Krisis Infrastruktur dan Kebutuhan Solusi Inovatif
Zimbabwe tengah menghadapi krisis multidimensi dalam sektor air dan sanitasi akibat penurunan kapasitas infrastruktur, kurangnya investasi, serta dampak dari instabilitas politik dan ekonomi selama beberapa dekade terakhir. Dalam paper “Framework Model for Financing Sustainable Water and Sanitation Infrastructure in Zimbabwe” (2024) oleh Justice Mundonde dan Patricia Lindelwa Makoni, ditawarkan sebuah model pembiayaan berbasis kemitraan publik-swasta (PPP) yang diharapkan mampu mengatasi krisis layanan dasar ini sekaligus mendorong pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 6.
H2: Konteks Krisis Air dan Sanitasi di Zimbabwe
H3: Infrastruktur Usang dan Ancaman Kesehatan Publik
Zimbabwe mengalami kerusakan serius pada jaringan air dan sanitasi. Beberapa fakta mencolok:
- Lebih dari 50% air bersih yang diproduksi hilang karena kebocoran pipa dan infrastruktur rusak.
- Instalasi pengolahan limbah sering gagal karena kekurangan bahan kimia dan peralatan usang.
- Layanan air sering terganggu akibat pasokan listrik yang tidak stabil.
- Harare, ibu kota Zimbabwe, membutuhkan USD 1,4 miliar antara 2021–2030 hanya untuk memperbarui infrastruktur air dan sanitasi.
Kondisi ini memperparah risiko kesehatan masyarakat, memperbesar ketimpangan, dan menghambat pembangunan ekonomi secara keseluruhan.
H2: Potensi dan Hambatan PPP dalam Pembiayaan Infrastruktur
H3: Peluang Kolaborasi
Kemitraan publik-swasta (PPP) dinilai sebagai strategi penting untuk menutup kesenjangan pembiayaan. Negara-negara seperti China telah berhasil menerapkan PPP di sektor air melalui:
- Reformasi tarif air,
- Kompetisi terbuka bagi investor asing,
- Keterlibatan bank domestik dalam pembiayaan proyek.
H3: Kegagalan Implementasi di Zimbabwe
Namun, Zimbabwe belum mampu mereplikasi keberhasilan ini. Sebagai contoh:
- Proyek Matabeleland Zambezi Water Project (MZWP) telah direncanakan sejak tahun 1912 namun masih terbengkalai hingga kini karena kekurangan dana.
- Sejak 1994, belum ada proyek besar sektor air berbasis PPP yang berhasil mencapai penutupan finansial.
- Hambatan utama: kurangnya kerangka pembiayaan yang komprehensif, lemahnya kepercayaan investor, dan rendahnya kualitas tata kelola.
H2: Sumber-Sumber Pembiayaan untuk Proyek Air dan Sanitasi
H3: Sumber Publik
- Pajak dan tarif air dapat menjadi sumber yang stabil, namun tax base Zimbabwe menyusut karena ekonomi informal dan praktik penghindaran pajak.
- Bantuan pembangunan resmi (Official Development Assistance/ODA), meskipun penting, masih terlalu kecil dan tidak memenuhi kebutuhan investasi yang besar.
H3: Sumber Swasta
- Investasi Langsung Asing (FDI): penting dalam transfer teknologi dan keahlian. Zimbabwe telah membentuk Zimbabwe Investment Development Agency (ZIDA) untuk memfasilitasi investor.
- Perbankan: 19 lembaga perbankan domestik memiliki potensi sebagai sumber pinjaman proyek, terutama dalam fase awal pembangunan.
- Pasar Saham: saham dan obligasi proyek (project bonds) dapat digunakan untuk mobilisasi modal jangka panjang.
- Obligasi Domestik dan Internasional: termasuk sovereign bonds, diaspora bonds, dan corporate bonds. Namun, keterbatasan pasar modal domestik menjadi tantangan besar.
H2: Temuan Ekonometrik: Apa yang Mendorong Investasi PPP?
