Mengenal Pencemaran Air: Pengertian, Penyebab, dan Dampak Terhadap Kesehatan dan Lingkungan

Dipublikasikan oleh Dias Perdana Putra

02 Mei 2024, 09.59

Sumber: en.wikipedia.org

Pencemaran air

Pencemaran air, yang terjadi ketika badan air seperti danau, sungai, atau laut terkontaminasi oleh bahan-bahan yang merugikan, seringkali disebabkan oleh aktivitas manusia. Pencemaran ini biasanya disebabkan oleh pembuangan limbah, kegiatan industri, pertanian, dan air hujan yang merembes ke dalam sistem perairan. Dampaknya bisa sangat merugikan, termasuk kerusakan ekosistem perairan dan penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air yang tercemar. Selain itu, polusi air juga mengurangi kemampuan ekosistem dalam menyediakan layanan vital seperti air minum.

Ada dua jenis sumber pencemaran air: sumber titik dan sumber non-titik. Sumber titik, seperti saluran pembuangan limbah atau tumpahan minyak, memiliki satu sumber yang jelas. Sementara itu, sumber non-titik, seperti limpasan pertanian, lebih tersebar. Polusi air dapat berasal dari berbagai zat beracun seperti logam, plastik, pestisida, atau limbah industri, serta kondisi stres seperti perubahan pH, hipoksia, atau masuknya organisme patogen.

Untuk mengendalikan pencemaran air, diperlukan infrastruktur yang memadai, rencana pengelolaan yang efektif, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Solusi teknologi seperti peningkatan sanitasi, pengolahan limbah, pengolahan air limbah industri, atau pengendalian limpasan perkotaan dapat membantu mengurangi dampak pencemaran air dan menjaga kualitas air yang lebih baik.

Definisi

Pencemaran air secara praktis dapat dijelaskan sebagai penambahan zat atau bentuk energi ke dalam badan air yang mengubah sifatnya sehingga tidak dapat lagi digunakan dengan tepat. Hal ini sering disebabkan oleh kontaminan yang berasal dari aktivitas manusia, membuat air tidak layak untuk keperluan seperti konsumsi atau dukungan bagi kehidupan biotik, seperti ikan. Dengan kata lain, air dianggap tercemar ketika terdapat zat-zat yang merugikan bagi kualitasnya, mengurangi kemampuan air tersebut untuk mendukung kehidupan atau digunakan oleh manusia untuk keperluan tertentu.

Kontaminan

Kontaminan yang berasal dari limbah

Beberapa senyawa dapat masuk ke dalam tubuh air melalui limbah yang belum diolah atau yang sudah diolah sebelumnya. Ini mencakup senyawa kimia yang dapat ditemukan dalam produk kebersihan pribadi dan kosmetik. Selain itu, produk sampingan dari proses disinfeksi kimia pada air minum juga dapat berperan, meskipun bahan kimia tersebut cenderung menguap dan jarang ditemukan di lingkungan air. Hormon dari peternakan dan sisa-sisa dari metode kontrasepsi hormonal manusia, bersama dengan bahan sintetis seperti ftalat yang meniru cara kerja hormon, juga dapat mencemari air. Ancaman potensialnya tidak hanya bagi makhluk hidup di alam, tetapi juga bagi manusia jika air tersebut digunakan untuk kebutuhan seperti air minum. Insektisida dan herbisida, yang sering kali berasal dari aliran air yang berasal dari pertanian, juga merupakan pencemar yang umum di badan air. Jika pencemaran air berasal dari limbah kota, unsur utamanya meliputi padatan yang terlarut, bahan organik yang dapat terurai, unsur hara, dan organisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit.

Patogen

Kelompok utama organisme patogen yang ditemukan dalam air meliputi bakteri, virus, protozoa, dan cacing. Dalam praktiknya, karena deteksi langsung organisme patogen dalam sampel air sulit dan mahal, digunakanlah organisme indikator untuk menyelidiki kemungkinan pencemaran patogen. Organisme indikator ini, yang umumnya berasal dari feses, mencakup total coliform (TC), fecal coliform (FC), atau coliform termotoleran, serta bakteri E. coli.

