Manajemen teknis

Mendeteksi Masalah Berulang dalam Perubahan Rekayasa

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 24 April 2025


Mengapa Perubahan Rekayasa Sulit Dikelola?

Di balik setiap produk yang kita gunakan—mobil, pesawat, bahkan perangkat medis—ada proses panjang desain dan pengembangan yang tak selalu berjalan mulus. Salah satu tantangan terbesar dalam siklus hidup produk adalah engineering change atau perubahan rekayasa, yaitu revisi teknis yang dilakukan setelah desain dianggap final. Perubahan ini seringkali memakan biaya besar, mengganggu jadwal produksi, dan berdampak pada banyak pemangku kepentingan.

Menurut riset Jochem van Mierlo (2023), sekitar 39% dari perubahan ini sebenarnya dapat dihindari jika akar penyebabnya terdeteksi sejak dini. Namun, industri justru cenderung bersikap reaktif—memperbaiki satu masalah per satu—tanpa melihat pola historis yang mengindikasikan masalah berulang.

 

Tujuan Penelitian: Deteksi Dini Masalah Berulang

Tesis ini tidak sekadar mengeluh atas inefisiensi tersebut, melainkan menawarkan sebuah solusi: pengembangan metodologi deteksi masalah berulang sebagai tahap awal dari retrospective root cause analysis (RRCA). RRCA adalah pendekatan analitik yang dilakukan setelah perubahan terjadi, bertujuan menganalisis penyebab mendasar agar kejadian serupa tidak terulang.

Penelitian ini berfokus pada tahap pertama RRCA: identifikasi masalah yang sering muncul, yang menjadi dasar untuk analisis akar penyebab.

 

Pendekatan Metodologis: Dari Wawancara ke Algoritma

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan Design Research Methodology (DRM), mencakup:

  1. Studi literatur sistematis tentang perubahan rekayasa dan RRCA
  2. Wawancara semi-terstruktur dengan para ahli dari Atos (perusahaan konsultan PLM)
  3. Pengembangan metodologi berbasis desain prinsip dari wawancara dan literatur
  4. Evaluasi awal terhadap data perubahan nyata dari industri otomotif dan dirgantara

 

Inti Solusi: Gabungan NLP dan K-Means Clustering

Metodologi yang dikembangkan menggunakan kombinasi antara pemrosesan bahasa alami (NLP) dan teknik klasterisasi berbasis K-means untuk menyaring dan menganalisis laporan masalah dari basis data historis.

Prosesnya meliputi:

  • Pengumpulan data: laporan masalah dan permintaan perubahan
  • Praproses data: lemmatization, pembersihan HTML, penghapusan stop words
  • Clustering: pengelompokan laporan masalah menggunakan cosine similarity dan dimensionality reduction
  • Keyword Extraction: pencarian kata kunci penting melalui dependency parsing
  • Pembuatan wordcloud interaktif: memetakan kata kerja, kata benda, dan adjektiva

Salah satu fitur menarik adalah GUI (Graphical User Interface) yang memungkinkan engineer memilih kombinasi seperti “high friction” atau “short bolts” dan langsung melihat laporan relevan—mempercepat proses investigasi.

 

Studi Kasus: Aplikasi di Perusahaan Otomotif

Penelitian ini mengakses data dari “Company X”, perusahaan manufaktur di sektor otomotif dan aerospace. Data mencakup lebih dari 90 klaster perubahan. Namun, metode K-means menunjukkan hasil yang kurang memuaskan karena:

  • Teks diproses sebagai “bag-of-words” tanpa mempertimbangkan struktur sintaksis
  • Banyak klaster tumpang tindih atau tidak konsisten secara semantik

Sebaliknya, teknik dependency parsing dan keyword pairing terbukti lebih efektif. Misalnya, kombinasi adjektiva “incorrect” dengan noun “position” menghasilkan laporan masalah yang konsisten, memudahkan deteksi pola berulang.

 

Analisis Tambahan: Mengapa Masalah Berulang Terjadi?

Berdasarkan wawancara, para ahli menyatakan:

  • Banyak perusahaan menangani masalah secara ad-hoc, bukan sistemik
  • Pengumpulan data sudah dilakukan, tapi belum ada pendekatan analitik yang terstruktur
  • Deteksi masalah berulang dianggap fundamental, tapi belum tersedia metodologi praktis

Ini menunjukkan adanya kesenjangan serius antara data yang tersedia dan wawasan yang dihasilkan.

 

Kontribusi Nyata bagi Industri

Metodologi yang dikembangkan menawarkan tiga manfaat utama:

  1. Efisiensi waktu dan biaya: Menghindari analisis pada semua laporan dengan fokus pada masalah berulang
  2. Peningkatan kualitas produk: Mengurangi kemungkinan pengulangan kesalahan yang sama
  3. Transfer pengetahuan: Membangun sistem pembelajaran organisasi dari data historis

Penting dicatat, evaluasi oleh manajer teknis menunjukkan bahwa meskipun saat ini hasilnya belum maksimal, potensi metodologi ini besar ketika data lebih lengkap dan proyek masuk tahap produksi.

