Mitigasi Bencana dan Keamanan Struktural

Mitigasi Cerdas Bencana Gempa: Analisis Potensi Kerusakan Bangunan Bertingkat di Yogyakarta

Dipublikasikan oleh Afridha Nu’ma Khoiriyah pada 08 Mei 2025


Pendahuluan

Yogyakarta bukan hanya dikenal sebagai kota budaya dan pendidikan, tetapi juga sebagai kawasan yang berada dalam zona rawan gempa. Gempa bumi besar yang mengguncang wilayah ini pada tahun 2006 menjadi pengingat nyata betapa besar kerusakan yang dapat ditimbulkan jika mitigasi risiko struktural diabaikan.

Dalam konteks ini, artikel karya Eka Faisal Nurhidayatullah dan Dwi Kurniati menyajikan pendekatan mitigatif berbasis analisis potensi kerusakan pada bangunan bertingkat sedang di wilayah Yogyakarta. Tujuannya tidak hanya untuk mengidentifikasi tingkat kerentanan bangunan, tetapi juga memberikan dasar ilmiah bagi strategi perencanaan bangunan tahan gempa.

Tujuan dan Signifikansi Studi

Studi ini berfokus pada:

  • Menganalisis potensi kerusakan bangunan bertingkat sedang yang lazim digunakan untuk fungsi komersial, perkantoran, atau pendidikan.

  • Menyusun skenario gempa dengan kekuatan ≥5 SR yang realistis berdasarkan potensi seismik wilayah Yogyakarta.

  • Memberikan gambaran tentang performa struktur bangunan dalam skenario gempa guna mendukung upaya mitigasi bencana berbasis data.

Dalam konteks perencanaan tata ruang dan bangunan, studi ini penting untuk menghindari kerugian besar yang bisa dicegah melalui perencanaan yang lebih baik.

Metodologi

Penelitian ini menggunakan metode analisis struktur berbasis kinerja (performance-based seismic analysis) dengan simulasi gempa skenario. Beberapa langkah utama meliputi:

  • Pemodelan Struktur: Menggunakan SAP2000 sebagai perangkat lunak analisis struktur. Objek yang dikaji adalah bangunan bertingkat sedang dengan konstruksi beton bertulang.

  • Skenario Gempa: Simulasi dilakukan dengan skenario gempa ≥5 SR, yang dianggap sebagai ambang batas umum gempa menengah di wilayah tersebut.

  • Evaluasi Kerusakan: Kriteria kerusakan mengacu pada kriteria FEMA dan ATC-40 (pusat teknologi seismik AS), meliputi tingkat kerusakan ringan, sedang, hingga berat.

  • Parameter Penilaian: Fokus pada drift interstory, deformasi elemen struktur, serta gaya dalam struktur akibat beban gempa.

Hasil Temuan

Hasil analisis menunjukkan bahwa:

  • Drift antar lantai (interstory drift) melebihi batas aman pada beberapa lantai, terutama pada bagian tengah struktur. Ini mengindikasikan risiko kegagalan struktural saat terjadi gempa sedang.

  • Kerusakan dominan terjadi pada kolom dan balok pengikat, terutama di lantai dasar dan pertama, yang menerima gaya lateral tertinggi.

  • Beberapa bangunan dalam simulasi mengalami deformasi permanen yang menunjukkan potensi kegagalan parsial bahkan sebelum mencapai ambang gempa berat.

  • Dalam skenario 5,5–6 SR, lebih dari 60% struktur mengalami kerusakan sedang hingga berat jika tidak dilengkapi peredam atau sistem struktur tambahan.

Studi Kasus Nyata

Yogyakarta sudah memiliki pengalaman nyata dari gempa 2006. Berdasarkan data BNPB, lebih dari 150.000 bangunan mengalami kerusakan ringan hingga berat. Banyak bangunan bertingkat gagal secara struktural bukan karena kekuatan gempa ekstrem, tetapi karena kegagalan desain dan konstruksi.

Dalam studi ini, kejadian-kejadian tersebut dijadikan referensi untuk menguji keabsahan simulasi. Hal ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan dalam paper cukup representatif untuk menangkap pola kerusakan nyata di lapangan.

Kelebihan dan Inovasi Studi

✅ Kelebihan:

  • Menggunakan perangkat lunak analisis struktur profesional (SAP2000), yang telah diakui luas dalam dunia teknik sipil.

  • Berbasis data skenario lokal yang sesuai dengan peta gempa Indonesia (SNI 1726-2012).

  • Menyediakan simulasi visualisasi kerusakan, yang penting untuk edukasi dan penyadaran risiko.

❌ Kekurangan:

  • Simulasi terbatas pada satu tipe bangunan (model generik bertingkat sedang) tanpa variasi desain.

  • Tidak mempertimbangkan variabel kondisi tanah lokal (amplifikasi gelombang, jenis pondasi).

  • Belum mengintegrasikan solusi rekayasa struktural (misalnya, penggunaan bracing, damper, base isolator) sebagai skenario perbandingan.

Analisis Tambahan

Dalam praktiknya, banyak bangunan bertingkat di Yogyakarta dibangun tanpa perhitungan gempa memadai, terutama di sektor swasta dan properti komersial. Artikel ini menegaskan bahwa:

  • Desain struktural seringkali menomorduakan faktor gempa, demi efisiensi biaya.

  • Bangunan non-infrastruktur publik, seperti ruko dan kos bertingkat, sering luput dari audit ketahanan struktural.

  • Regulasi teknis, meski tersedia dalam bentuk SNI dan RTRW, masih lemah dalam pengawasan lapangan.

Implikasi Praktis

Penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi:

  • Penyusunan regulasi bangunan yang lebih ketat untuk bangunan bertingkat.

  • Audit struktural bangunan eksisting oleh pemerintah daerah atau asosiasi profesi teknik.

  • Pengembangan simulasi pendidikan untuk masyarakat dan pemilik bangunan sebagai bagian dari edukasi mitigasi bencana.

Rekomendasi Pengembangan

Untuk masa depan, peneliti dan praktisi dapat mempertimbangkan:

  • Pemodelan berdasarkan berbagai konfigurasi struktur dan ketinggian bangunan.

  • Pengaruh kondisi tanah lokal melalui integrasi data geoteknik.

  • Perbandingan struktur eksisting vs struktur tahan gempa agar masyarakat dapat melihat manfaat nyata investasi konstruksi tahan gempa.

Kesimpulan

Studi ini membuka mata akan kerentanan bangunan bertingkat sedang di Yogyakarta terhadap gempa bumi skala menengah. Melalui pendekatan simulasi struktur, kita dapat memahami titik-titik lemah bangunan bahkan sebelum bencana terjadi. Ini adalah langkah strategis dalam upaya mitigasi bencana berbasis data dan rekayasa teknik.

Sumber

Nurhidayatullah, E. F., & Kurniati, D. (2021). Potensi Kerusakan Bangunan Bertingkat Sedang dengan Skenario Gempa ≥5 SR sebagai Upaya Mitigasi Bencana di Yogyakarta. Teras Jurnal, Vol. 11, No. 1.

Selengkapnya
Mitigasi Cerdas Bencana Gempa: Analisis Potensi Kerusakan Bangunan Bertingkat di Yogyakarta
page 1 of 1