Latar Belakang: Lahan Kering, Potensi Besar yang Terlupakan
Alih fungsi lahan sawah di Pulau Jawa mendorong pemerintah untuk mengoptimalkan 144 juta hektare lahan kering, di mana sekitar 91 juta hektare dinilai cocok untuk pertanian. Pengembangan padi gogo dan palawija di bawah tegakan tanaman tahunan (seperti karet, sawit, dan jati) menjadi salah satu strategi alternatif untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Tantangan Budidaya di Bawah Tegakan
1. Intensitas Cahaya Rendah
Naungan dari tanaman utama menurunkan intensitas cahaya. Misalnya, hanya 1–25% cahaya yang diterima di bawah kanopi pohon. Hal ini mengganggu fotosintesis, mengurangi jumlah anakan, luas daun, dan hasil gabah.
2. Ketersediaan Air Terbatas
Pada musim kemarau, budidaya hanya bisa berlangsung jika ada irigasi tambahan. Solusi seperti embung, dam parit, long storage, dan sumur bor sangat vital. Di Bantul, embung meningkatkan hasil panen dari 4.230 kg/ha menjadi 11.700 kg/ha per tahun.
3. Kesuburan Tanah Rendah
Tanah masam, pH < 5, kandungan fosfor rendah, dan kerap kekurangan bahan organik membuat pertumbuhan tanaman kurang optimal. Solusi termasuk penggunaan pupuk organik, pupuk hayati, dan inokulum pelarut fosfat.
Strategi Teknis Meningkatkan Produktivitas
1. Menggunakan Varietas Toleran Naungan dan Kekeringan
Contoh varietas unggul:
- Rindang 1: Toleran terhadap naungan dan kekeringan, hasil 4,6–6,9 ton/ha
- Inpago 12: Toleran kekeringan, hasil hingga 10,2 ton/ha
- Inpago 10: Toleran keracunan Al, hasil 4–7,3 ton/ha
2. Teknik Konservasi Tanah dan Air
- Teras, guludan, rorak untuk mencegah erosi
- Mulsa vertikal menekan aliran permukaan hingga 55% dan meningkatkan hasil jagung 47%
- Embung kecil (7 m × 2,5 m × 3 m) mampu menampung air 52,5 m³, cukup untuk irigasi satu musim
3. Sistem Integrasi Tanaman-Ternak
Jerami dari padi gogo digunakan untuk pakan ternak, sementara kotoran ternak kembali menjadi pupuk kandang. Ini menciptakan siklus nutrisi yang efisien dan meningkatkan pendapatan petani.
4. Teknik Irigasi Hemat Air
- Irigasi tetes, kabut, dan sprinkler
- Irigasi dilakukan sesuai fase pertumbuhan tanaman untuk menghindari pemborosan
Studi Kasus: Bukti Nyata di Lapangan
- Selopamioro, Bantul: Embung meningkatkan pendapatan petani hingga Rp26 miliar/musim dari bawang merah dan cabai
- Blora, Jateng: Produktivitas jagung meningkat dari 5–6 t/ha menjadi 9–10 t/ha dengan pola tanam padi–jagung–semangka, IP naik jadi 300
- HTR Lampung: Irigasi kabut dan sprinkler digunakan di bawah tegakan, meningkatkan hasil pertanian musim kemarau
Rekomendasi Kebijakan
- Perluasan areal tanam sebaiknya fokus pada lahan HTR dan perkebunan muda (umur < 3 tahun)
- Kebijakan insentif: subsidi modal, jaminan pasar, dan harga jual
- Penyesuaian regulasi agar budidaya di kawasan hutan dan perkebunan dapat dilakukan secara legal dan produktif
- Program “Gerakan Panen Air” sejalan dengan Inpres No. 1 Tahun 2018 untuk mempercepat pembangunan embung desa
Peluang Pengembangan ke Depan
- Agroforestri jadi kunci integrasi pertanian lestari
- Penelitian harus diarahkan pada varietas padi gogo merah yang tahan naungan dan cocok untuk sistem agroforestri
- Diperlukan pembentukan lembaga diseminasi teknologi agar hasil riset bisa langsung diterapkan petani
Analisis Kritis dan Relevansi Global
Kekuatan:
- Pendekatan komprehensif: agronomi, konservasi air, sosial ekonomi
- Studi kasus lokal aplikatif dan terukur
- Dukungan data teknis varietas dan hasil panen
Kelemahan:
- Minim analisis pasar dan rantai pasok
- Belum mengaitkan langsung dengan target SDGs, khususnya SDG 2 (Zero Hunger) dan SDG 6 (Clean Water)
Relevansi dengan Tren Global:
- Sejalan dengan praktik pertanian konservasi (conservation agriculture) yang dicanangkan FAO
- Menjawab tantangan pangan masa depan tanpa merusak lingkungan
- Menyatu dengan prinsip land sharing antara konservasi hutan dan produksi pangan
Kesimpulan: Solusi Lokal untuk Tantangan Nasional
Budidaya padi gogo dan palawija di bawah tegakan tanaman tahunan bukan lagi opsi kedua, tapi strategi utama untuk menghadapi keterbatasan lahan, air, dan degradasi lingkungan. Kuncinya adalah kombinasi antara varietas unggul, pengelolaan tanah dan air yang adaptif, serta dukungan kebijakan yang tepat. Jika diterapkan secara luas dan konsisten, pendekatan ini berpotensi mengubah wajah pertanian Indonesia menjadi lebih berkelanjutan dan tangguh terhadap krisis pangan di masa depan.
Sumber Artikel:
Heryani, Nani; Kartiwa, Budi; Hamdani, Adang; Sutrisno, Nono. (2020). Pengelolaan Tanah dan Air Pada Budidaya Padi Gogo dan Palawija di Bawah Tegakan Tanaman Tahunan untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 14 No. 1, Juli 2020: 1–14.