Arsitektur & Desain Tropis

Cottage Tropis di Bali: Perpaduan Arsitektur Ramah Iklim dan Budaya Lokal

Dipublikasikan oleh Afridha Nu’ma Khoiriyah pada 22 Mei 2025


Mengapa Arsitektur Tropis Penting bagi Pariwisata Bali?

Sebagai magnet pariwisata dunia, Bali telah lama menjadi pusat eksperimen arsitektur tropis yang berupaya menyatukan alam, budaya, dan kenyamanan. Artikel ini mengangkat salah satu implementasi penting dalam konteks tersebut, yaitu perancangan Cottage Panggung di Desa Peliatan, Ubud, Kabupaten Gianyar, yang memadukan kearifan lokal dan prinsip keberlanjutan arsitektur tropis.

Pentingnya proyek ini terletak pada dua hal: pertama, meningkatnya kebutuhan akomodasi ramah lingkungan bagi wisatawan global; dan kedua, kebutuhan untuk mengangkat karakter lokal Bali agar tidak terkikis oleh arsitektur generik. Maka lahirlah konsep cottage panggung tropis—bukan sekadar tempat menginap, tetapi bagian dari pengalaman budaya dan alam Bali itu sendiri.

Konsep Dasar: Sinergi Arsitektur Tropis dan Vernakular Bali

Apa Itu Cottage Panggung?

Cottage panggung adalah akomodasi yang dibangun dengan lantai utama terangkat dari tanah. Gagasan ini merujuk pada bentuk rumah tradisional di Asia Tenggara, yang terbukti adaptif terhadap iklim lembab, risiko banjir, dan kebutuhan ventilasi alami.

Menurut Dennis L. Foster (1997), cottage adalah tempat tinggal kecil yang digunakan untuk berlibur, biasanya di lokasi alami seperti pantai atau hutan. Ketika dikombinasikan dengan bentuk rumah panggung, hasilnya adalah desain yang fungsional, estetis, dan tahan terhadap kondisi tropis ekstrem.

Arsitektur Tropis: Filosofi dan Fungsi

Mengacu pada Lippsmeier (1980), arsitektur tropis bertujuan menciptakan kenyamanan termal dengan memanfaatkan:

  • Ventilasi silang alami

  • Pencahayaan matahari secara efisien

  • Bukaan optimal pada fasad bangunan

  • Material lokal dengan kapasitas termal baik

Dalam proyek ini, pendekatan tropis tidak hanya menjadi solusi teknis, tetapi juga sarana menonjolkan identitas lokal.

Studi Kasus: Desa Peliatan, Ubud – Lokasi Strategis Berbalut Alam

Pemilihan Site dan Potensi

Dari tiga alternatif lokasi, Desa Peliatan dipilih karena suasana alamnya yang masih asri, tenang, dan memiliki akses strategis melalui Jl. Raya Made Lembah. Luas total lahan mencapai 53.419 m², berbatasan dengan hutan dan permukiman, menjadikannya ideal untuk menciptakan suasana retreat alami.

Analisis tapak menunjukkan pentingnya orientasi terhadap:

  • Sinar matahari (barat dan timur intens, memerlukan secondary skin)

  • Sirkulasi kendaraan (akses dari utara)

  • Pandangan luar (view) ke arah jalan utama sebagai daya tarik visual

Zonasi Fungsi dan Mitigasi Kebisingan

  • Zona privat/semi privat ditempatkan di bagian selatan dan timur, area yang lebih tenang.

  • Zona publik seperti kafe, workshop, dan amphitheater diletakkan di sisi utara yang lebih bising.

Struktur dan Material: Simpel, Alami, dan Lokal

Struktur Bangunan

  • Pondasi: Batu kali

  • Struktur utama: Kayu dan bambu (material lokal, ramah lingkungan)

  • Atap: Struktur kayu ringan dengan ventilasi alami

Pendekatan ini memperkuat narasi keberlanjutan dan efisiensi konstruksi di daerah tropis.

