Mengungkap Akar Kegagalan Proyek Pemerintah di Negara Berkembang: Studi Kasus Ghana

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza

20 Mei 2025, 10.47

Freepik.com

Pendahuluan: Kegagalan Proyek sebagai Tantangan Global

 

Kegagalan proyek bukan hanya persoalan teknis, melainkan problem multidimensional yang melibatkan tata kelola, politik, budaya, hingga kapasitas sumber daya. Dalam konteks negara berkembang seperti Ghana, kegagalan proyek pemerintah menjadi salah satu penyebab utama kerugian ekonomi, krisis kepercayaan publik, dan tertundanya pembangunan.

 

Disertasi karya Isaac Sakyi Damoah (Liverpool John Moores University, 2015) bertajuk An Investigation into the Causes and Effects of Project Failure in Government Projects in Developing Countries: Ghana as a Case Study membedah secara mendalam dinamika kegagalan proyek pemerintah di Ghana. Melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif, riset ini tidak hanya memetakan penyebab dan dampaknya, tetapi juga memberi kontribusi penting pada literatur manajemen proyek di negara berkembang.

 

Metodologi: Menggabungkan Statistik dan Narasi Lapangan

 

Studi ini menggunakan pendekatan campuran: wawancara semi-terstruktur dengan 10 informan (kontraktor, praktisi manajemen proyek, dan masyarakat umum), serta survei kuesioner terhadap 265 responden. Teknik analisis yang digunakan antara lain statistik deskriptif, korelasi Spearman, dan uji Kruskal-Wallis. Pendekatan ini memastikan keberimbangan antara data empiris dan konteks sosial yang melingkupi proyek.

 

Skala Kegagalan Proyek Pemerintah di Ghana

 

Penelitian ini mengidentifikasi enam kriteria untuk menilai kegagalan proyek:

 

1. Keterlambatan waktu penyelesaian

2. Pembengkakan biaya

3. Tidak tercapainya output yang direncanakan

4. Ketidakpuasan pemangku kepentingan

5. Minimnya kontribusi terhadap sektor terkait

6. Gagal mendorong pembangunan nasional

 

Semua responden setuju bahwa proyek pemerintah di Ghana gagal dalam keenam aspek tersebut. Kegagalan terbesar ditemukan pada aspek ketepatan waktu dan biaya.

 

Studi Kasus: Proyek Infrastruktur 2012

 

Misalnya, proyek-proyek seperti Western Corridor Gas Infrastructure Project dan Tema-Akosombo-Buipe Multi-modal Transportation Project yang didanai pinjaman China Development Bank sebesar US$3 miliar pada 2012, gagal mencapai target waktu dan output. Proyek ini menjadi simbol dari praktik manajemen proyek yang tidak optimal.

 

Penyebab Utama Kegagalan Proyek

 

Sebanyak 32 penyebab kegagalan berhasil diidentifikasi, di antaranya:

  • Korupsi
  • Intervensi politik
  • Perubahan pemerintahan
  • Birokrasi
  • Keterlambatan pembayaran dan pelepasan dana
  • Kurangnya studi kelayakan
  • Rendahnya kapasitas SDM

 

Korelasi dengan Kepemimpinan Politik

 

Sebagian besar penyebab berakar dari kepemimpinan politik, bukan teknis. Misalnya, perubahan kepala proyek setiap kali terjadi pergantian pemerintah menyebabkan ketidaklanjutan proyek. Hal ini mencerminkan lemahnya institusionalisasi dan dominasi politik elektoral atas manajemen proyek.

 

Komparasi: Studi Serupa di Nigeria dan India

 

Fenomena serupa ditemukan di Nigeria (Adebayo, 2013) dan India (Dey, 2012) di mana pergantian kekuasaan turut mematikan kelanjutan proyek. Ini menunjukkan bahwa persoalan kegagalan proyek bersifat struktural dan lintas negara.

 

Dampak Kegagalan Proyek terhadap Pemangku Kepentingan

 

Sebanyak 26 efek negatif kegagalan proyek teridentifikasi, dengan dampak meluas hingga:

  • Pertumbuhan ekonomi melambat
  • Kerugian pendapatan negara dan warga
  • Meningkatnya pengangguran
  • Hilangnya bantuan luar negeri
  • Munculnya ketidakpuasan sosial dan ketidakpercayaan pada pemerintah
  • Kematian dan kecelakaan akibat infrastruktur mangkrak

 

Efek Berantai dan Sistemik

 

Temuan menarik adalah efek yang saling berkait: misalnya, keterlambatan proyek menyebabkan pembengkakan biaya, yang kemudian mengurangi kepercayaan donor, lalu memicu krisis likuiditas dan meningkatnya kemiskinan.

 

Kritik dan Rekomendasi: Solusi Bukan Sekadar Teknis

 

Studi ini menekankan bahwa pendekatan solusi harus bersifat sistemik:

  • Reformasi tata kelola proyek: termasuk transparansi pengadaan dan evaluasi berbasis hasil.
  • Stabilisasi birokrasi proyek: kepala proyek sebaiknya diangkat berdasarkan merit, bukan afiliasi politik.
  • Penguatan studi kelayakan dan pelibatan komunitas: agar proyek relevan dan berkelanjutan.

 

Peluang Digitalisasi

 

Digitalisasi sistem manajemen proyek (misalnya melalui BIM atau e-procurement) berpotensi meningkatkan akuntabilitas dan meminimalkan korupsi.

 

Kesimpulan: Kegagalan yang Dapat Dielakkan

 

Kegagalan proyek di Ghana bukanlah nasib, melainkan konsekuensi dari kelemahan struktural, dominasi politik, dan lemahnya kapasitas manajemen. Penelitian ini membuka peluang perbaikan manajemen proyek pemerintah di negara berkembang melalui pendekatan berbasis data dan reformasi kelembagaan.

 

 

Sumber Artikel

 

Damoah, I. S. (2015). An Investigation into the Causes and Effects of Project Failure in Government Projects in Developing Countries: Ghana as a Case Study (Doctoral dissertation, Liverpool John Moores University).

Tautan: https://repository.ljmu.ac.uk/id/eprint/158244