ketahanan pangan
Dipublikasikan oleh pada 20 Mei 2025
Pendahuluan
Produksi padi merupakan indikator utama ketahanan pangan nasional, khususnya di Jawa Timur sebagai salah satu lumbung padi nasional. Dalam skripsi berjudul "Elastisitas Produksi Padi di Provinsi Jawa Timur Tahun 2007–2015", Pradityo Fahril Arrahman dari Universitas Muhammadiyah Malang menganalisis bagaimana luas lahan dan tenaga kerja memengaruhi total produksi padi di 29 kabupaten/kota selama sembilan tahun. Studi ini menjadi penting karena fluktuasi produksi padi berdampak langsung pada inflasi pangan, pendapatan petani, serta stabilitas sosial-ekonomi daerah.
Latar Belakang
Selama 2007–2015, produksi padi di Jawa Timur mengalami variasi yang signifikan, meskipun tren nasional menunjukkan kecenderungan naik. Fluktuasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti penyusutan lahan produktif akibat alih fungsi, serta tenaga kerja yang semakin beralih ke sektor non-pertanian. Dalam konteks ini, penelitian ini bertujuan menjawab: seberapa besar pengaruh perubahan luas lahan dan jumlah tenaga kerja terhadap elastisitas produksi padi?
Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan pendekatan regresi data panel. Data bersumber dari BPS Jawa Timur dan mencakup 29 kabupaten/kota selama 9 tahun. Peneliti mengelompokkan data ke dalam tiga strata berdasarkan produktivitas:
Strata Produktivitas Tinggi
Strata Produktivitas Sedang
Strata Produktivitas Rendah
Variabel Penelitian:
Variabel Dependen: Produksi Padi (ton)
Variabel Independen:
Luas Lahan (hektar)
Jumlah Tenaga Kerja Pertanian (orang)
Model yang digunakan meliputi Common Effect, Fixed Effect, dan Random Effect, yang dipilih melalui Uji Chow dan Uji Hausman untuk menentukan model terbaik.
Temuan & Hasil Penelitian
Hasil Regresi Panel
Model Fixed Effect menjadi model terbaik.
Luas lahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi di semua strata.
Tenaga kerja memiliki pengaruh positif, namun hanya signifikan pada beberapa strata, terutama di wilayah produktivitas rendah.
Nilai Elastisitas:
Elastisitas lahan: > 1 (elastis), menunjukkan bahwa penambahan 1% lahan meningkatkan produksi lebih dari 1%.
Elastisitas tenaga kerja: < 1 (tidak elastis), yang berarti peningkatan tenaga kerja memberikan tambahan produksi relatif kecil.
Perbandingan Antar Strata
Di wilayah dengan produktivitas tinggi, tambahan tenaga kerja tidak memberikan peningkatan signifikan.
Di daerah produktif rendah, tenaga kerja masih menjadi faktor penting karena keterbatasan mekanisasi.
Studi Kasus dan Visualisasi Data
Kabupaten Ngawi dan Lamongan memiliki luas lahan terbesar dan menghasilkan produksi padi tertinggi selama periode studi.
Daerah seperti Bangkalan dan Sumenep menunjukkan kontribusi rendah akibat keterbatasan lahan dan tenaga kerja.
Grafik dalam penelitian memperlihatkan korelasi positif antara lahan dan output produksi.
Analisis Tambahan & Nilai Tambah
Implikasi Kebijakan:
Perluasan lahan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi masih menjadi strategi andalan.
Modernisasi pertanian dan mekanisasi perlu didorong, khususnya di daerah produktivitas rendah.
Pelatihan petani dan transfer teknologi dapat meningkatkan efisiensi tenaga kerja.
Kritik terhadap Studi:
Tidak mempertimbangkan faktor lain seperti irigasi, teknologi, dan penggunaan pupuk.
Pendekatan ekonomi mikro seperti Cobb-Douglas bisa dipadukan untuk penguatan metodologi.
Perbandingan Penelitian:
Studi ini sejalan dengan Khakim et al. (2013) dan Wahed (2015) yang menyatakan luas lahan sebagai faktor paling dominan.
Berbeda dengan Gunawan (2017) yang menyebutkan bahwa produktivitas benih dan pupuk justru lebih penting pada konteks modern.
Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa produksi padi di Jawa Timur sangat dipengaruhi oleh luas lahan dan, dalam konteks tertentu, tenaga kerja. Elastisitas produksi menunjukkan bahwa peningkatan produksi lebih responsif terhadap lahan dibanding tenaga kerja. Dengan demikian, kebijakan pertanian yang efektif harus fokus pada perlindungan dan perluasan lahan pertanian, serta peningkatan efisiensi tenaga kerja melalui inovasi teknologi.
Saran
Pemerintah daerah sebaiknya memperketat regulasi konversi lahan pertanian.
Perlu stimulus untuk investasi alat pertanian modern.
Petani perlu didorong untuk menggunakan pendekatan berbasis data dan teknologi.
Sumber
Skripsi Pradityo Fahril Arrahman, Universitas Muhammadiyah Malang, 2019. Judul: "Elastisitas Produksi Padi di Provinsi Jawa Timur Tahun 2007–2015".