Organisme patogen dapat menyebabkan penyakit yang ditularkan melalui air, baik pada manusia maupun hewan. Beberapa mikroorganisme yang sering ditemukan dalam perairan yang terkontaminasi dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan manusia antara lain Burkholderia pseudomallei, Cryptosporidium parvum, Giardia lamblia, Salmonella, norovirus, dan jenis virus lainnya, serta cacing parasit seperti Schistosoma.

Sumber tinggi patogen dalam badan air bisa berasal dari berbagai faktor, termasuk kotoran manusia akibat praktek buang air besar sembarangan, limbah domestik, blackwater, atau kotoran ternak yang mencemari sumber air. Penyebab lainnya bisa terkait dengan kekurangan sanitasi, kurangnya fungsi sistem sanitasi seperti tangki septik atau jamban, pengolahan limbah yang tidak memadai, limpahan saluran pembuangan sanitasi, serta luapan saluran pembuangan gabungan (CSO) saat hujan deras, dan praktek pertanian intensif yang tidak terkelola dengan baik.

Senyawa organik

Zat organik yang memasuki badan air sering kali berbahaya. Ini termasuk hidrokarbon dari minyak bumi seperti bensin, solar, dan pelumas mesin, serta sisa-sisa pembakaran bahan bakar yang bisa berasal dari tumpahan minyak atau air hujan. Senyawa organik yang mudah menguap, seperti pelarut industri yang tidak disimpan dengan benar, juga menjadi masalah. Contohnya adalah organoklorida seperti PCB dan trikloretilen, yang merupakan pelarut yang umum digunakan. Ada juga zat per- dan polifluoroalkil (PFAS) yang merupakan polutan organik yang persisten dan dapat memberikan dampak yang berkelanjutan pada lingkungan air.

Kontaminan anorganik

Pencemar air anorganik termasuk berbagai zat, seperti amonia dari limbah pengolahan makanan dan logam berat yang berasal dari kendaraan bermotor, yang bisa masuk ke dalam air melalui limpasan air hujan perkotaan atau melalui drainase asam tambang. Selain itu, terdapat juga pencemar seperti nitrat dan fosfat yang berasal dari limbah industri dan pertanian, yang dapat menyebabkan polusi nutrisi di air. Lumpur atau sedimen yang terbawa dalam aliran air dari lokasi konstruksi, pembuangan limbah, penebangan, atau praktik tebang dan bakar juga bisa menjadi pencemar. Garam juga merupakan salah satu pencemar, dengan proses salinisasi air tawar yang dapat mencemari ekosistem air tawar. Salinisasi ini sering disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti penggunaan garam jalan untuk menghilangkan es di jalan, yang dikenal sebagai salinisasi sekunder.

Polutan farmasi

Dampak lingkungan dari obat-obatan dan produk perawatan pribadi (PPCP) telah menjadi fokus penelitian sejak tahun 1990-an. PPCP mencakup beragam zat yang digunakan oleh individu untuk kesehatan pribadi, kecantikan, serta oleh industri agrobisnis untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan ternak. Setiap tahun, lebih dari dua puluh juta ton PPCP diproduksi secara global. Uni Eropa bahkan telah mengklasifikasikan residu farmasi sebagai "zat prioritas" yang berpotensi mencemari air dan tanah.

PPCP telah terdeteksi di perairan di seluruh dunia, menimbulkan kekhawatiran akan risiko toksisitas, persistensi, dan bioakumulasi. Meskipun masih diperlukan penelitian lebih lanjut, data saat ini menunjukkan bahwa produk perawatan pribadi berdampak negatif pada lingkungan dan berbagai spesies, termasuk terumbu karang dan ikan. PPCP juga mencakup polutan farmasi persisten lingkungan (EPPP) dan merupakan salah satu jenis polutan organik persisten. Mereka tidak terurai oleh instalasi pengolahan limbah konvensional dan memerlukan proses pengolahan yang lebih lanjut.

