Masa Depan Deteksi Cacat Industri:Solusi Sintetik untuk Split Defects dalam Stamping Logam

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda

16 April 2025, 08.32

pixabay.com

Pendahuluan: Saatnya Beralih dari Inspeksi Manual ke Otomatisasi Cerdas

Di tengah dorongan industri untuk produksi cepat dan minim cacat, satu tantangan tetap membandel: mendeteksi cacat kecil namun berdampak besar seperti split defects pada proses sheet metal stamping. Cacat ini muncul akibat deformasi material yang melebihi batas, menyebabkan retakan halus atau penipisan lokal yang kerap tak terlihat oleh mata manusia—tetapi cukup untuk membuat produk harus dibuang.

Paper dari Singh et al. (2022) menawarkan pendekatan revolusioner: membuat gambar pelatihan deep learning secara sintetis yang secara visual dan fisik menyerupai cacat nyata. Mereka memadukan dua dunia—simulasi teknik berbasis fisika dan teknologi grafis komputer—untuk menghasilkan dataset yang realistis dan terjangkau.

 

H2: Kenapa Split Defects Itu Sulit Dideteksi?

Meskipun split defects hanya terjadi pada 1–5% dari total produksi, dampaknya tidak bisa diabaikan. Komponen yang mengalami split tak bisa diperbaiki dan harus dibuang. Lebih parah lagi, split seringkali tidak tampak jelas, apalagi dalam kondisi pencahayaan pabrik yang kompleks.

Selama ini, industri mengandalkan pengamatan visual manusia—metode yang tidak hanya lambat, tetapi juga rawan kesalahan. Solusi berbasis visi komputer sudah mulai digunakan, namun deep learning butuh banyak data. Nah, di sinilah tantangan muncul: bagaimana melatih model AI jika datanya sangat sedikit?

 

H2: Pendekatan Sintetik—Menjawab Kekosongan Data

Untuk mengatasi kelangkaan data nyata, para peneliti biasanya memilih dua jalur:

  1. Model Generatif seperti GAN atau Diffusion Models: Bisa menghasilkan gambar baru, tapi cenderung repetitif, dan sulit mengontrol detail seperti lokasi atau jenis cacat.
  2. Simulasi Fisik dengan Finite Element Method (FEM): Sangat akurat dari sisi mekanika material, tapi berat secara komputasi dan tidak bisa menciptakan keragaman visual dengan baik.

Solusi yang ditawarkan Singh dkk. menggabungkan keduanya: lokasi cacat ditentukan secara fisik lewat simulasi FEM, lalu ditambahkan detail visual dari retakan nyata menggunakan grafis komputer. Hasil akhirnya adalah gambar sintetis yang meyakinkan secara visual dan sahih secara fisik.

 

H2: Begini Cara Framework Ini Bekerja

Langkah 1: Simulasi Lokasi Cacat Menggunakan FLC

Framework dimulai dengan CAD model dari komponen stamping, lalu dijalankan simulasi FEM untuk menghitung regangan di setiap bagian. Berdasarkan Forming Limit Curve (FLC)—grafik batas deformasi material—framework ini menentukan lokasi mana saja yang “layak” mengalami split.

Peneliti memperkenalkan parameter acak ke dalam rumus FLC, sehingga bisa menciptakan variasi lokasi cacat seolah berasal dari ketidakteraturan nyata dalam proses manufaktur. Hasilnya adalah model 3D cacat dengan distribusi yang tidak seragam tapi masih masuk akal.

Langkah 2: Menambahkan Retakan Secara Visual

Setelah tahu di mana cacat akan muncul, mereka menerapkan tekstur visual dari citra retakan nyata ke permukaan model menggunakan teknik bump mapping. Alih-alih mengubah bentuk fisik permukaan, metode ini mengelabui pencahayaan agar tampak seperti ada retakan, lengkap dengan kedalaman dan detail permukaan.

Langkah 3: Rendering Gambar yang Nyata Banget

Agar gambar terlihat seperti hasil kamera industri, digunakan pencahayaan realistis berbasis path tracing dan model BRDF (Bidirectional Reflectance Distribution Function) untuk mensimulasikan pantulan cahaya pada logam. Tak ketinggalan, tekstur tambahan seperti sidik jari, goresan, dan kotoran ditambahkan agar makin meyakinkan.

 

H2: Apakah Gambar Sintetis Ini Benar-benar Efektif?

Untuk menguji framework, peneliti membandingkan performa model deteksi yang dilatih dengan kombinasi data nyata dan sintetis. Mereka menggunakan algoritma seperti YOLOv5 dan Faster R-CNN untuk mendeteksi split defects pada part nyata yang diambil dari uji laboratorium Nakajima.

