Digitalisasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Proyek Konstruksi: Solusi Masa Depan atau Tantangan Budaya?

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza

07 Mei 2025, 10.45

Freepik.com

Pendahuluan

 

Industri konstruksi dikenal sebagai sektor yang penuh risiko. Setiap hari, ribuan pekerja di seluruh dunia berhadapan dengan bahaya mulai dari kecelakaan akibat jatuh, tertimpa material, hingga paparan zat kimia. Di tengah meningkatnya inovasi teknologi seperti sensor pintar, Internet of Things (IoT), BIM (Building Information Modeling), hingga realitas virtual dan augmented reality, muncul harapan baru untuk meminimalkan risiko kerja. Paper bertajuk Perspectives on Implementation of Digital Tools and Technologies within Construction Safety Management oleh Mara Matti dan Md Shan E Jahan mengkaji secara mendalam bagaimana teknologi digital dapat diterapkan untuk meningkatkan keselamatan kerja di lapangan konstruksi, sekaligus memahami hambatan psikologis dan budaya yang menyertainya.

 

Bahaya di Lokasi Konstruksi dan Urgensi Inovasi

 

Berdasarkan data dari Arbetsmiljöverket (2021), rata-rata terdapat 11 kecelakaan kerja per 100 pekerja konstruksi di Swedia setiap tahunnya. Dalam konteks global, industri konstruksi mencatat angka kecelakaan fatal tertinggi, dengan contoh 951 nyawa hilang di Amerika Serikat pada 2021. Kecelakaan umum seperti jatuh dari ketinggian dan tertimpa alat berat menjadi penyebab utama. Fakta ini mempertegas urgensi implementasi sistem keselamatan berbasis teknologi.

 

Solusi Teknologi dan Potensinya dalam Keselamatan Proyek

 

Beberapa teknologi yang disorot dalam penelitian ini meliputi:

  • BIM (Building Information Modeling): Mengantisipasi risiko desain dan mendeteksi potensi bahaya sejak tahap perencanaan.
  • Sensor & IoT: Mendeteksi kondisi berbahaya secara real-time, mengirim peringatan dini kepada pekerja.
  • Smart Helmets & BuildingCloud: Mendeteksi jatuh, memberi notifikasi lokasi pekerja, dan mencegah masuk ke zona berbahaya.
  • Drone & Robot Anjing (AI Robot Dog): Mengakses area sulit dijangkau untuk inspeksi keamanan.
  • Real-time Location System (RTLS): Melacak keberadaan pekerja dan alat berat untuk mencegah kecelakaan.

Salah satu studi kasus menarik adalah implementasi helm pintar dan sistem BuildingCloud yang memungkinkan deteksi jatuh dan respons cepat melalui pelacakan lokasi. Hasilnya, pekerja lebih cepat mendapat pertolongan dan sistem dapat melarang akses ke zona bahaya berdasarkan data.

 

Kendala Implementasi: Biaya, Budaya, dan Psikologi

 

Meski potensi teknologi sangat menjanjikan, penerapannya di lapangan tidaklah mulus. Hambatan yang teridentifikasi antara lain:

  • Biaya investasi awal yang tinggi
  • Kekhawatiran terhadap privasi data pekerja
  • Kurangnya literasi digital di antara tenaga kerja
  • Resistensi terhadap perubahan yang dilandasi budaya kerja konvensional

Studi ini juga menggunakan kerangka Technology Acceptance Model (TAM) untuk menganalisis persepsi pekerja terhadap teknologi. Ditemukan bahwa meskipun banyak yang mengakui manfaatnya, keraguan tetap muncul terutama dalam hal kemudahan penggunaan dan keyakinan bahwa teknologi benar-benar akan dipakai secara konsisten.

 

Temuan Lapangan dan Wawancara: Suara dari Industri

 

Melalui wawancara semi-terstruktur dan observasi lapangan, para peneliti menemukan berbagai pandangan:

  • Pekerja lapangan merasa terbantu dengan pelatihan keselamatan berbasis VR, namun merasa perangkatnya berat dan mengganggu.
  • Manajer proyek menyambut baik penggunaan drone dan sistem lokasi real-time, tetapi mengeluhkan ketergantungan pada konektivitas internet.
  • Desainer dan insinyur mulai menerapkan DfS (Design for Safety) dengan BIM, namun terbatas karena klien lebih fokus pada efisiensi biaya daripada keselamatan.

 

Studi Kasus Swedia: SmartBuiltEnvironment dan Uji Teknologi

 

Dalam program inovasi nasional SmartBuiltEnvironment, beberapa proyek uji coba dilakukan, seperti:

  • Safety & Cranes: Sistem AI yang dipasang di kabin crane untuk mendeteksi orang dan objek di area kerja. Mampu meningkatkan akurasi pengangkatan dan mengurangi risiko tabrakan.
  • SmartHelmet & BuildingCloud: Menyediakan sistem peringatan dan pelacakan berbasis lokasi yang terbukti mengurangi waktu respons kecelakaan.

 

Kritik dan Potensi Pengembangan

 

Studi ini sangat kuat dalam memberikan wawasan kualitatif dari berbagai perspektif: manajer, pelatih keselamatan, teknisi, dan pekerja lapangan. Namun, fokusnya terbatas pada konteks Swedia. Untuk relevansi global, diperlukan studi di negara berkembang dengan tantangan berbeda seperti infrastruktur digital yang belum merata dan ketimpangan akses teknologi.

 

Selain itu, paper ini menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemilik proyek, regulator, dan pengembang teknologi. Diperlukan standardisasi dan regulasi yang mendorong penggunaan teknologi secara aman dan etis, seperti pengelolaan data pekerja, sertifikasi alat, dan integrasi sistem ke dalam perencanaan proyek.

 

Rekomendasi Strategis

 

1. Pendidikan & Pelatihan Digital: Pelatihan keselamatan harus mulai mengintegrasikan simulasi VR dan AR sebagai standar.

2. Inklusi Desain untuk Keselamatan (DfS): Gunakan BIM untuk mengenali risiko sejak tahap perencanaan.

3. Regulasi & Insentif Pemerintah: Pemerintah harus mendorong penggunaan teknologi dengan subsidi, sertifikasi, dan insentif pajak.

4. Standardisasi Teknologi: Kembangkan protokol terbuka untuk integrasi antara teknologi yang berbeda.

5. Kolaborasi Multistakeholder: Proyek harus melibatkan pengguna akhir (pekerja) dalam pengujian teknologi agar sesuai dengan kebutuhan lapangan.

6. Pendekatan Modular: Teknologi yang digunakan perlu dirancang agar modular dan dapat diadopsi secara bertahap oleh perusahaan kecil-menengah.

7. Integrasi dengan Sistem Manajemen K3: Setiap inovasi teknologi harus diintegrasikan dengan sistem K3 perusahaan agar tidak terputus dengan kebijakan organisasi.

 

Kesimpulan

 

Teknologi digital berpotensi besar untuk merevolusi sistem keselamatan kerja di industri konstruksi. Namun, kesuksesan implementasi sangat bergantung pada penerimaan manusia, desain teknologi yang ramah pengguna, dan dukungan struktural dari organisasi serta pemerintah. Studi ini menunjukkan bahwa transformasi digital bukan hanya soal alat, tetapi juga perubahan pola pikir dan budaya kerja.

 

 

Sumber: Matti, M., & Jahan, M.S.E. (2024). Perspectives on Implementation of Digital Tools and Technologies within Construction Safety Management. Royal Institute of Technology (KTH). https://www.diva-portal.org/smash/record.jsf?pid=diva2:1851703