Sejarah & Mitologi Nusantara
Dipublikasikan oleh pada 28 Mei 2025
Pendahuluan: Danau, Permukiman, dan Peradaban yang Terlupa
Danau bukan sekadar sumber air, tetapi juga tempat lahirnya peradaban. Di Jawa Timur, kawasan danau atau ranu telah lama dihuni manusia sejak masa prasejarah, terutama yang tinggal di sekitar Ranu Klakah, Ranu Gedang, Ranu Grati, Ranu Bethok, dan Ranu Segaran. Melalui penelitian arkeologi lintas tahun (2009–2014), Gunadi Kasnowihardjo mengungkap berbagai bukti bahwa danau-danau tersebut menyimpan warisan budaya yang mencerminkan adaptasi, kearifan lokal, dan struktur sosial masyarakat masa lalu.
Ranu dan Jejak Manusia: Sebuah Latar Arkeologis
Penelitian ini menelusuri kawasan "Tapal Kuda" Jawa Timur—wilayah yang saat ini dihuni etnis Madura dan dikenal dengan kesuburan serta keragamannya. Berdasarkan pendekatan non-site archaeology dan cultural ecology ala Steward, permukiman di sekitar danau dianggap sebagai hasil interaksi manusia dengan lingkungannya, di mana danau berperan vital dalam kehidupan sosial, ekonomi, hingga spiritual.
Mengapa danau penting?
Sumber air bersih untuk kehidupan dan pertanian
Sumber pangan berupa kerang dan ikan
Lansekap datar yang cocok untuk permukiman
Kesuburan tanah untuk aktivitas agraris
Sumber mitos dan spiritualitas, seperti legenda Endang Sukarni di Ranu Grati
Temuan Arkeologis dan Interpretasi Lokal
1. Ranu Klakah (Lumajang)
Temuan: Batu dandang (arca), beliung persegi, fragmen bata kuna, punden, struktur batu huruf L
Interpretasi: Indikasi permukiman menetap sejak masa Neolitik
Aktivitas modern: Budidaya perikanan sistem keramba, pertanian, dan ritual di Punden Gunung Lawang
📌 Potensi kawasan: Warisan budaya tangible dan intangible hidup berdampingan.
2. Ranu Gedang (Probolinggo)
Temuan: Kubur tua, lumpang batu, beliung, uang kepeng, dan kulit kerang air tawar
Isu lingkungan: Penyusutan air hingga 80 meter dari garis semula
Mitologi lokal: Buyut Surondoko dianggap sebagai cikal bakal masyarakat
📍 Menarik: Sisa-sisa subsistensi seperti kerang menandakan eksploitasi sumber daya air secara berkelanjutan.
3. Ranu Segaran (Tiris, Probolinggo)
Temuan: Fragmen keramik China, Vietnam, Eropa, beliung, dan makam tua
Fungsi: Indikasi hubungan dagang dan keterlibatan dalam jaringan perdagangan regional
Pusat penelitian: Blok Krajan sebagai lokasi strategis geografis dan historis
✍️ Analisis tambahan: Keberadaan keramik asing menunjukkan aktivitas lintas budaya sejak awal masehi.
4. Ranu Bethok
Temuan: Fragmen gerabah, keramik, beliung, dan kubur tua
Interpretasi: Permukiman dari masa Neolitik berdasarkan artefak beliung
Tantangan: Kekurangan data dating absolut membuat interpretasi bersifat tentative
📊 Rekomendasi: Perlu kajian lanjutan menggunakan radiokarbon untuk memverifikasi usia tinggalan.
5. Ranu Grati (Pasuruan)
Temuan: 11 beliung persegi dari warga setempat, makam cikal bakal (Mbah Kendhit, Mbah Mendal), lumpang batu, sumur kuna, sumber air
Legenda lokal: Kisah Endang Sukarni dan ular raksasa Joko Baru Klinthing
Struktur tanah: Teras danau mengindikasikan elevasi air yang berubah dari masa ke masa
🔍 Ilustrasi naratif: Legenda digunakan untuk menyampaikan ekologi spiritual dan moral ekologi masyarakat.
Analisis Tambahan: Perpaduan Arkeologi dan Kearifan Lokal
Salah satu aspek paling menarik dari penelitian ini adalah keterlibatan legenda dan kearifan lokal dalam merekonstruksi sejarah. Contohnya:
Mitos "Gigi Petir" (beliung) oleh masyarakat Madura dan Jawa mengaitkan artefak prasejarah dengan simbol-simbol gaib.
Upacara lokal seperti selametan desa dan sedekah bumi memperkuat dugaan kontinuitas budaya sejak masa lampau.
💡 Nilai tambah: Kajian arkeologi berbasis lokalitas tidak hanya ilmiah, tetapi juga menyentuh aspek sosial dan spiritual masyarakat.
Relevansi Penelitian: Pelestarian, Ekowisata, dan Pendidikan
Penelitian ini bukan sekadar laporan akademik, tetapi juga memiliki implikasi besar:
1. Konservasi Cagar Budaya
Temuan artefak seperti beliung persegi dan lumpang batu perlu dijadikan bagian dari cagar budaya setempat untuk mencegah perusakan atau hilangnya data arkeologis penting.
2. Pengembangan Ekowisata Berbasis Budaya
Kawasan seperti Ranu Klakah dan Ranu Grati memiliki potensi dikembangkan sebagai wisata budaya dan ekologi berbasis narasi sejarah dan kearifan lokal.
3. Pendidikan Publik
Cerita rakyat dan artefak bisa diintegrasikan ke dalam kurikulum lokal untuk memperkuat identitas budaya dan kesadaran pelestarian lingkungan.
Kritik dan Saran
Kelebihan:
Penelitian multiyear dengan data empiris kuat
Pendekatan ekologi budaya menjelaskan konteks sosial lingkungan
Integrasi antara data arkeologis dan etnografi
Keterbatasan:
Tidak ada analisis dating absolut (misalnya radiokarbon)
Belum menyentuh aspek gender atau organisasi sosial komunitas
Beberapa artefak penting hanya berdasarkan testimoni warga tanpa konfirmasi laboratorium
Kesimpulan: Warisan Air yang Sarat Makna
Permukiman di sekitar danau di Jawa Timur adalah saksi bisu peradaban manusia Austronesia yang berpindah dan menetap dengan kecermatan ekologis. Keberadaan beliung persegi, lumpang batu, keramik asing, dan makam tua membentuk mosaik sejarah yang menyatukan budaya materiel dan spiritual.
Penelitian ini membuktikan bahwa pendekatan arkeologi yang berpadu dengan kearifan lokal tidak hanya memperkaya ilmu pengetahuan, tetapi juga memperdalam pemahaman kita tentang hubungan manusia dan alam.
Sumber:
Kasnowihardjo, G. (2016). Situs Permukiman Kawasan Danau di Jawa Timur. Berita Penelitian Arkeologi No. 30. Balai Arkeologi Yogyakarta.
🔗 Laman resmi jurnal BPA (jika tersedia)