Hasilnya mengejutkan: model yang dilatih dengan hanya 10 gambar nyata dan 80 gambar sintetis bisa mencapai akurasi yang setara dengan model yang dilatih pada 80 gambar nyata. Bahkan ketika hanya menggunakan gambar sintetis—tanpa data nyata sama sekali—model masih bisa mendeteksi cacat dengan performa mendekati sempurna.

Ini menunjukkan bahwa kualitas visual dan keakuratan fisik dari gambar sintetis ini benar-benar tinggi.

 

H2: Mengungguli Model Generatif dan Few-Shot Learning

Framework ini juga dibandingkan dengan pendekatan few-shot learning dan diffusion-based generative models—dua metode yang saat ini sedang populer untuk menyiasati kekurangan data.

Hasilnya, pendekatan berbasis GAN dan Diffusion mengalami kesulitan untuk menciptakan cacat yang meyakinkan, terutama di area dengan refleksi tinggi seperti permukaan logam. Sementara itu, model pre-trained juga terbatas karena data dasarnya tidak mewakili lingkungan stamping logam yang khas.

Framework yang diusulkan peneliti justru unggul karena bisa mengontrol:

  • Jenis dan bentuk cacat,
  • Lokasi cacat,
  • Pencahayaan dan tekstur permukaan,
  • Dan yang paling penting: dapat membuat anotasi otomatis untuk pelatihan.

 

H2: Tambahan Nilai: Realisme Detail Meningkatkan Akurasi

Peneliti melakukan uji coba untuk mengukur dampak beberapa elemen tambahan dalam proses pembuatan gambar sintetis:

  • Randomisasi Label: Membuat batas cacat sedikit “tidak rapi” seperti hasil anotasi manusia.
  • Penambahan Impuritas Permukaan: Seperti goresan dan sidik jari.
  • Distorsi Tekstur dengan Bezier Curve: Agar bentuk cacat tidak terlalu simetris atau “terlalu sempurna”.

Ketiganya terbukti signifikan meningkatkan performa model dalam mendeteksi split. Model yang dilatih dengan gambar sintetis yang “kaya detail” menghasilkan prediksi lebih presisi dan lebih sedikit kesalahan deteksi.

 

H2: Apa Implikasinya untuk Industri?

Lebih Sedikit Data Nyata, Lebih Banyak Efisiensi

Menghasilkan part cacat nyata itu mahal dan lambat. Dengan pendekatan ini, pabrik bisa menciptakan ribuan sampel cacat hanya dari satu hasil simulasi FEM. Ini sangat efisien untuk prototipe baru atau lini produksi kecil.

Otomatisasi Inspeksi yang Lebih Dekat Jadi Nyata

Karena framework ini mencakup auto-annotation, pencahayaan realistis, dan akurasi tinggi, maka ia cocok untuk sistem inspeksi visual berbasis AI yang bisa langsung diintegrasikan ke jalur produksi. Tidak perlu lagi inspeksi manual yang penuh subjektivitas.

Fleksibel untuk Komponen Lain

Selama ada data material dan geometri CAD, framework ini bisa diadaptasi ke jenis cacat atau komponen lainnya. Dengan begitu, pendekatan ini bisa menjadi tulang punggung sistem inspeksi otomatis di berbagai industri, dari otomotif sampai kedirgantaraan.

 

H2: Kritik dan Arah Pengembangan

Meski framework ini menjanjikan, fokusnya masih terbatas pada satu jenis cacat: split. Padahal dalam dunia nyata, cacat seperti kerutan, penyok, atau lapisan tak merata juga sama pentingnya. Peneliti sudah merencanakan perluasan framework ini dengan simulasi khusus untuk cacat lain, seperti wrinkles.

Selain itu, validasi penuh terhadap komponen industri kompleks butuh kerja sama langsung dengan manufaktur agar bisa menguji framework pada part besar dengan geometri rumit.

 

Kesimpulan: Sintesis Cerdas untuk Produksi Tanpa Cacat

Singkatnya, pendekatan hibrida ini membuka era baru dalam pelatihan model inspeksi berbasis AI. Dengan menggabungkan presisi fisik dan realisme visual, peneliti berhasil mengatasi krisis data yang sering menghambat penerapan deep learning di lini produksi.

Framework ini bukan sekadar solusi teknis—ia adalah strategi revolusioner yang mampu memangkas biaya, mempercepat proses, dan meningkatkan akurasi inspeksi industri secara signifikan. Dunia manufaktur hanya tinggal selangkah lagi menuju era produksi tanpa cacat—dan langkah itu dimulai dari data yang pintar.

 

Sumber Artikel

Singh, A. R., Bashford-Rogers, T., Hazra, S., & Debattista, K. (2022). Generating Synthetic Training Images to Detect Split Defects in Stamped Components. IEEE Transactions on Industrial Informatics.
(DOI atau tautan ke jurnal resmi jika tersedia)