Studi terbaru pada tahun 2022 mengenai pencemaran farmasi di sungai-sungai di seluruh dunia menemukan bahwa ini merupakan ancaman serius bagi kesehatan lingkungan dan manusia di lebih dari seperempat lokasi yang diteliti. Penelitian ini melibatkan 1.052 lokasi sampel di 258 sungai di 104 negara, yang mencakup populasi sekitar 470 juta orang. Temuan ini menunjukkan bahwa wilayah dengan infrastruktur air limbah dan pengelolaan limbah yang buruk, terutama di negara-negara berpendapatan rendah hingga menengah, cenderung menjadi yang paling terkontaminasi. Polutan farmasi yang paling sering terdeteksi dan terkonsentrasi meliputi berbagai obat farmasi dan metabolitnya, seperti antidepresan, antibiotik, dan pil kontrasepsi, serta metabolisme obat-obatan terlarang seperti metamfetamin dan ekstasi.

Limbah padat dan plastik

Limbah padat bisa mencemari badan air melalui berbagai jalur, termasuk limbah yang tidak diolah, luapan saluran selokan, air hujan yang mengalir dari permukaan perkotaan, pembuangan sampah sembarangan oleh manusia, serta angin yang membawa limbah padat dari tempat pembuangan sampah. Akibatnya, selain polusi makroskopis yang terlihat jelas, juga terjadi pencemaran mikroplastik yang seringkali tidak terlihat secara langsung. Istilah seperti sampah laut dan polusi plastik laut sering digunakan untuk merujuk pada kondisi pencemaran lautan.

Mikroplastik memiliki ketahanan yang tinggi dalam lingkungan, terutama di ekosistem perairan dan laut, sehingga menyebabkan pencemaran air. Sekitar 35% dari seluruh mikroplastik di laut berasal dari tekstil atau pakaian, terutama karena erosi yang terjadi pada pakaian berbahan poliester, akrilik, atau nilon, terutama selama proses pencucian.

Air hujan, limbah yang tidak diolah, dan angin merupakan jalur utama di mana mikroplastik berpindah dari darat ke laut. Bahan seperti kain sintetis, ban bekas, dan debu kota merupakan sumber utama mikroplastik. Ketiga sumber ini, secara kolektif, berkontribusi lebih dari 80% terhadap kontaminasi mikroplastik.

Jenis pencemaran air permukaan

Pencemaran air permukaan merujuk pada pencemaran sungai, danau, dan laut, yang sering kali dipengaruhi oleh limbah manusia dari berbagai sumber, termasuk limbah industri, pertanian, dan pemukiman, serta partikel dan organisme invasif. Salah satu aspek dari pencemaran air permukaan adalah pencemaran laut, yang berdampak pada ekosistem laut. Polusi nutrisi adalah jenis pencemaran yang diakibatkan oleh masukan nutrisi yang berlebihan ke dalam badan air, seperti nitrogen dan fosfor, yang sering kali mengakibatkan eutrofikasi air permukaan. Kurangnya sanitasi yang dikelola dengan baik merupakan salah satu penyebab utama pencemaran air, yang terjadi misalnya melalui praktik buang air besar sembarangan saat banjir atau hujan, yang mengakibatkan kotoran manusia mencemari air permukaan.

Pencemaran laut terjadi ketika bahan-bahan kimia atau limbah manusia, seperti limbah industri, pertanian, dan pemukiman, masuk ke laut dan menyebabkan dampak negatif pada lingkungan dan organisme hidup di sana. Mayoritas limbah ini berasal dari aktivitas di daratan, seperti pembuangan limbah dan sungai, tetapi transportasi laut juga berkontribusi signifikan. Pencemaran ini bisa berupa berbagai zat kimia dan sampah yang berasal dari daratan dan dibawa oleh air atau angin ke laut. Polusi ini merusak lingkungan, kesehatan organisme hidup, dan ekonomi global. Sumber-sumber polusi non-titik, seperti limpasan pertanian dan debu yang tertiup angin, juga berperan dalam memperburuk kondisi laut.

