Mengatasi Deforestasi Illegal dengan Peran Teknologi Digital

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana

25 April 2024, 08.41

Sumber: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Mulai dari 1 Desember 2021, Indonesia telah mengambil alih Presidensi G20, sebuah forum global yang terdiri dari negara-negara yang menyumbang 80 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) dunia. Selama masa kepemimpinannya, Presiden Joko Widodo bertekad untuk memimpin upaya kerja sama dalam menghadapi perubahan iklim dan menjaga lingkungan secara berkelanjutan melalui tindakan konkret.

Indonesia telah berhasil menurunkan tingkat deforestasi ke level terendah dalam dua dekade terakhir, sambil mempromosikan rehabilitasi lahan kritis sebanyak 3 juta hektar antara tahun 2010 dan 2019. Upaya tersebut juga telah menghasilkan penurunan sebesar 81 persen dalam kasus kebakaran hutan, dari 1,6 juta hektar pada tahun 2019 menjadi 300 ribu hektar selama tahun 2020. Tentunya, pencapaian ini tidak terlepas dari peran aktif masyarakat dalam mendeteksi dini aktivitas yang berpotensi menyebabkan deforestasi, seperti illegal logging.

Partisipasi masyarakat melibatkan kegiatan patroli terpadu dan independen di hutan adat, hutan nagari, dan hutan kemasyarakatan, di mana mereka memiliki kewenangan hukum untuk mengelola lahan tersebut. Meskipun demikian, sedikit yang menyadari bahwa pengawasan ini didukung oleh sejumlah teknologi modern untuk meningkatkan efektivitas pengawasan. Berikut adalah beberapa teknologi yang telah digunakan dalam upaya pelestarian lingkungan.

Penggunaan Teknologi dalam Pelestarian Hutan Indonesia

Indonesia, sebagai Presiden G20 sejak 1 Desember 2021, telah menegaskan komitmennya untuk memimpin upaya global dalam mengatasi perubahan iklim dan menjaga lingkungan secara berkelanjutan. Salah satu inisiatif penting yang ditekankan adalah penggunaan teknologi untuk memantau dan mencegah kerusakan hutan, seperti penebangan liar dan ekspansi perkebunan sawit.

Teknologi AI untuk Deteksi Dini Penebangan Liar

Teknologi kecerdasan buatan (AI) telah terbukti efektif dalam membantu mengidentifikasi aktivitas penebangan liar. Sebuah inisiatif yang dikenal sebagai 'Guardian', yang dikembangkan oleh Komunitas Konservasi Indonesia Warung Informasi Konservasi (KKI Warsi) bekerja sama dengan Rainforest Connection, menggunakan mikrofon yang dipasang di hutan untuk menangkap suara-suara terkait aktivitas ilegal. Aplikasi ini memilah dan menganalisis berbagai jenis suara, termasuk suara kendaraan, penebangan pohon, dan tembakan, untuk memberikan notifikasi kepada aparat keamanan. Dengan bantuan teknologi ini, deteksi dan respons terhadap aktivitas ilegal menjadi lebih efisien, memungkinkan patroli untuk ditujukan ke lokasi yang tepat dengan cepat.

Analisis Citra Satelit dan Drone untuk Pemantauan Tutupan Lahan

Selain AI, analisis citra satelit dan penggunaan drone juga menjadi alat yang sangat berguna dalam pemantauan hutan. Yayasan Auriga Nusantara telah berhasil menggunakan berbagai jenis citra satelit, seperti Landsat dan Sentinel, untuk mendeteksi dan memetakan tutupan lahan, termasuk area perkebunan sawit. Melalui kerja sama dengan lembaga lain, seperti LAPAN dan BIG, mereka telah menghasilkan data yang penting untuk menginformasikan kebijakan dan tindakan konservasi. Selain itu, penggunaan drone juga membantu dalam pemetaan yang lebih cepat dan detail di lapangan.

Dampak Positif dan Harapan ke Depan

Penggunaan teknologi dalam pelestarian hutan Indonesia telah membawa dampak positif yang signifikan. Misalnya, penggunaan Guardian telah membantu menurunkan aktivitas penebangan liar secara drastis di beberapa daerah. Sementara itu, analisis citra satelit dan drone telah memberikan informasi yang berharga untuk pengambilan keputusan yang lebih baik dalam manajemen lahan.

Ke depan, pengembangan dan penerapan teknologi ini diharapkan akan terus memperkuat upaya pelestarian hutan dan lingkungan secara luas. Dengan sinergi antara pemerintah, lembaga non-profit, dan sektor swasta, Indonesia dapat melangkah maju dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan mengatasi tantangan perubahan iklim.


Sumber: www.viva.co.id