Logistik Cerdas dan Pengiriman Last Mile
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 27 Februari 2025
Pendahuluan
Seiring dengan meningkatnya e-commerce, last-mile delivery menjadi tantangan utama dalam rantai pasok karena biaya tinggi dan ketidakpastian penerimaan pelanggan. Laporan industri terbaru menunjukkan bahwa biaya last-mile delivery menyumbang sekitar 20% dari total biaya logistik dan sering kali disubsidi oleh pengecer karena pelanggan enggan membayar biaya pengiriman penuh.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi sikap konsumen terhadap berbagai model pengiriman. Dengan menggunakan metode wawancara kualitatif dengan pakar industri e-food dan eksperimen terkontrol, penelitian ini mengidentifikasi preferensi konsumen serta peran faktor seperti privasi, kenyamanan, dan kualitas layanan dalam adopsi model pengiriman yang lebih efisien.
Tantangan dalam Last-Mile Delivery
1. Biaya Logistik yang Tinggi
2. Risiko Privasi dalam Model Pengiriman Baru
3. Keengganan Pelanggan terhadap Model Otomatisasi
Metode Penelitian
Studi ini menggunakan pendekatan metode campuran, terdiri dari:
Temuan Utama: Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen dalam Last-Mile Delivery
Penelitian ini mengidentifikasi beberapa faktor utama yang berperan dalam preferensi pelanggan terhadap model pengiriman:
1. Preferensi Konsumen terhadap Model Pengiriman yang Berbeda
Berdasarkan eksperimen, model pengiriman dengan interaksi langsung lebih disukai dibandingkan model otomatis.
2. Peran Risiko Privasi dalam Pengambilan Keputusan
3. Kontribusi Kenyamanan terhadap Adopsi Model Baru
Studi Kasus Implementasi Model Pengiriman Inovatif
1. Amazon Key: In-Home Delivery dengan Smart Lock
2. Walmart: In-Fridge Delivery sebagai Model Berbasis Kenyamanan
3. Starship Technologies: Kendaraan Otonom untuk Pengiriman Jarak Pendek
Tantangan dan Rekomendasi untuk Masa Depan Last-Mile Delivery
1. Mengatasi Kekhawatiran Privasi Konsumen
Solusi:
2. Meningkatkan Efisiensi Biaya Pengiriman
Solusi:
3. Meningkatkan Kepercayaan terhadap Pengiriman Otomatis
Solusi:
Kesimpulan
Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana pelanggan memandang berbagai model last-mile delivery. Preferensi terhadap pengiriman langsung masih dominan, tetapi model berbasis kenyamanan seperti in-fridge delivery mulai diterima.
✅ Privasi menjadi faktor utama dalam adopsi model otomatisasi, terutama dalam in-home delivery.
✅ Model berbasis kenyamanan seperti smart box dan in-fridge delivery lebih disukai dibandingkan drone dan kendaraan otonom.
✅ Solusi crowdsourcing logistics dan pickup points dapat membantu menekan biaya pengiriman dan meningkatkan efisiensi rantai pasok.
Dengan memahami preferensi pelanggan dan mengelola risiko yang ada, industri logistik dapat mengembangkan model pengiriman yang lebih efisien, terjangkau, dan dapat diterima oleh pelanggan di masa depan.
Sumber Artikel:
Klink, B. D., & Schweizer, S. (2024). Identifying and testing drivers of consumers’ attitude towards last-mile delivery modes. Electronic Commerce Research.
Logistik Cerdas dan Pengiriman Last Mile
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 27 Februari 2025
Pendahuluan
Perkembangan e-commerce dan urbanisasi telah meningkatkan permintaan akan logistik yang lebih cepat dan efisien. Namun, segmen last-mile delivery tetap menjadi bagian paling tidak efisien dalam rantai pasok, menyumbang hingga 28% dari total biaya pengiriman. Sementara itu, first-mile logistics juga mengalami tantangan karena fragmentasi volume pengambilan barang.
Penelitian ini mengeksplorasi solusi berkelanjutan dalam logistik first-mile dan last-mile, termasuk crowdshipping, parcel lockers, kendaraan listrik, sepeda kargo, dan pusat konsolidasi perkotaan (UCC). Studi ini juga mengidentifikasi manfaat dan hambatan dalam implementasi solusi ini untuk meningkatkan efisiensi logistik dan mengurangi dampak lingkungan.