Polusi nutrisi adalah bentuk pencemaran air yang disebabkan oleh masukan unsur hara yang berlebihan, seperti nitrogen dan fosfor, yang sering kali menyebabkan eutrofikasi air permukaan, pertumbuhan alga berlebihan, dan gangguan lingkungan lainnya. Polusi termal, yang disebabkan oleh peningkatan suhu air akibat pengaruh manusia, juga dapat berdampak negatif pada ekosistem air. Ini dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen di air, perubahan dalam komposisi rantai makanan, serta masuknya spesies ikan baru yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Organisme invasif perairan juga dapat menjadi penyebab pencemaran biologis yang merugikan bagi lingkungan air.

Pencemaran air tanah

Pencemaran air tanah, yang juga dikenal sebagai kontaminasi air tanah, terjadi ketika zat pencemar masuk ke dalam tanah dan akhirnya mencemari air tanah. Pencemaran semacam ini dapat disebabkan oleh tindakan manusia, seperti pembuangan limbah, lindi TPA, dan limbah dari instalasi pengolahan air limbah, serta bocornya saluran pembuangan atau stasiun pengisian bahan bakar. Selain itu, penggunaan pupuk yang berlebihan di bidang pertanian juga dapat menyebabkan pencemaran air tanah. Kontaminasi air tanah juga bisa terjadi secara alami karena adanya kontaminan alami seperti arsenik atau fluorida. Penggunaan air tanah yang tercemar membawa risiko kesehatan masyarakat karena bisa menyebabkan keracunan atau penyebaran penyakit.

Pencemaran air tanah merupakan ancaman serius bagi kesejahteraan manusia dan ekosistem di banyak wilayah di dunia. Sebagian besar populasi dunia bergantung pada air tanah sebagai sumber air minum, namun, pengisian ulang yang tidak terkendali dapat membawa kontaminan ke dalam akuifer karbonat dan mengancam kemurnian air. Hal ini menunjukkan bahwa perlindungan air tanah sangat penting untuk menjaga kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan.

Dampak

Pencemaran air merupakan masalah global yang serius karena dapat menyebabkan kerusakan pada seluruh ekosistem perairan, baik itu perairan tawar, pesisir, maupun laut. Kontaminan yang menjadi penyebab pencemaran air meliputi berbagai jenis bahan kimia, patogen, dan perubahan fisik seperti peningkatan suhu. Meskipun beberapa bahan kimia mungkin terbentuk secara alami, seperti kalsium, natrium, dan besi, konsentrasi yang tinggi dari zat-zat tersebut dapat berdampak negatif pada flora dan fauna perairan. Beberapa zat bahkan dapat mengurangi kadar oksigen di dalam air, baik berasal dari bahan alami seperti tumbuhan maupun bahan kimia buatan manusia. Selain itu, keberadaan kontaminan alami dan antropogenik juga dapat menyebabkan kekeruhan air, yang dapat menghalangi cahaya dan mengganggu pertumbuhan tanaman air serta mengganggu pernafasan bagi beberapa spesies ikan.

Pencemaran air juga berdampak langsung pada kesehatan masyarakat, dengan penyebaran penyakit pencernaan dan infeksi parasit yang sering kali terjadi akibat air yang terkontaminasi. Paparan terus-menerus terhadap polutan melalui air juga meningkatkan risiko terkena kanker dan berbagai penyakit lainnya.

Selain itu, pencemaran nitrogen dapat menyebabkan eutrofikasi, terutama di danau, yang merupakan peningkatan konsentrasi nutrisi dalam ekosistem perairan. Hal ini dapat mengakibatkan pertumbuhan mikroorganisme yang berlebihan, seperti alga dan bakteri, yang pada akhirnya menghabiskan oksigen dalam air dan menyebabkan berkurangnya kualitas air serta bahaya bagi populasi ikan dan hewan lainnya. Eutrofikasi yang disebabkan oleh polusi manusia merupakan proses yang cepat dan dapat menyebabkan degradasi lingkungan yang parah.

Disadur dari: en.wikipedia.org