Enterprise Architecture dalam Software Manajemen Konstruksi: Kunci Transformasi Digital Sektor Konstruksi Indonesia

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

25 April 2025, 07.28

freepik.com

Industri konstruksi Indonesia tengah memasuki era transformasi digital seiring dengan tingginya pertumbuhan pasar dan kompleksitas proyek. Berdasarkan laporan Mordor Intelligence (2024), pasar konstruksi Indonesia diprediksi tumbuh dari USD 284 miliar di tahun 2024 menjadi hampir USD 408 miliar di 2029, dengan pertumbuhan tahunan mencapai 7,5%. Lonjakan ini didorong oleh proyek-proyek besar seperti pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), serta investasi infrastruktur dari kerja sama bilateral senilai USD 649 juta. Dalam konteks ini, penggunaan teknologi informasi—terutama software manajemen konstruksi—menjadi sangat krusial.

Artikel karya R. Wahyu Indra Susatyo, Eko Indrajit, dan Erick Dazki dari Universitas Pradita berjudul "Enterprise Architecture in the Construction Management Software using the Business Model Canvas" yang dipublikasikan dalam jurnal Sinkron (Vol. 8, No. 3, 2024) mengulas secara mendalam bagaimana pendekatan Enterprise Architecture (EA), khususnya framework TOGAF dan bahasa pemodelan ArchiMate, dapat menjadi fondasi penting dalam pengembangan dan optimalisasi software manajemen konstruksi berbasis cloud seperti Procore.

Urgensi dan Konteks: Tantangan dalam Manajemen Proyek Konstruksi

Dengan tingginya kompleksitas proyek, keterlibatan banyak pihak, serta tekanan efisiensi dan keberlanjutan, proyek konstruksi saat ini membutuhkan pengelolaan data, proses, dan sumber daya secara terintegrasi. Software manajemen konstruksi seperti Procore®, PlanGrid®, atau Progresi® menawarkan platform untuk kontrol biaya, pelacakan progres, pengelolaan dokumen, serta koordinasi multi-stakeholder. Namun, studi ini menilai bahwa tanpa arsitektur perusahaan yang matang, perangkat lunak ini belum optimal dalam menjawab kebutuhan industri yang terus berkembang.

Tujuan Penelitian dan Metodologi

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif melalui:

  • Studi literatur (untuk mendalami konsep EA, TOGAF, dan BMC).
  • Observasi dan analisis terhadap software Procore®.

Hasilnya kemudian dipetakan ke dalam kerangka TOGAF yang mencakup delapan domain arsitektur, serta diterjemahkan dalam model bisnis menggunakan Business Model Canvas (BMC).

Studi Kasus: Arsitektur Enterprise pada Software Procore®

1. Business Architecture (dengan pendekatan BMC)

  • Value Proposition: Platform terpusat berbasis web dan cloud yang real-time dan terintegrasi.
  • Customer Segments: Kontraktor, manajemen konstruksi, arsitek, pengembang.
  • Customer Relationships: Dukungan 24/7, pelatihan offline dan daring, fitur community.
  • Channels: Website, email, media sosial, konferensi tahunan, rekomendasi pelanggan lama.
  • Key Activities: Interaksi awal, registrasi, penggunaan fitur, dukungan pelanggan.
  • Key Resources: Cloud server, tim developer, support teknis dan manajer akun.
  • Key Partnerships: Mitra teknologi pihak ketiga, konsultan konstruksi.
  • Cost Structure: Riset dan pengembangan, pemasaran, cloud hosting.
  • Revenue Stream: Langganan berbasis volume proyek dan biaya implementasi.

2. Application Architecture

Aplikasi dibagi menjadi lima komponen besar:

  • Management: CRM, HRIS, sistem keuangan, revenue, dan dashboard produk.
  • Suppliers/Partners: Sistem manajemen vendor dan sistem penilaian kinerja rekanan.
  • Core Process: Monitoring server, manajemen akun, sistem komunitas, dan LMS.
  • Back Office: Manajemen SDM internal, sistem tiket, dan manajemen dokumen.
  • Customer: Pre-construction, project execution, workforce & financial management, hingga construction intelligence dan support center.

3. Information Architecture

Terdapat lima klasifikasi database:

  • Management: CRM, billing, revenue.
  • Suppliers: Data vendor dan penilaian rekanan.
  • Support: Sistem komunitas dan tiket.
  • Core Process: Akun pengguna, dokumen proyek, data pembelajaran.
  • Customer: Data tender, progres proyek, HR proyek, dan laporan.

4. Technology Architecture

Dirancang dengan tiga server cloud AWS®:

  • Server 1: Melayani CRM, keuangan, revenue.
  • Server 2: Menjalankan fitur customer (pre-construction hingga intelligence).
  • Server 3: Mendukung pelatihan dan pusat bantuan (support center, LMS, komunitas).

Akses ke server disesuaikan dengan zona pengguna: manajemen dan support melalui VPN, pelanggan dan vendor melalui koneksi internet aman.

Inovasi: Penggunaan ArchiMate sebagai Visualisasi EA

Model enterprise architecture divisualisasikan menggunakan ArchiMate, yang mencakup seluruh alur pengguna: dari login, penggunaan fitur, interaksi dengan support, hingga output layanan. Visualisasi ini memperjelas relasi antar entitas digital dan memetakan dependensi antara proses bisnis dan infrastruktur teknologi. Ini merupakan pendekatan baru yang belum digunakan luas di penelitian sejenis.

Kelebihan dan Nilai Tambah Studi

  1. Pendekatan komprehensif: Menggabungkan TOGAF dan BMC dalam satu kerangka.
  2. Implementatif: Berdasarkan observasi software nyata (Procore) dan disesuaikan dengan konteks Indonesia.
  3. Model reusable: Arsitektur EA yang fleksibel dan adaptif terhadap perubahan teknologi dan proses bisnis.
  4. Kontribusi terhadap Smart Construction: Mendukung prinsip revolusi industri 4.0 dan konstruksi berbasis cloud.

Tantangan Implementasi dan Saran Pengembangan

  • Banyak perusahaan konstruksi kecil-menengah belum memiliki SDM IT yang memahami EA.
  • Perlu ada kolaborasi lintas stakeholder (teknis, manajerial, regulasi) agar arsitektur bisa diadopsi luas.
  • Regulasi pemerintah terkait sistem informasi konstruksi belum cukup mendukung integrasi EA.

Penulis merekomendasikan:

  • Pelatihan dan literasi EA untuk sektor konstruksi.
  • Standardisasi platform manajemen proyek nasional.
  • Integrasi sistem manajemen konstruksi dengan database pemerintah untuk proyek infrastruktur publik.

Kesimpulan

Artikel ini menegaskan bahwa perancangan arsitektur enterprise untuk software manajemen konstruksi merupakan langkah strategis dalam menyongsong era smart construction. Dengan mengintegrasikan TOGAF, BMC, dan ArchiMate, perusahaan konstruksi dapat:

  • Meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas proses manajemen proyek.
  • Memastikan keselarasan antara kebutuhan bisnis dan kapabilitas teknologi.
  • Mendorong transformasi digital yang sistematis dan terukur.

Pendekatan ini tidak hanya relevan untuk Indonesia, tetapi juga dapat dijadikan model bagi negara berkembang lain dengan industri konstruksi yang tengah berkembang pesat.

Sumber Asli

Susatyo, R. W. I., Indrajit, E., & Dazki, E. (2024). Enterprise Architecture in the Construction Management Software using the Business Model Canvas. Sinkron: Jurnal dan Penelitian Teknik Informatika, Vol. 8(3).