Mengapa Etika Teknik Sangat Krusial?
Dalam dunia teknik yang penuh tekanan waktu, anggaran ketat, dan ekspektasi tinggi, insinyur sering kali dihadapkan pada pilihan sulit. Tugas mereka bukan sekadar menyusun gambar atau merancang jembatan, tapi juga menjamin keselamatan publik, kejujuran profesional, dan integritas moral. Steve Starrett, seorang profesor teknik sipil di Kansas State University, melalui artikel ini mengajak kita melihat lebih dekat berbagai dilema etika yang nyata dan menghantui karier teknik hingga saat ini.
Studi Kasus: Tragedi Skywalk Hyatt Regency, Kansas City (1981)
Kronologi Singkat
Pada 17 Juli 1981, sebuah pesta dansa teh digelar di atrium Hotel Hyatt Regency di Kansas City. Ratusan tamu berdiri di skywalk (jembatan kaca gantung) untuk melihat acara dari atas. Tiba-tiba, skywalk tersebut runtuh. Akibatnya:
- 114 orang tewas
- Lebih dari 200 lainnya terluka
Apa yang Salah?
- Desain awal skywalk diubah oleh produsen baja tanpa evaluasi ulang menyeluruh dari insinyur.
- Gambar desain yang masih bersifat preliminary dianggap final oleh produsen.
- Komunikasi antara tim desain dan vendor sangat buruk.
- Desakan proyek cepat (fast-track project) membuat insinyur menyetujui perubahan tanpa verifikasi memadai.
Pelajaran Utama:
- Dua insinyur kehilangan lisensi mereka.
- Kota Kansas City menerapkan sistem inspeksi dan review proyek yang jauh lebih ketat pasca tragedi.
- Total penyelesaian hukum mencapai sekitar $140 juta.
Prinsip Etika ASCE dan Relevansinya
Menurut Kode Etik ASCE (2006), kanon fundamental pertama adalah:
“Insinyur harus mengutamakan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan publik serta berusaha mematuhi prinsip pembangunan berkelanjutan dalam tugas profesional mereka.”
Pedoman turunannya menyatakan bahwa insinyur hanya boleh menyetujui dokumen desain yang telah ditinjau secara menyeluruh dan dianggap aman. Dalam kasus Hyatt, standar ini dilanggar, menunjukkan bahwa kesalahan etis bisa berakibat sangat fatal, bukan hanya bagi korban tetapi juga karier profesional si insinyur.
6 Pelajaran Kunci dari Dr. Mark Abkowitz tentang Kecelakaan Teknik
Abkowitz, profesor di Vanderbilt University, meneliti penyebab umum kecelakaan besar. Ia menyimpulkan 12 pelajaran penting; berikut yang paling relevan secara etika:
- Kegagalan komunikasi selalu terlibat dalam setiap bencana.
- Perencanaan adalah investasi, bukan beban waktu.
- Faktor finansial sering kali berkontribusi besar dalam bencana buatan manusia.
- Pemotongan prosedur standar adalah penyebab umum kecelakaan.
- Kesalahan desain dan konstruksi menjadi faktor kunci.
- Tidak ada proyek yang sempurna, tapi risiko bisa diminimalkan dengan integritas proses.
Etika Sehari-hari: Praktik Kecil, Imbas Besar
Penulis membagikan pengalaman pribadi saat magang di lembaga negara. Seorang inspektur teknik secara rutin “meminta” peralatan dari kontraktor seperti gergaji listrik atau kabel ekstensi, seolah-olah itu barang bekas. Dalam kenyataannya, semua alat masih bagus, dan praktik ini menjadi semacam barter tak resmi demi “perlakuan baik” dari inspektur. Ini merupakan contoh nyata korupsi kecil (petty corruption), yang bertentangan dengan prinsip ASCE Canon 6:
“Insinyur harus menolak segala bentuk suap, penipuan, dan korupsi dalam aktivitas teknik atau konstruksi.”
Starrett mengaku saat itu belum punya keberanian melapor, karena masih magang. Namun ia menekankan bahwa lingkungan kantor mengetahui hal ini tapi membiarkannya—hal yang juga merupakan pelanggaran etika institusional.
Dilema Etika Nyata di Dunia Teknik
Starrett, sebagai profesor dan saksi ahli di pengadilan, telah mendengar ratusan kisah etika dari kolega insinyur. Berikut beberapa dilema yang sering muncul:
- Tekanan dari atasan atau klien untuk menyederhanakan perhitungan agar proyek lebih murah.
- Ketidaksinkronan gambar rencana dan pelaksanaan, tapi tetap dilanjutkan karena deadline.
- Pemberian ‘bonus proyek’ kepada inspektur agar laporan audit tetap hijau.
Semua contoh ini menunjukkan bahwa dilema etika bukan hal langka. Yang membedakan insinyur hebat dan gagal adalah bagaimana mereka merespons tekanan tersebut.
Refleksi Mahasiswa dan Implikasi Pendidikan
Dalam salah satu kelas etika tekniknya, seorang mahasiswa pascasarjana berkata,
“Saya tidak pernah membayangkan bahwa saya bisa menghadapi dilema etika dalam karier teknik saya. Kelas ini benar-benar membuka mata.”
Hal ini membuktikan bahwa pendidikan teknik di banyak kampus masih terlalu teknis dan minim pendidikan etika. Padahal, keputusan teknis selalu berdampingan dengan pertimbangan moral.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Untuk Insinyur Muda:
- Jangan mengabaikan pelatihan etika, karena akan jadi pedoman saat kamu bimbang.
- Jangan takut bertanya jika ragu, lebih baik lambat tapi selamat.
Untuk Kampus Teknik:
- Integrasikan kasus nyata ke dalam kurikulum.
- Dorong diskusi terbuka tentang dilema etika agar mahasiswa terbiasa berpikir kritis dan reflektif.
Untuk Industri:
- Terapkan budaya whistleblower.
- Sediakan saluran etika yang aman dan rahasia untuk laporan pelanggaran.
Penutup: Teknik adalah Profesi, Bukan Sekadar Pekerjaan
Artikel ini menyampaikan pesan yang sangat kuat: insinyur tidak hanya memegang tanggung jawab teknis, tetapi juga moral. Seiring meningkatnya tekanan proyek dan ekspektasi bisnis, semakin banyak insinyur yang dihadapkan pada pilihan antara efisiensi dan integritas.
Etika bukan aksesoris dalam dunia teknik, tapi fondasi dari semua keputusan yang menyangkut nyawa dan keselamatan publik. Seorang insinyur sejati adalah mereka yang berani berkata “tidak” ketika sebuah keputusan membahayakan banyak orang, tak peduli seberapa kecil risikonya atau besar tekanan yang diterima.
Sumber artikel asli :
Starrett, S. (2013). Engineers Face Ethical Dilemmas. Leadership and Management in Engineering, 13(1), 49–50. American Society of Civil Engineers.