Teknologi SIG

Pemetaan Kemiskinan dan Gizi Buruk di Jawa Timur: Solusi SIG untuk Kebijakan Efektif

Dipublikasikan oleh pada 16 Mei 2025


Pendahuluan

Paper ilmiah yang berjudul "Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Kemiskinan dan Gizi Buruk di Jawa Timur" menyajikan penelitian tentang pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam mengidentifikasi daerah miskin dan gizi buruk. Paper ini ditulis oleh Yuniar Kurnianingtyas dan Fajar Astuti Hermawati, diterbitkan dalam Jurnal KONVERGENSI, Volume 13, Nomor 1, Januari 2017. Fokus utama penelitian ini adalah pemetaan spasial kemiskinan dan gizi buruk dengan memanfaatkan SIG berbasis web, guna membantu pemerintah dalam pengambilan kebijakan yang lebih tepat sasaran.

Latar Belakang

Provinsi Jawa Timur memiliki jumlah penduduk miskin yang signifikan, mencapai sekitar 4,7 juta jiwa pada tahun 2013. Selain itu, Jawa Timur juga menyumbang angka gizi buruk tertinggi di Indonesia, dengan lebih dari 11.000 kasus pada tahun yang sama. Masalah ini memerlukan solusi berbasis data spasial agar kebijakan dapat diarahkan lebih tepat.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Sistem Informasi Geografis (SIG) berbasis web untuk pemetaan kemiskinan dan gizi buruk. Data dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur dan Dinas Kesehatan. Pemetaan dilakukan dengan memadukan data spasial dan data sosial ekonomi, seperti jumlah rumah tangga miskin, penyebaran gizi buruk, dan fasilitas kesehatan.

Teknik Analisis

Analisis dilakukan dengan memetakan data spasial melalui layer SIG, termasuk layer desa, layer kemiskinan, dan layer gizi buruk. Teknik intersection digunakan untuk menganalisis tumpang tindih data antara daerah miskin dan daerah gizi buruk, sehingga dapat diidentifikasi wilayah yang memerlukan perhatian khusus.

Studi Kasus & Data

Pada studi kasus pemetaan kemiskinan di Surabaya, data menunjukkan bahwa daerah dengan kepadatan penduduk tinggi cenderung memiliki angka kemiskinan yang lebih besar. Selain itu, peta gizi buruk menunjukkan konsentrasi kasus di daerah pesisir dengan akses kesehatan yang terbatas. Data ini sejalan dengan penelitian Thongdara & Tibkaew (2012) tentang pemetaan kemiskinan di Thailand yang juga menemukan korelasi antara kepadatan penduduk dan kemiskinan.

Analisis dan Nilai Tambah

Penelitian ini menunjukkan bahwa SIG sangat efektif dalam menampilkan data spasial kemiskinan dan gizi buruk secara komprehensif. Namun, ada kelemahan dalam keterbaruan data, terutama karena perubahan sosial ekonomi yang cepat. Penggunaan data real-time dan pembaruan rutin akan meningkatkan akurasi pemetaan.

Implikasi Praktis

Temuan ini berguna bagi pemerintah daerah untuk menyusun kebijakan berbasis data spasial. Dengan pemetaan berbasis SIG, daerah prioritas intervensi dapat diidentifikasi lebih cepat. Hal ini penting terutama dalam distribusi bantuan sosial dan penyediaan layanan kesehatan.

Perbandingan dengan Penelitian Lain

Berbeda dengan penelitian Akinyemi (2008) di Rwanda yang menggunakan SIG untuk pemetaan ekonomi secara nasional, penelitian ini lebih fokus pada isu lokal di Jawa Timur. Pendekatan berbasis web juga mempermudah akses bagi pemangku kepentingan di daerah.

Kesimpulan

Paper ini memberikan kontribusi penting dalam penggunaan SIG untuk pemetaan masalah sosial di Jawa Timur, terutama dalam konteks kemiskinan dan gizi buruk. Dengan implementasi yang tepat, SIG dapat menjadi alat penting dalam mendukung kebijakan pengentasan kemiskinan secara lebih terstruktur.

Sumber

Penelitian ini dapat diakses melalui Jurnal KONVERGENSI melalui tautan: https://doi.org/10.30996/konv.v13i1.2750.

 

Selengkapnya
Pemetaan Kemiskinan dan Gizi Buruk di Jawa Timur: Solusi SIG untuk Kebijakan Efektif
page 1 of 1