi risiko rendahnya mutu proyek:

 

A. Pre-construction Audit

Melakukan audit terhadap desain, material, dan rencana pengadaan sebelum memulai pekerjaan lapangan.

 

B. Sistem Manajemen Mutu Terpadu (TQM)

Menerapkan pendekatan TQM dengan pelatihan rutin, sistem feedback, dan continuous improvement.

 

C. Digitalisasi Pengawasan

Menggunakan teknologi BIM (Building Information Modeling) untuk menyinkronkan desain, logistik, dan konstruksi.

 

D. Sertifikasi Material & Tenaga Kerja

Mensyaratkan sertifikat keahlian dan uji material sebagai syarat mutlak sebelum eksekusi pekerjaan.

 

 

Kesimpulan: Pentingnya Pendekatan Holistik dalam Manajemen Mutu

 

Penelitian oleh Rauzana dan Usni menunjukkan bahwa isu mutu tidak hanya berkaitan dengan teknis lapangan, tetapi juga sistem perencanaan, manajemen, dan sumber daya manusia. Lima faktor dominan yang diidentifikasi memberikan arah perbaikan yang jelas. Diperlukan kolaborasi antara pihak pemilik, kontraktor, konsultan, dan regulator untuk memastikan bahwa mutu bukan sekadar jargon, melainkan hasil nyata dari proses konstruksi yang terkendali dan profesional.

 

Dengan meningkatnya persaingan di sektor konstruksi serta meningkatnya tuntutan pasar terhadap kualitas bangunan yang lebih baik, manajemen mutu harus menjadi prioritas strategis—bukan hanya teknis.

 

 

Sumber Utama:

Anita Rauzana & Dwi Andri Usni. (2020). Kajian Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Kinerja Mutu pada Proyek Konstruksi di Provinsi Aceh. Media Komunikasi Teknik Sipil, Vol. 26, No. 2. https://doi.org/10.24815/mkts.v26i2.24065