Tantangan dalam Logistik First-Mile dan Last-Mile
1. Biaya Tinggi dan Ketidakefisienan Operasional
2. Dampak Lingkungan yang Signifikan
3. Ketidakpastian Penerimaan Pelanggan
Solusi Berkelanjutan dalam Logistik First-Mile dan Last-Mile
Studi ini mengidentifikasi beberapa solusi utama untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan dalam logistik perkotaan.
1. Crowdshipping: Mengoptimalkan Kapasitas Transportasi
2. Parcel Lockers: Mengurangi Kegagalan Pengiriman
3. Kendaraan Listrik: Solusi Rendah Emisi untuk Perkotaan
4. Sepeda Kargo: Efisiensi di Pusat Kota
5. Urban Consolidation Centers (UCC): Pengurangan Kepadatan Lalu Lintas
Studi Kasus Implementasi Solusi Berkelanjutan
1. DHL: Penggunaan Kendaraan Listrik dan Sepeda Kargo
2. Amazon: Parcel Lockers dan Opsi Pengiriman Fleksibel
3. Walmart: Pengiriman Langsung ke Kulkas Pelanggan (In-Fridge Delivery)
Tantangan dan Rekomendasi untuk Implementasi
1. Keterbatasan Infrastruktur
2. Kepercayaan Pelanggan terhadap Model Baru
3. Skalabilitas dan Biaya Implementasi
Kesimpulan
Solusi berkelanjutan dalam logistik first-mile dan last-mile memiliki potensi besar untuk mengurangi biaya, meningkatkan efisiensi operasional, dan menekan emisi karbon.
✅ Parcel lockers dan pickup points dapat meningkatkan tingkat keberhasilan pengiriman hingga 98%.
✅ Sepeda kargo dan kendaraan listrik mengurangi emisi CO₂ hingga 75%.
✅ Urban Consolidation Centers mengurangi kepadatan lalu lintas di pusat kota hingga 30%.
Dengan kombinasi strategi ini, perusahaan logistik dapat meningkatkan layanan pelanggan sambil mencapai tujuan keberlanjutan yang lebih luas.
Sumber Artikel: Dupont, M. (2022). Sustainable solutions in first and last mile logistics: potential benefits and barriers. HEC-Ecole de gestion de l'Université de Liège.
Logistik Cerdas dan Pengiriman Last Mile
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 27 Februari 2025
Pendahuluan
Di Nigeria, keterbatasan akses terhadap obat-obatan dan layanan kesehatan menjadi salah satu faktor utama tingginya angka kematian. Last-mile delivery (LMD), atau tahap akhir distribusi, memainkan peran krusial dalam memastikan pasokan medis sampai ke pasien tepat waktu dan dalam kondisi baik. Namun, tantangan logistik yang kompleks sering kali menghambat efisiensi sistem ini.
Penelitian ini menganalisis faktor-faktor utama yang memengaruhi efisiensi last-mile delivery dalam sektor kesehatan, khususnya di Kaduna State Health Supplies Management Agency (KADSHMA) dan fasilitas kesehatan terkait. Lima variabel utama yang diuji dalam studi ini adalah:
Dengan menggunakan metode Partial Least Square Structural Equation Modeling (PLS-SEM), penelitian ini mengevaluasi hubungan antara faktor-faktor tersebut terhadap efisiensi pengiriman di fasilitas kesehatan.
Tantangan dalam Last-Mile Delivery di Sektor Kesehatan
1. Biaya Pengiriman yang Tinggi
2. Keterlambatan dalam Distribusi
3. Kompleksitas dalam Produk Medis
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan data dari KADSHMA dan staf fasilitas kesehatan, dengan total 261 observasi. Metode PLS-SEM digunakan untuk menganalisis hubungan antara faktor-faktor penentu efisiensi LMD.
Temuan Utama: Faktor yang Memengaruhi Efisiensi Last-Mile Delivery
1. Biaya Pengiriman (DC) Positif dan Signifikan
2. Waktu Pengiriman (DT) Berpengaruh Signifikan
3. Mode Pengiriman (MD) Mempengaruhi Efisiensi LMD
4. Teknologi Fasilitas (FT) Meningkatkan Efisiensi
5. Kompleksitas Produk (PM) Berdampak Negatif
Studi Kasus Implementasi Efisiensi LMD di Kaduna
1. Optimalisasi Manajemen Persediaan dan Pengiriman
2. Peningkatan Efisiensi Gudang
Rekomendasi untuk Meningkatkan Efisiensi Last-Mile Delivery
1. Penggunaan Teknologi Digital
✅ Sistem pelacakan berbasis AI dapat meningkatkan efisiensi logistik hingga 30%.
