Memahami Gas Fosil: Dari Pembentukan hingga Penggunaannya

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana

23 Februari 2024, 11.07

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Natural_gas_production_world.PNG

Gas fosil, juga dikenal sebagai gas bumi (aardgas dalam Bahasa Belanda), gas alam, atau gas alami (natural gas dalam Bahasa Inggris), merupakan jenis bahan bakar fosil yang berwujud gas dan terutama terdiri dari metana (CH4). Gas ini dapat ditemukan di ladang minyak, ladang gas bumi, dan tambang batu bara.

Komposisi kimia 

Gas alam terdiri dari komponen utama, yaitu metana (CH4), bersama dengan hidrokarbon lainnya seperti etana (C2H6), propana (C3H8), dan butana (C4H10), serta gas-gas yang mengandung sulfur. Gas alam juga merupakan sumber utama helium.

Meskipun metana dapat menjadi gas rumah kaca, efeknya cenderung bersifat sementara karena bereaksi dengan ozon di atmosfer. Sumber metana utama berasal dari rayap, ternak, dan kegiatan pertanian.

Komposisi gas alam bervariasi tergantung pada sumber ladang gasnya, tetapi umumnya mengandung nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan air. Gas alam sering mengandung kontaminan utama berupa sulfur, yang harus dipisahkan sebelum digunakan.

Gas alam memiliki sifat mudah terbakar dan berpotensi menyebabkan ledakan. Meskipun gas alam lebih ringan dari udara, dalam ruang tertutup konsentrasinya dapat mencapai level yang membahayakan. Untuk mencegah kebocoran yang tidak terdeteksi, gas alam yang telah diproses biasanya diberi bau agar dapat terdeteksi.

Jenis-Jenis Gas Alam

  1. Gas Alam (NG): Merupakan gas alam yang terkumpul di bawah tanah dengan beragam komposisi. Biasanya terdiri dari campuran hidrokarbon dengan daya tekan tinggi dan daya kembang besar, serta memiliki berat jenis yang rendah. Gas ini terbentuk secara alami dalam bentuk gas.

  2. Cairan Gas Alam (NGL): Senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam akumulasi gas alam, namun berada dalam bentuk cair pada kondisi suhu dan tekanan yang tidak ekstrim. Contohnya adalah propana, butan, dan pentan, yang dapat diperoleh melalui proses pendinginan, penyulingan, atau absorpsi.

  3. Gas Alam Cair (LNG): Biasanya terdiri dari gas metan yang telah dicairkan melalui proses pencairan yang melibatkan suhu ekstrim hingga -162 derajat Celsius dan tekanan yang tinggi. Setelah dilakukan proses regasifikasi, LNG dapat digunakan kembali untuk industri besar seperti industri listrik dan pekerjaan berat.

  4. Gas Minyak Cair (LPG): Merupakan gas propana, gas butana, atau campuran keduanya. Gas ini lebih berat dari jenis gas lainnya dan diproses menjadi cairan untuk kemudahan penampungan. Biasanya digunakan untuk industri kecil dan menengah serta rumah tangga sebagai sumber energi panas. LPG dapat diproduksi baik dari gas fosil maupun dari minyak bumi.

Pemanfaatan

Pemanfaatan gas alam dapat dibagi menjadi 3 kelompok utama. Pertama, gas alam digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik, industri, kendaraan bermotor, dan gas kota. Kedua, gas alam digunakan sebagai bahan baku untuk pupuk, petrokimia, plastik, dan industri lainnya. Ketiga, gas alam diekspor dalam bentuk LNG. Selain itu, gas alam juga dapat digunakan untuk AC, seperti di bandara Bangkok dan beberapa gedung perguruan tinggi di Australia.

Peyimpanan dan transportasi

Untuk menyimpan gas alam, digunakan metode "Natural Gas Underground Storage" dengan memanfaatkan "salt dome" sebagai ruang penyimpanan di bawah tanah. Gas alam disimpan di dalam kubah-kubah tersebut selama musim panas dan dikeluarkan saat musim dingin melalui kompresor gas.

Transportasi gas alam dilakukan melalui pipa salur, kapal tanker LNG, dan kapal tanker CNG. Di Indonesia, sedang dibangun sistem jaringan pipa gas nasional yang terintegrasi dari Aceh hingga Kalimantan. LNG digunakan untuk transportasi gas alam melintasi samudra, sementara truk tangki digunakan untuk jarak dekat. CNG juga dapat digunakan untuk transportasi darat dan bahkan pada pesawat terbang.

Gas alam di Indonesia

Pemanfaatan gas alam di Indonesia dimulai pada tahun 1960-an, saat produksi gas alam dari ladang PT Stanvac Indonesia di Pendopo, Sumatera Selatan dikirim ke pabrik pupuk Pusri IA di Palembang melalui pipa gas. PERTAMINA memulai pasokan gas alam ke pabrik-pabrik pupuk Pusri II, III, dan IV di Palembang dari ladang gas alam di Prabumulih, Sumatera Selatan pada tahun 1974. Pusri IA ditutup pada tahun 1993 dan digantikan oleh Pusri IB, yang merupakan pabrik pupuk paling modern di Asia pada masanya. Di Jawa Barat, PERTAMINA juga mulai memasok gas alam dari ladang lepas pantai di laut Jawa ke pabrik-pabrik pupuk dan industri di kawasan tersebut sejak tahun 1974. Gas alam juga diekspor dalam bentuk LNG. Aceh merupakan salah satu daerah penghasil gas alam terbesar di Indonesia, dengan PT Arun NGL Company sebagai pengelola gas alam sejak tahun 1979. Gas alam dari Aceh diekspor ke Jepang dan Korea Selatan. PT Pupuk Iskandar Muda di Aceh Utara juga menggunakan gas alam sebagai bahan baku untuk pabrik pupuk urea.

 

Disadur dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Gas_fosil