Building Information Modeling (BIM) telah berkembang pesat dari sekadar alat desain digital menjadi pilar utama transformasi digital sektor konstruksi. Di tengah pertumbuhan populasi urban, kekurangan tenaga kerja konstruksi, dan kebutuhan akan efisiensi energi bangunan, BIM hadir sebagai solusi komprehensif.
Lebih dari sekadar alat visualisasi 3D, BIM kini terintegrasi dengan sistem smart city, kecerdasan buatan (AI), hingga metaverse. Di sinilah letak kekuatan artikel Ishizawa: ia tidak hanya menyoroti fungsi teknis BIM, tetapi juga potensi strategisnya dalam menciptakan lingkungan proyek yang kolaboratif dan berorientasi data.
Tren dan Statistik Adopsi BIM di Jepang
Salah satu kekuatan artikel ini adalah data kuantitatif tentang adopsi BIM di Jepang. Dalam survei Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata Jepang (MLIT, 2021), dari 813 organisasi:
- 46,2% telah mengimplementasikan BIM.
- 87,8% perusahaan besar (lebih dari 5.000 karyawan) menggunakan BIM secara aktif.
- 20–36,7% adalah tingkat adopsi di perusahaan kecil (kurang dari 100 karyawan).
- 72,3% perusahaan menyatakan bahwa BIM adalah kebutuhan masa depan.
- 80,2% perusahaan mengaku bahwa BIM meningkatkan kolaborasi antar stakeholder.
Statistik ini menunjukkan bahwa, meskipun adopsi BIM cukup tinggi di perusahaan besar, perusahaan kecil dan menengah masih menghadapi hambatan dalam adopsi—baik dari segi biaya, SDM, maupun budaya kerja.
Studi Kasus 1: Kantor Pusat Perusahaan Logistik di Tokyo (2019)
Studi kasus pertama menggambarkan bagaimana BIM dimanfaatkan untuk mengoptimalkan performa lingkungan di sebuah gedung perkantoran berstandar tinggi di Tokyo.
Tantangan:
- Mendesain fasad yang mampu memblokir sinar matahari langsung tanpa mengorbankan pemandangan dan rasa terbuka di dalam ruangan.
Solusi BIM:
- Simulasi digital digunakan untuk mengevaluasi paparan cahaya matahari, tingkat iluminasi, dan persepsi visual ruang.
- Hasil simulasi digunakan untuk membuat model realitas virtual (VR) yang disajikan kepada pemilik proyek.
Dampak:
- Keputusan desain dapat dibuat dengan lebih yakin, berdasarkan data kuantitatif dan pengalaman pengguna yang imersif.
- Model BIM yang sama digunakan untuk simulasi teknis dan representasi VR, menciptakan satu sumber kebenaran (single source of truth).
Studi Kasus 2: CapitaGreen, Singapura (2014)
CapitaGreen, gedung perkantoran setinggi 245 meter di Central Business District Singapura, adalah proyek desain-bangun berbasis BIM penuh dan memenangkan BIM Awards 2015.
Implementasi BIM:
- Digunakan untuk eksplorasi desain, perencanaan konstruksi, produksi gambar, dan simulasi pemeliharaan pasca-huni.
Kelemahan:
- Masih terjadi paralelisme antara BIM dan dokumen konvensional, menyebabkan pekerjaan ganda.
- Gambar 2D tetap digunakan untuk keperluan otoritas dan kontrak, mengurangi efisiensi penuh dari BIM.
Pelajaran:
- Peralihan ke model sentris (model-centric workflow) sangat dibutuhkan agar BIM tidak hanya menjadi tambahan digital, tapi pusat proses proyek.
BIM dan Ruang Virtual: Menuju Proyek Berbasis Metaverse
Artikel ini menyoroti perkembangan menarik: penggunaan metaverse dan VR sebagai ruang kerja proyek.
Realita Saat Ini:
- Stakeholder proyek seringkali hanya melihat model BIM di monitor beberapa menit, lalu kembali berdiskusi lewat kertas.
