Jaga Produktivitas Industri Tekstil, Kemenperin Beri Layanan Berbasis Solusi

Dipublikasikan oleh Admin

11 April 2024, 05.43

Sumber : istockphoto.com

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencari dukungan berupa pelayanan industri melalui Biro Koordinasi Pelayanan Industri (BSKJI). Tindakan spesifik ini menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapi aktor-aktor internasional, terutama selama pemulihan ekonomi.

Dukungan tersebut salah satunya berupa solusi unik bagi industri tekstil dan produk (TPT) dari Balai Besar Tekstil (BBT), unit operasional BSKJI di Bandung. BBT menyediakan Industrial Facilities and Solutions Center (ISSC) yang diperlukan untuk meningkatkan daya saing industri TPT tanah air di kancah internasional.. berbagai wilayah di Indonesia,” ujarnya. Direktur Industri BSKJI Doddy Rahadi berkunjung ke Jakarta pada Kamis (3/2).

Doddy mengatakan pemerintah fokus pada banyak isu dan undang-undang dalam upaya pengembangan industri nasional, antara lain penguatan industri hijau, penerapan Teknologi Industri 4.0 melalui proyek INDI 4.0, dan pengembangan industri yang efisien dalam upaya penerapan industri hijau. . ekonomi . , produk industri Komponen Tingkat Bersertifikat (TKDN), yang bertujuan untuk menggantikan 35% impor pada tahun 2022.

“Untuk mempercepat penyampaian kebijakan dan peraturan perundang-undangan kepada industri TPT, maka: ISSC akan bertindak sebagai clearing house bagi TPT industri dan mendukung self-assessment,” tuturnya.

Berbagai layanan yang diberikan ISSC antara lain informasi mengenai struktur kejahatan, dukungan self-assessment TKDN dan INDI 4.0, informasi standar kualitas produk dan prosedur pengujian sektor tekstil serta pembicaraan mengenai undang-undang industri hijau. .

“Selanjutnya ISSC juga menjadi pusat yang memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi industri TPT selain membantu industri bersiap memenuhi persyaratan yang ditetapkan pemerintah,” tambahnya.

Salah satu permasalahan yang dihadapi industri tekstil adalah permasalahan permintaan energi, khususnya kenaikan biaya energi dasar. Dalam konteks ini, ISSC menawarkan program audit penghematan energi kepada perusahaan sebagai cara untuk mengukur efisiensi energi proses produksi di industri tekstil. Proyek ini menawarkan solusi hemat biaya karena memungkinkan perusahaan menentukan beban energi yang dibawa oleh setiap mesin dan menerima rekomendasi strategi yang efektif. “Ini akan sangat mendukung implementasi inisiatif industri hijau,” kata Doddy.

Selain itu, untuk memperkuat daya saing industri TPT perlu adanya jaminan mutu produksi dan penerapan standar mutu produk berdasarkan SNI. Melalui lembaga sertifikasi produk TEXPA, Pusat Kain memperluas cakupan sertifikasi produk dengan mencakup kain lapis SNI 08-7035-2004, SNI 8914-2020 tekstil – masker berbahan kain.

Selanjutnya SNI 8913-2020 Kain untuk baju bedah, celemek kerja dan pakaian medis, SNI 8443-2017 Kain - Bahan penyerap suara nirgic berbahan baku SNI20285, SNI20285, SNI20285, SNI20285 5 56 - 20 20 Kain- Mussen , SNI 8213-2016 Menjahit Kain. Beberapa SNI tersebut mendukung kebijakan substitusi impor dan industri kriminal di sektor barang konsumsi.

Sementara itu, di sektor UKM, upaya penerapan standar mutu benih tradisional antara lain dilakukan melalui kerja sama dengan BSN dan pemangku kepentingan lainnya. Selain itu, penggunaan SNI didasarkan pada SNI 7617:2013/Amd.1:2014 Tekstil - Persyaratan pewarna azo, kadar formaldehida dan kadar pelarut dalam tekstil, Amandemen 1 untuk menjamin keamanan dan kesehatan produk.

“Dengan penerapan SNI, usaha kecil dan menengah dapat meningkatkan nilai tambah produknya di pasar internasional karena yakin tidak ada bahan berbahaya bagi penggunanya,” kata Doddy.

Disadur dari: kemenperin.go.id