Material Dominan

  • Kayu dan bambu untuk interior dan eksterior

  • Kaca lebar untuk pencahayaan alami

  • Batuan lokal pada kolam renang dan kamar mandi

Kombinasi ini menciptakan atmosfer pedesaan yang nyaman sekaligus mewah secara alami.

Program Ruang: Lebih dari Sekadar Menginap

Cottage ini tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari kompleks wisata terpadu dengan fasilitas seperti:

  • Resepsionis

  • Area workshop seni (lukis, patung, anyaman)

  • Sanggar tari, yoga area, fitness center

  • SPA & kafe

  • Amphitheater terbuka

Hal ini menunjukkan bagaimana desain dapat memfasilitasi pengalaman wisata yang holistik, bukan sekadar akomodasi pasif.

Kenyamanan Termal dan Efisiensi Energi

Konsep kenyamanan termal diwujudkan dengan:

  • Bukaan silang untuk sirkulasi udara

  • Ventilasi kisi-kisi kayu di dinding

  • Penggunaan kaca lebar untuk cahaya alami

  • Atap tropis dengan rongga udara

Hasilnya, bangunan dapat mengurangi penggunaan AC dan lampu secara signifikan, berkontribusi pada penghematan energi dan biaya operasional.

Evaluasi Desain: Keseimbangan Fungsi dan Estetika

Transformasi dan Estetika Visual

Desain cottage mengambil inspirasi dari pola linier desa adat Penglipuran, menciptakan keteraturan sekaligus keintiman dalam ruang.

Tampilan akhir menonjolkan:

  • Bukaan besar untuk visual ke luar

  • Interior terbuka berbahan kayu dan bambu

  • Kolam renang batu sebagai elemen transisi antara ruang luar dan dalam

Kritik Konstruktif dan Saran

  • Diperlukan kajian lebih lanjut tentang resiliensi material lokal terhadap kelembaban ekstrem, terutama bambu.

  • Potensi penggunaan panel surya atau biogas belum tergali, padahal bisa menambah nilai keberlanjutan.

  • Desain dapat dieksplorasi lebih lanjut dengan integrasi sistem smart building untuk meningkatkan efisiensi dan kenyamanan.

Dampak Praktis dan Relevansi Industri

1. Pariwisata Berkelanjutan

Desain seperti ini membuka peluang untuk redefinisi akomodasi wisata dari yang konsumtif menjadi edukatif dan partisipatif.

2. Inovasi dalam Hospitality Design

Konsep cottage tropis ini bisa menjadi model adaptasi arsitektur tropis untuk proyek komersial lain: villa, resort, hingga homestay.

3. Penguatan Identitas Lokal

Integrasi nilai-nilai lokal Bali bukan sekadar tempelan estetika, tetapi dikembangkan menjadi fungsi ruang yang hidup.

Kesimpulan: Menuju Arsitektur yang Adaptif dan Kontekstual

Perancangan Cottage Panggung di Bali oleh Baref dkk adalah contoh ideal bagaimana arsitektur bisa bersinergi dengan iklim, budaya, dan fungsi komersial. Dengan pendekatan tropis, bangunan menjadi adaptif terhadap iklim Bali yang lembab dan panas, tanpa mengorbankan kenyamanan. Desain yang memanfaatkan material lokal dan bentuk bangunan tradisional juga memperkuat identitas lokal sekaligus menekan biaya pembangunan dan operasional.

Ini adalah contoh konkret bagaimana arsitektur tropis bukan sekadar estetika tropis, tetapi solusi cerdas dan relevan di tengah krisis iklim dan industri pariwisata yang makin kompetitif.

Sumber 

Baref, A., Wardani, D. E., & Karomah, B. (2021). Perancangan Cottage Panggung di Bali dengan Pendekatan Arsitektur Tropis. Jurnal Arsitektur GRID – Journal of Architecture and Built Environment, Vol. 3 No. 2, 60–68.

Selengkapnya
Cottage Tropis di Bali: Perpaduan Arsitektur Ramah Iklim dan Budaya Lokal
page 1 of 1