 

Kritik Konstruktif: Apa yang Masih Kurang?

Meski gagasan dan arsitektur metodologi kuat, ada beberapa catatan penting:

  • Ukuran dataset masih terbatas, sehingga sulit memvalidasi efektivitas secara menyeluruh
  • Tidak ada validasi statistik untuk klasterisasi yang ideal (elbow method, silhouette score gagal memberi angka pasti)
  • Deteksi masih bergantung pada visualisasi dan intuisi manusia, bukan sepenuhnya otomatis

Selain itu, evaluasi hanya dilakukan oleh satu pihak, sehingga belum ada pembuktian lintas industri atau perusahaan.

 

Membandingkan dengan Riset Sebelumnya

Berbeda dari studi-studi terdahulu (Chucholowski et al., 2013; Wickel et al., 2014) yang hanya menyorot pentingnya analisis akar penyebab, van Mierlo menawarkan kerangka kerja yang operasional dan aplikatif. Ia juga memadukan pendekatan kuantitatif (klasterisasi) dan kualitatif (analisis linguistik), menjadikannya lebih holistik.

 

Implikasi untuk Masa Depan: Engineering yang Lebih Proaktif

Dengan meningkatnya kompleksitas produk modern—dari kendaraan otonom hingga sistem produksi berbasis IoT—kebutuhan akan sistem yang mampu belajar dari kesalahan semakin mendesak.

Solusi seperti yang ditawarkan dalam tesis ini dapat diintegrasikan dengan:

  • Digital twin untuk simulasi akar masalah sebelum terjadi
  • Sistem pembelajaran mesin adaptif untuk deteksi anomali berbasis konteks
  • Dasbor visualisasi real-time bagi manajer proyek

 

Kesimpulan: Mengubah Data Historis Menjadi Wawasan Strategis

Penelitian ini membuka jalan baru dalam manajemen perubahan teknis. Ia membuktikan bahwa data historis bukan hanya arsip pasif, tetapi sumber daya berharga untuk inovasi berkelanjutan. Dengan metodologi yang dikembangkan, perusahaan bisa beralih dari pendekatan “memadamkan api” ke strategi “mencegah kebakaran.”

Tesis ini bukan hanya kontribusi akademik, tapi juga blueprint praktis untuk industri manufaktur di era transformasi digital.

 

Sumber

van Mierlo, J. (2023). Detecting Recurring Problems for Retrospective Root Cause Analysis of Engineering Changes. Master Thesis, Eindhoven University of Technology.

Selengkapnya
Mendeteksi Masalah Berulang dalam Perubahan Rekayasa

Manajemen teknis

Solusi Data untuk Inovasi yang Lebih Tangguh

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 23 April 2025


Mengapa Perubahan Rekayasa Sulit Dikelola?

Di balik setiap produk yang kita gunakan—mobil, pesawat, bahkan perangkat medis—ada proses panjang desain dan pengembangan yang tak selalu berjalan mulus. Salah satu tantangan terbesar dalam siklus hidup produk adalah engineering change atau perubahan rekayasa, yaitu revisi teknis yang dilakukan setelah desain dianggap final. Perubahan ini seringkali memakan biaya besar, mengganggu jadwal produksi, dan berdampak pada banyak pemangku kepentingan.

Menurut riset Jochem van Mierlo (2023), sekitar 39% dari perubahan ini sebenarnya dapat dihindari jika akar penyebabnya terdeteksi sejak dini. Namun, industri justru cenderung bersikap reaktif—memperbaiki satu masalah per satu—tanpa melihat pola historis yang mengindikasikan masalah berulang.

 

Tujuan Penelitian: Deteksi Dini Masalah Berulang

Tesis ini tidak sekadar mengeluh atas inefisiensi tersebut, melainkan menawarkan sebuah solusi: pengembangan metodologi deteksi masalah berulang sebagai tahap awal dari retrospective root cause analysis (RRCA). RRCA adalah pendekatan analitik yang dilakukan setelah perubahan terjadi, bertujuan menganalisis penyebab mendasar agar kejadian serupa tidak terulang.

Penelitian ini berfokus pada tahap pertama RRCA: identifikasi masalah yang sering muncul, yang menjadi dasar untuk analisis akar penyebab.

 

Pendekatan Metodologis: Dari Wawancara ke Algoritma

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan Design Research Methodology (DRM), mencakup:

  1. Studi literatur sistematis tentang perubahan rekayasa dan RRCA
  2. Wawancara semi-terstruktur dengan para ahli dari Atos (perusahaan konsultan PLM)
  3. Pengembangan metodologi berbasis desain prinsip dari wawancara dan literatur
  4. Evaluasi awal terhadap data perubahan nyata dari industri otomotif dan dirgantara

 

Inti Solusi: Gabungan NLP dan K-Means Clustering

Metodologi yang dikembangkan menggunakan kombinasi antara pemrosesan bahasa alami (NLP) dan teknik klasterisasi berbasis K-means untuk menyaring dan menganalisis laporan masalah dari basis data historis.