✅ Integrasi data antara fasilitas kesehatan dan pusat distribusi dapat mengurangi kekurangan stok.
2. Pemilihan Mode Transportasi yang Tepat
✅ Motor dan kendaraan kecil lebih efisien untuk daerah perkotaan.
✅ Truk besar lebih sesuai untuk pengiriman dalam jumlah besar ke daerah terpencil.
3. Penyederhanaan Produk dalam Setiap Pengiriman
✅ Mengurangi variasi produk dalam satu pengiriman dapat mengurangi waktu pemrosesan hingga 20%.
Kesimpulan
Penelitian ini mengonfirmasi bahwa efisiensi last-mile delivery sangat dipengaruhi oleh biaya, waktu, mode transportasi, teknologi, dan kompleksitas produk.
✅ Reduksi waktu pengiriman dari 14 hari menjadi 4 hari meningkatkan akses kesehatan di Kaduna.
✅ Akurasi manajemen stok meningkat hingga 98%, menurunkan risiko kedaluwarsa obat dari 5% menjadi 2%.
✅ Penggunaan teknologi pelacakan meningkatkan ketepatan pengiriman hingga 95%.
Peningkatan efisiensi distribusi kesehatan akan menyelamatkan lebih banyak nyawa, terutama di daerah terpencil yang sebelumnya sulit dijangkau.
Sumber Artikel:
Nuraddeen Usman Miko & Usman Abbas (2024). Determinants of efficient last-mile delivery: Evidence from health facilities and Kaduna Health Supplies Management Agency. Journal of Humanitarian Logistics and Supply Chain Management, 14(1), 4-16.
Logistik Cerdas dan Pengiriman Last Mile
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 27 Februari 2025
Pendahuluan
Pesatnya pertumbuhan e-commerce dan urbanisasi meningkatkan urgensi optimasi last-mile delivery (LMD). LMD menyumbang hingga 41% dari total biaya rantai pasok dan menjadi penyebab utama polusi udara akibat tingginya emisi karbon transportasi logistik.
Studi ini membahas strategi optimasi LMD dengan fokus pada keseimbangan efisiensi biaya dan keberlanjutan lingkungan. Data dikumpulkan melalui survei pada 20 manajer rantai pasok, 10 pemilik bisnis e-commerce, 30 pelanggan, serta pakar logistik dan keberlanjutan. Studi kasus di Lagos, Nigeria digunakan untuk menganalisis dampak teknologi dan inovasi operasional dalam LMD.
Tantangan dalam Last-Mile Delivery
1. Biaya Operasional yang Tinggi
2. Dampak Lingkungan
3. Ketidakpastian Penerimaan Konsumen
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan data kuantitatif dari survei pada pemangku kepentingan logistik di Lagos, Nigeria.
Temuan Utama: Faktor yang Memengaruhi Efisiensi Last-Mile Delivery
1. Efisiensi Biaya dalam LMD
2. Teknologi dan Otomatisasi dalam LMD
3. Preferensi Konsumen dan Perubahan Perilaku
Studi Kasus: Implementasi LMD di Lagos, Nigeria
1. Optimalisasi Manajemen Persediaan
2. Efisiensi Gudang dan Pusat Distribusi
3. Pengurangan Emisi Karbon melalui Teknologi Hijau
Strategi Optimasi Last-Mile Delivery
1. Penerapan Teknologi Digital untuk Rute Efisien
✅ AI dan Big Data membantu memprediksi permintaan dan mengoptimalkan rute pengiriman.
✅ Dynamic routing berbasis IoT mampu menekan konsumsi bahan bakar hingga 30%.
2. Penggunaan Transportasi Berkelanjutan
✅ Motor listrik dan sepeda kargo lebih efisien untuk pengiriman di pusat kota.
✅ Truk listrik lebih cocok untuk pengiriman dalam jumlah besar ke daerah pinggiran.
3. Pengembangan Infrastruktur Pengiriman Alternatif
✅ Parcel lockers dan pick-up points meningkatkan efisiensi pengiriman dan mengurangi kegagalan pengiriman pertama.
✅ Micro-hubs di pusat kota memungkinkan konsolidasi pengiriman untuk menekan biaya dan emisi.
4. Insentif untuk Pengiriman Berkelanjutan
✅ Diskon atau cashback bagi pelanggan yang memilih opsi ramah lingkungan.
✅ Kolaborasi dengan pemerintah untuk insentif pajak bagi perusahaan yang mengadopsi teknologi hijau.
