Limbah Farmasetika di Teluk Jakarta: Masalah Lingkungan yang Mendesak

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana

24 April 2024, 08.21

Sumber: https://i0.wp.com/farmasetika.com/wp-content/uploads/2021/01/unnamed.jpg?resize=512%2C330&ssl=1

Sebuah tim peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta University of Brighton UK telah merilis hasil studi pendahuluan mengenai kualitas air laut di beberapa lokasi yang terkena dampak limbah buangan. Hasil studi tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal Marine Pollution Bulletin dengan judul "Konsentrasi Tinggi Parasetamol di Perairan Terdominasi Limbah Teluk Jakarta, Indonesia". Studi ini, yang dilakukan oleh Dr. Wulan Koagouw (BRIN, UoB), Prof. Zainal Arifin (BRIN), Dr. George Olivier (UoB), dan Dr. Corina Ciocan (UoB), menginvestigasi kontaminan air di empat lokasi di Teluk Jakarta: Angke, Ancol, Tanjung Priok, dan Cilincing, serta satu lokasi di Pantai Eretan, Jawa Tengah.

Temuan studi menunjukkan bahwa beberapa parameter nutrisi seperti Amonia, Nitrat, dan total Fosfat telah melampaui standar kualitas air laut Indonesia. Selain itu, Parasetamol terdeteksi di dua lokasi, yaitu muara sungai Angke (610 ng/L) dan muara sungai Ciliwung Ancol (420 ng/L), keduanya di Teluk Jakarta. Temuan ini meningkatkan kekhawatiran akan risiko lingkungan yang terkait dengan paparan jangka panjang terhadap organisme laut di Teluk Jakarta.

Parasetamol merupakan salah satu zat yang berasal dari produk farmasi yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia tanpa resep dokter. Menurut Zainal Arifin, anggota tim peneliti dari BRIN, sumber Parasetamol di perairan Teluk Jakarta dapat berasal dari tiga sumber utama: konsumsi berlebihan oleh masyarakat, limbah rumah sakit, dan industri farmasi. Namun, dampak Parasetamol terhadap lingkungan masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi Parasetamol di Teluk Jakarta relatif tinggi dibandingkan dengan pantai-pantai di negara lain, seperti Brazil dan Portugal. Meskipun demikian, perlu penelitian lebih lanjut untuk memahami dampaknya terhadap biota laut. Zainal menekankan perlunya tindakan untuk mengurangi limbah obat-obatan atau farmasi yang masuk ke dalam air sungai dan laut. Dia mengatakan bahwa penguatan regulasi tatakelola pengelolaan air limbah dan tanggung jawab publik dalam pembuangan sisa obat-obatan sangatlah penting untuk menjaga kesehatan manusia dan lingkungan.
 

Sumber: www.brin.go.id