Prosesnya meliputi:

  • Pengumpulan data: laporan masalah dan permintaan perubahan
  • Praproses data: lemmatization, pembersihan HTML, penghapusan stop words
  • Clustering: pengelompokan laporan masalah menggunakan cosine similarity dan dimensionality reduction
  • Keyword Extraction: pencarian kata kunci penting melalui dependency parsing
  • Pembuatan wordcloud interaktif: memetakan kata kerja, kata benda, dan adjektiva

Salah satu fitur menarik adalah GUI (Graphical User Interface) yang memungkinkan engineer memilih kombinasi seperti “high friction” atau “short bolts” dan langsung melihat laporan relevan—mempercepat proses investigasi.

 

Studi Kasus: Aplikasi di Perusahaan Otomotif

Penelitian ini mengakses data dari “Company X”, perusahaan manufaktur di sektor otomotif dan aerospace. Data mencakup lebih dari 90 klaster perubahan. Namun, metode K-means menunjukkan hasil yang kurang memuaskan karena:

  • Teks diproses sebagai “bag-of-words” tanpa mempertimbangkan struktur sintaksis
  • Banyak klaster tumpang tindih atau tidak konsisten secara semantik

Sebaliknya, teknik dependency parsing dan keyword pairing terbukti lebih efektif. Misalnya, kombinasi adjektiva “incorrect” dengan noun “position” menghasilkan laporan masalah yang konsisten, memudahkan deteksi pola berulang.

 

Analisis Tambahan: Mengapa Masalah Berulang Terjadi?

Berdasarkan wawancara, para ahli menyatakan:

  • Banyak perusahaan menangani masalah secara ad-hoc, bukan sistemik
  • Pengumpulan data sudah dilakukan, tapi belum ada pendekatan analitik yang terstruktur
  • Deteksi masalah berulang dianggap fundamental, tapi belum tersedia metodologi praktis

Ini menunjukkan adanya kesenjangan serius antara data yang tersedia dan wawasan yang dihasilkan.

 

Kontribusi Nyata bagi Industri

Metodologi yang dikembangkan menawarkan tiga manfaat utama:

  1. Efisiensi waktu dan biaya: Menghindari analisis pada semua laporan dengan fokus pada masalah berulang
  2. Peningkatan kualitas produk: Mengurangi kemungkinan pengulangan kesalahan yang sama
  3. Transfer pengetahuan: Membangun sistem pembelajaran organisasi dari data historis

Penting dicatat, evaluasi oleh manajer teknis menunjukkan bahwa meskipun saat ini hasilnya belum maksimal, potensi metodologi ini besar ketika data lebih lengkap dan proyek masuk tahap produksi.

 

Kritik Konstruktif: Apa yang Masih Kurang?

Meski gagasan dan arsitektur metodologi kuat, ada beberapa catatan penting:

  • Ukuran dataset masih terbatas, sehingga sulit memvalidasi efektivitas secara menyeluruh
  • Tidak ada validasi statistik untuk klasterisasi yang ideal (elbow method, silhouette score gagal memberi angka pasti)
  • Deteksi masih bergantung pada visualisasi dan intuisi manusia, bukan sepenuhnya otomatis

Selain itu, evaluasi hanya dilakukan oleh satu pihak, sehingga belum ada pembuktian lintas industri atau perusahaan.

 

Membandingkan dengan Riset Sebelumnya

Berbeda dari studi-studi terdahulu (Chucholowski et al., 2013; Wickel et al., 2014) yang hanya menyorot pentingnya analisis akar penyebab, van Mierlo menawarkan kerangka kerja yang operasional dan aplikatif. Ia juga memadukan pendekatan kuantitatif (klasterisasi) dan kualitatif (analisis linguistik), menjadikannya lebih holistik.

 

Implikasi untuk Masa Depan: Engineering yang Lebih Proaktif

Dengan meningkatnya kompleksitas produk modern—dari kendaraan otonom hingga sistem produksi berbasis IoT—kebutuhan akan sistem yang mampu belajar dari kesalahan semakin mendesak.

Solusi seperti yang ditawarkan dalam tesis ini dapat diintegrasikan dengan:

  • Digital twin untuk simulasi akar masalah sebelum terjadi
  • Sistem pembelajaran mesin adaptif untuk deteksi anomali berbasis konteks
  • Dasbor visualisasi real-time bagi manajer proyek

 

Kesimpulan: Mengubah Data Historis Menjadi Wawasan Strategis

Penelitian ini membuka jalan baru dalam manajemen perubahan teknis. Ia membuktikan bahwa data historis bukan hanya arsip pasif, tetapi sumber daya berharga untuk inovasi berkelanjutan. Dengan metodologi yang dikembangkan, perusahaan bisa beralih dari pendekatan “memadamkan api” ke strategi “mencegah kebakaran.”

Tesis ini bukan hanya kontribusi akademik, tapi juga blueprint praktis untuk industri manufaktur di era transformasi digital.

 

Sumber

van Mierlo, J. (2023). Detecting Recurring Problems for Retrospective Root Cause Analysis of Engineering Changes. Master Thesis, Eindhoven University of Technology.

 

Selengkapnya
Solusi Data untuk Inovasi yang Lebih Tangguh
page 1 of 1