Kesimpulan
Studi ini mengungkap bahwa optimasi last-mile delivery membutuhkan keseimbangan antara efisiensi biaya dan keberlanjutan lingkungan.
✅ Parcel lockers dan pickup points meningkatkan tingkat keberhasilan pengiriman hingga 98%.
✅ Sepeda kargo dan kendaraan listrik menurunkan emisi CO₂ hingga 75%.
✅ Micro-hubs di pusat kota dapat mengurangi lalu lintas logistik hingga 30%.
Dengan strategi yang tepat, bisnis e-commerce dan logistik dapat mengurangi biaya operasional, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan menekan dampak lingkungan.
Sumber Artikel:
Segbenu Zosu et al. (2024). Last-Mile Delivery Optimization: Balancing Cost Efficiency and Environmental Sustainability. International Journal of Emerging Trends in Engineering Research, 12(11), 133-166.
Logistik Cerdas dan Pengiriman Last Mile
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 27 Februari 2025
Pendahuluan
Perkembangan e-commerce dan urbanisasi pesat meningkatkan permintaan akan sistem pengiriman yang lebih cepat dan efisien. Last-mile delivery menjadi tahap paling kritis dalam rantai pasok, dengan tantangan utama seperti biaya tinggi, ketidakefisienan operasional, serta dampak lingkungan yang signifikan.
Namun, definisi last-mile delivery masih beragam di berbagai studi akademik. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan tinjauan literatur sistematis terhadap berbagai definisi last-mile delivery, menganalisis penggunaannya dalam konteks logistik, dan mengusulkan 40 model distribusi untuk meningkatkan efisiensi sistem pengiriman barang.
Tantangan dalam Last-Mile Delivery
1. Biaya Tinggi dan Ketidakefisienan
2. Dampak Lingkungan
3. Variasi Definisi dan Model Distribusi
Metode Penelitian dan Analisis Definisi Last-Mile Delivery
1. Tinjauan Literatur Sistematis
Penelitian ini menganalisis 248 artikel akademik yang membahas last-mile delivery dan menemukan bahwa:
2. Analisis Definisi dan Penggunaan Istilah
Setelah menganalisis 21 definisi utama, penelitian ini menyimpulkan bahwa last-mile delivery merujuk pada tahap terakhir transportasi dalam rantai pasok, dimulai dari titik distribusi terakhir hingga barang diterima oleh pelanggan.
Studi ini juga memperkenalkan definisi baru yang lebih luas, mencakup transaksi B2B (business-to-business), B2C (business-to-consumer), dan C2C (consumer-to-consumer) untuk memastikan pemahaman yang lebih komprehensif.
Pengembangan Model Distribusi Last-Mile Delivery
1. Struktur Distribusi dalam Last-Mile Delivery
Berdasarkan analisis, ada tiga titik utama yang menentukan efisiensi pengiriman:
2. Pengembangan 40 Model Distribusi
Studi ini mengembangkan 40 model distribusi unik berdasarkan kombinasi titik-titik pengiriman tersebut. Beberapa model utama meliputi:
Click-and-collect, di mana pelanggan mengambil barang di toko setelah memesan online, menjadi model yang semakin populer untuk mengurangi beban last-mile delivery.
Studi Kasus: Implementasi Model Last-Mile Delivery
1. Walmart: Optimalisasi Click-and-Collect
2. Amazon: Penggunaan Gudang Mikro untuk Efisiensi Pengiriman
3. DHL: Implementasi Micro-Hubs untuk Pengurangan Emisi
Tantangan dan Rekomendasi dalam Implementasi Model Last-Mile Delivery
1. Biaya Operasional yang Tinggi
Solusi:
2. Dampak Lingkungan
Solusi:
3. Ketidakefisienan dalam Model Distribusi
Solusi:
Kesimpulan
Studi ini menyoroti pentingnya standarisasi definisi last-mile delivery dan menawarkan 40 model distribusi untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan logistik.
✅ Tinjauan terhadap 248 artikel mengonfirmasi bahwa "last-mile delivery" adalah istilah yang paling banyak digunakan dalam literatur akademik.
✅ Model distribusi yang mengoptimalkan titik persiapan pesanan, pengiriman akhir, dan penerimaan barang dapat mengurangi biaya hingga 30%.
✅ Penerapan solusi ramah lingkungan seperti kendaraan listrik dan micro-hubs dapat menekan emisi karbon hingga 60%.