Visi Masa Depan:
- Semua aktivitas proyek dilakukan di dalam ruang virtual representasi bangunan.
- Ruang metaverse dapat menyimpan seluruh jejak informasi dan komunikasi proyek—sesuai standar ISO 19650-2:2018 (Common Data Environment).
Potensi:
- Menghindari kehilangan data pasca proyek yang bisa memicu sengketa hukum.
- Menjadi platform ideal untuk traceability, audit, dan pelestarian pengetahuan desain.
BIM dan Smart Cities: Siapa yang Sebenarnya Membutuhkan Data?
BIM secara tradisional dikembangkan oleh arsitek, konsultan, dan kontraktor. Namun, yang paling berkepentingan dalam jangka panjang justru adalah pemilik bangunan, operator fasilitas, dan pengguna.
Masalah:
- Sebagian besar informasi dalam BIM tidak relevan untuk pengguna akhir.
- Informasi seperti pengaturan furnitur atau data dari sensor IoT lebih dibutuhkan daripada elemen teknis struktural.
Tantangan Data:
- Data interior sangat bergantung pada persetujuan pemilik dan sering kali mengandung isu privasi.
- Digital twin gedung belum sepenuhnya terkoneksi dengan sistem smart city akibat celah antara model BIM dan database layanan.
Strategi Masa Depan: Fokus pada Talenta Interdisipliner dan Keanekaragaman Intra-Personal
Salah satu poin paling unik dalam artikel ini adalah penekanan pada pentingnya “talenta kolaborator”—yaitu orang-orang yang bukan modeler utama BIM, tapi menjadi penghubung komunikasi antardisiplin proyek.
Temuan:
- Kolaborator sering kali tidak merasa bahwa mereka memiliki peran kunci dalam BIM.
- Namun, mereka justru paling berpengaruh dalam memastikan kelancaran alur kerja dan adopsi model BIM.
Rekomendasi:
- Identifikasi melalui data: Gunakan log aktivitas BIM untuk mengenali talenta tersembunyi.
- Fokus pada keanekaragaman intra-personal: Kombinasi unik antara keahlian teknis dan komunikasi yang dimiliki individu.
- Bangun budaya apresiasi: Penghargaan terhadap kontribusi informal dapat meningkatkan partisipasi.
Rekomendasi Praktis: Membangun Ekosistem BIM yang Inklusif dan Berkelanjutan
Penulis menyimpulkan bahwa strategi implementasi BIM harus lebih dari sekadar teknologi:
Tiga Langkah Kunci:
- Mulai dari dataset minimum
Hindari pengumpulan data berlebihan. Fokus pada informasi yang benar-benar dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah nyata. - Identifikasi dan latih talenta berbasis data
Gunakan pendekatan data-driven untuk mengenali individu yang dapat menjadi “penghubung informasi” dalam proyek. - Manfaatkan keanekaragaman dalam diri individu
Dorong profesional untuk mengeksplorasi peran lintas disiplin dengan dukungan pelatihan dan organisasi inklusif.
Kesimpulan: BIM sebagai Infrastruktur Informasi Masa Depan Konstruksi
BIM bukan sekadar alat desain, melainkan infrastruktur untuk digitalisasi industri konstruksi. Lewat studi kasus nyata dan refleksi kritis, artikel ini mengajak kita untuk:
- Berpindah dari dokumen ke model sebagai pusat informasi.
- Menjadikan metaverse dan ruang virtual sebagai tempat kerja kolaboratif.
- Memanfaatkan data BIM untuk meningkatkan keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan bangunan.
- Mengenali peran manusia sebagai penghubung paling penting dalam transformasi digital.
Referensi Asli :
Penulis: Tsukasa Ishizawa
Penerbit: Asian Development Bank Institute (ADBI)
Tahun Terbit: 2024, Policy Brief No. 2024-15, Agustus
DOI: 10.56506/LIQO8841