Cekungan Bandung

Daya Dukung Air di Cekungan Bandung: Krisis Tersembunyi di Balik Pertumbuhan Kota

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 21 Mei 2025


Pendahuluan: Bandung, Kota yang Dihimpit Kemajuan dan Krisis Air

Bandung bukan sekadar kota kreatif atau surga wisata, melainkan juga medan pertarungan antara pertumbuhan dan keinginan. Dalam makalah “Daya Dukung Sumber Daya Air di Cekungan Bandung” , peneliti dari LIPI, D. Marganingrum, memaparkan dinamika yang mencemaskan: daya dukung udara di wilayah ini kian berkurang seiring meningkatnya tekanan urbanisasi dan kerusakan lingkungan.

Makalah ini menjadi penting karena mengusulkan pendekatan sistem dinamis untuk memahami krisis udara yang kompleks di kawasan Bandung Raya—sebuah pendekatan yang selama ini belum dominan digunakan dalam tata perencanaan

Dampak Nyata di Lapangan: Dari Rumah Tangga Hingga Hulu Sungai

Krisis air bukan hanya wacana teknis di ruang seminar. Di Bandung, dampaknya nyata dan terasa:

1. Air Bersih Tidak Lagi Merata

Wilayah Bandung Timur dan Selatan sering mengalami kekurangan pasokan air bersih, khususnya saat musim kemarau. Warga di perbukitan bahkan bergantung pada tangki air swasta yang mahal dan tidak selalu higienis.

2. Sungai sebagai “Tempat Sampah Cair”

Sungai-sungai utama seperti Cikapundung dan Citarum bagian hulu mengalami penurunan kualitas drastis karena limbah domestik, industri, dan pertanian. Udara permukaan yang seharusnya bisa menopang kebutuhan, kini justru menjadi sumber penyakit.

3. Ketegangan Sosial dan Ketimpangan Ekonomi

Akses terhadap air berkualitas semakin menjadi indikator kelas sosial. Perumahan elite memiliki sumur artesis dan sistem pengolahan, sementara warga pinggiran harus antre jeriken di musim kering. Hal ini menciptakan kesenjangan yang makin leyang makin lebar.

Integrasi ke Kebijakan Nyata: Dari Dokumen ke Aksi

Salah satu tantangan besar yang disampaikan dalam makalah ini adalah kesenjangan antara kajian ilmiah dan kebijakan implementasi . Konsep daya dukung sering diabaikan dalam penyusunan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah), apalagi pada skala lokal (RT/RW).

Langkah Nyata yang Bisa Diambil:

  • Menjadikan analisis daya dukung udara sebagai syarat utama untuk menerbitkan izin pembangunan (apartemen, kawasan industri, dsb).
  • Mengintegrasikan model keluaran sistem dinamis ke dalam dashboard kebijakan Dinas Sumber Daya Udara dan Lingkungan Hidup.
  • Mendorong data terbuka agar masyarakat bisa ikut menyatukan kapasitas udara wilayahnya.

Keterkaitan dengan Agenda Global: SDGs dan Keberlanjutan Perkotaan

Kajian ini sangat relevan dengan target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG 6) yaitu “air bersih dan sanitasi layak untuk semua.” Bandung bisa menjadi model percontohan nasional jika:

  • Daya dukung dijadikan indikator tetap pembangunan.
  • Model sistem dinamis dijalankan secara real-time melalui teknologi pemantauan berbasis satelit dan sensor lapangan (IoT).
  • Pembangunan kota diarahkan ke smart city yang sadar lingkungan.yang sadar lingkungan.

Keberlanjutan Selain itu, makalah ini juga mendukung visi Urban Sustainability ala UN- Hala UN-Habitat yang mensyaratkan keseimbangan antara ekologi, ekonomi, dan sosial.

Pendekatan Partisipatif: Peran Komunitas dan Akademisi

Penulis juga secara implisit membuka peluang kolaborasi lintas pihak. Tanpa partisipasi masyarakat, semua konsep teknokratis akan gagal di lapangan. Beberapa inisiatif komunitas yang dapat mendukung implementasi daya dukung air:

  • Program Biopori dan Sumur Resapan Warga di RW- RWdi RW-RW perkotaan.
  • Kampanye “Satu Rumah Satu Tandon” untuk konservasi hujan.
  • Kolaborasi kampus-sekolah-masyarakat dalam pemantauan kualitas udara lokalsains berbasis ilmu pengetahuan warga.

Tantangan Masa Depan: Iklim, Migrasi, dan Perubahan Gaya Hidup

Daya dukung udara di Bandung bukan hanya ditekan oleh urbanisasi, namun juga oleh perubahan iklim dan migrasi internal .

Tren yang Perlu Diantisipasi:

  • Kenaikan suhu global dapat mengubah pola hujandapat mengubah pola hujan Bandung yang selama ini mendukung pertanian sayuran dataran tinggi.
  • Perluasan wilayah perkotaanperkotaan akan mendorong permakan mendorong organisasi pembohong di bantaran sungai dan kaki gunung, membantu risiko banjir dan polusi.
  • Gaya hidup konsumtif (lebih banyak kolam renang pribadi, penggunaan udara berlebih di sektor perhotelan) menambah beban sistem udara kota.

Tanpa intervensi yang terukur dan sistematis, skenario krisis tidak lagi fiksi, namun kepastian waktu.

Penutup: Saatnya Bandung Menjadi Model Tata Kelola Air Cerdas

Makalah karya D. Marganingrum ini bukan hanya menawarkan wacana, tapi peta jalan ilmiah menuju sistem pengmenuju sistem pengelolaan air yang lebih adil dan berkelanjutan di Cekungan Bandung.

Beberapa simpulan praktis yang perlu diambil:

  • Mulai dari pengukuran yang benar , melalui model sistem dinamis yang dapat memproyeksikan tekanan udara dari berbagai skenario pembangunan.
  • Membantu masyarakat dan dunia akademik dalam penyusunan kebijakan berbasis data.
  • Jadikan daya dukung air sebagai kompas pembangunan , bukan sekadar syarat administratif.

Jika Bandung ingin tetap menjadi kota yang layak huni dalam 20–30 tahun ke depan, maka udara harus dijaga dengan kecermatan ilmiah dan komitmen sosial-politik yang kuat .

Sumber Referensi

2018 Daya Marganingrum, D. (2018). Daya Dukung Sumber Daya Air di Cekungan BandungKonferensi : Ilmu 118( 1), 012026. DOISeri Konferensi IOP: Ilmu Bumi dan Lingkungan, 118(1), 012026.

Selengkapnya
Daya Dukung Air di Cekungan Bandung: Krisis Tersembunyi di Balik Pertumbuhan Kota
page 1 of 1