Dengan strategi ini, industri logistik dapat mengurangi biaya operasional, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan mengurangi dampak lingkungan dalam jangka panjang.
Sumber Artikel:
Motavallian, J., Rahman, S., & Chan, C. (2024). Last Mile Delivery: A Systematic Literature Review of Definitions and Development of Distribution Network Models. RMIT University, Melbourne.
Logistik Cerdas dan Pengiriman Last Mile
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 27 Februari 2025
Pendahuluan
Dalam industri logistik, tantangan terbesar terletak pada "last-mile delivery" (LMD)—tahap akhir dalam rantai pasok yang menentukan pengalaman pelanggan. LMD menyumbang hingga 41% dari total biaya logistik dan sering kali menjadi faktor utama dalam kepuasan pelanggan.
Penelitian ini membahas strategi pengembangan konsep layanan LMD yang lebih efisien dan berorientasi pada kebutuhan konsumen. Menggunakan studi kasus DHL Express Finland, penelitian ini mengungkap bagaimana perusahaan meningkatkan kualitas layanan, efisiensi operasional, dan kepuasan pelanggan e-commerce.
Tantangan dalam Last-Mile Delivery
1. Ketidakefisienan dalam Proses Pengiriman
2. Perbedaan Persepsi antara Pelanggan dan Perusahaan
3. Tantangan Infrastruktur dan Teknologi
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan service design process dengan metode berikut:
✅ Survei pada 40 pelanggan DHL Express, dengan 23 responden yang memberikan umpan balik mengenai kepuasan layanan.
✅ Wawancara dengan manajer DHL Express Finland mengenai strategi LMD.
✅ Analisis SWOT dan storyboard untuk mengevaluasi kelemahan serta peluang perbaikan.
Hasil Penelitian: Strategi Optimalisasi LMD oleh DHL Express
1. Sistem Notifikasi Real-Time dan Fleksibilitas Waktu Pengiriman
✅ DHL Express menerapkan sistem pemberitahuan otomatis agar pelanggan dapat menjadwalkan ulang pengiriman sesuai waktu yang diinginkan.
✅ Hasilnya, tingkat keberhasilan pengiriman pertama meningkat dari 70% menjadi 82%.
2. Pengembangan Service Points dan Parcel Lockers
✅ DHL meningkatkan jumlah service points sebanyak 15% untuk mempercepat proses pengambilan paket.
✅ Penggunaan parcel lockers memungkinkan pelanggan mengambil paket kapan saja tanpa harus menunggu kurir.
3. Implementasi Kendaraan Listrik untuk Pengiriman Ramah Lingkungan
✅ DHL mengadopsi sepeda kargo dan kendaraan listrik, mengurangi emisi karbon hingga 30% di area perkotaan.
✅ Kombinasi teknologi AI untuk optimasi rute menekan biaya bahan bakar sebesar 20%.
Studi Kasus: Implementasi LMD oleh DHL Express Finland
1. Perubahan dalam Manajemen Operasional
2. Respons Konsumen terhadap Inovasi LMD
Tantangan dan Rekomendasi bagi DHL Express Finland
1. Meningkatkan Efisiensi Waktu Pengiriman
✅ Rekomendasi: Mengembangkan strategi crowdsourced delivery untuk menjangkau pelanggan lebih cepat.
2. Menekan Biaya Operasional Tanpa Mengurangi Kualitas Layanan
✅ Rekomendasi: Mengoptimalkan penggunaan kendaraan listrik untuk area yang lebih luas.
3. Memperluas Infrastruktur LMD
✅ Rekomendasi: Investasi dalam pengembangan micro-hubs di kota-kota besar untuk mempercepat distribusi.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa strategi optimasi LMD yang diterapkan DHL Express Finland mampu meningkatkan kepuasan pelanggan serta menekan biaya operasional.
✅ Keberhasilan pengiriman pertama meningkat dari 70% menjadi 82% berkat sistem notifikasi otomatis.
✅ Penggunaan parcel lockers dan service points mengurangi kegagalan pengiriman hingga 25%.
✅ Implementasi kendaraan listrik mengurangi emisi karbon sebesar 30%.
Melalui inovasi ini, DHL Express Finland berhasil menciptakan sistem LMD yang lebih efisien, fleksibel, dan ramah lingkungan, sekaligus memenuhi ekspektasi pelanggan e-commerce modern.
Sumber Artikel:
Aranko, Jenni. (2013). Developing the Last Mile of a Parcel Delivery Service Concept for Consumers. Laurea University of Applied Sciences, Finland.