Penelitian ini menggunakan model Tobit dengan data dari 1996 hingga 2021 untuk menganalisis faktor-faktor penentu pembiayaan PPP. Beberapa hasil utama:
- GDP per kapita berpengaruh negatif terhadap investasi PPP, menunjukkan bahwa negara miskin justru lebih tergantung pada skema PPP.
- FDI memiliki dampak negatif dan signifikan, menandakan bahwa ketika arus modal asing turun, Zimbabwe lebih aktif mengupayakan skema PPP.
- Kapitalisasi pasar saham berpengaruh positif signifikan terhadap pembiayaan PPP — menekankan pentingnya pengembangan pasar modal.
- Kredit bank terhadap sektor swasta juga signifikan, namun diimbangi oleh dampak negatif dari tingkat kredit macet (non-performing loans).
- Indikator tata kelola seperti rule of law, kontrol korupsi, dan stabilitas politik tidak signifikan, kemungkinan karena dominasi pendanaan oleh mitra seperti China yang tidak terlalu mempermasalahkan kualitas institusional.
H2: Rangka Pembiayaan yang Diusulkan
H3: Tiga Komponen Biaya Utama
- Investasi Modal (Capital Expenditure): mencakup pembangunan fasilitas baru dan upgrade sistem lama.
- Biaya Operasional: untuk menjalankan sistem sehari-hari, termasuk gaji dan bahan kimia.
- Pemeliharaan: sangat penting karena 50% air yang telah diolah hilang di jalur distribusi akibat minimnya pemeliharaan. Pengabaian pemeliharaan meningkatkan biaya penggantian aset hingga 60%.
H3: Sumber Pembiayaan yang Terintegrasi
Rangka model merekomendasikan kombinasi sumber:
- Dana publik: melalui pajak, tarif, dan transfer pemerintah.
- Dana swasta: lewat saham, pinjaman bank, dan obligasi.
- Viability gap funding dari pemerintah untuk membuat proyek menarik bagi investor.
H2: Studi Kasus: Harare dan Proyeksi Nasional
Studi memperkirakan kebutuhan investasi untuk sistem air dan sanitasi di Harare sebesar USD 1,4 miliar hingga 2030. Bila kota-kota besar lain seperti Bulawayo dan Mutare disertakan, angka ini meningkat drastis.
Namun, tanpa kerangka kerja pembiayaan yang solid, angka ini hanyalah aspirasi. Kerangka yang ditawarkan Mundonde dan Makoni menyusun roadmap berbasis kondisi ekonomi, status pasar keuangan, dan struktur institusi di Zimbabwe.
H2: Analisis Kritis: Apa yang Bisa Dipelajari?
H3: Keunggulan Studi
- Model empiris yang kuat berbasis data selama 25 tahun.
- Fokus spesifik pada sektor air dan sanitasi, bukan infrastruktur umum.
- Mengintegrasikan indikator makroekonomi dan tata kelola.
H3: Kelemahan dan Tantangan
- Belum ada uji penerapan terhadap proyek nyata.
- Ketergantungan pada investor seperti China bisa menimbulkan risiko politik jangka panjang.
- Ketidakefektifan indikator tata kelola menunjukkan kurangnya transparansi yang bisa membahayakan keberlanjutan proyek.
Kesimpulan: Menjahit Harapan dengan Investasi Cerdas
Paper ini menegaskan bahwa air dan sanitasi bukan sekadar isu teknis, tetapi soal keadilan sosial dan pembangunan jangka panjang. Untuk menjamin layanan yang andal dan terjangkau, Zimbabwe perlu:
- Meningkatkan kualitas pasar keuangan dan perbankan,
- Menyusun kerangka kebijakan yang mendorong investasi swasta,
- Menjaga keseimbangan antara efisiensi ekonomi dan tanggung jawab sosial.
Model pembiayaan yang diajukan bukan hanya relevan untuk Zimbabwe, tetapi juga menjadi acuan penting bagi negara-negara berkembang lain yang ingin mengatasi kesenjangan layanan dasar melalui pendekatan inovatif dan kolaboratif.
Sumber asli:
Mundonde, J., & Makoni, P. L. (2024). Framework Model for Financing Sustainable Water and Sanitation Infrastructure in Zimbabwe. Preprints.org, doi:10.20944/preprints202404.0805.v1.