Desain Modul Pembelajaran Interior Gedung Berbasis Aplikasi Perangkat Lunak untuk SMK Resensi Kritis atas Penelitian Illiani Ashari

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

08 Mei 2025, 08.55

freepik.com

Permasalahan utama yang diangkat oleh Illiani adalah minimnya ketersediaan bahan ajar yang spesifik dan menarik untuk mata pelajaran Aplikasi Perangkat Lunak dan Perancangan Interior Gedung di lingkungan SMK. Buku ajar yang tersedia dinilai kurang informatif dan menggunakan bahasa teknis yang sulit dipahami siswa, sehingga berimplikasi pada rendahnya motivasi belajar, pemahaman materi, serta kemandirian siswa dalam proses pembelajaran. Dengan kondisi tersebut, modul pembelajaran menjadi solusi yang tepat karena memungkinkan penyajian materi yang lebih interaktif, visual, dan sesuai kebutuhan siswa vokasional.

Tujuan dan Metode Pengembangan Modul

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan modul pembelajaran yang valid dan praktis dalam mata pelajaran tersebut. Peneliti menggunakan pendekatan Research and Development (R&D) dengan model 4D yang mencakup empat tahap utama, yakni Define, Design, Develop, dan Disseminate. Tahap pertama berfokus pada analisis kurikulum dan karakteristik peserta didik, sedangkan tahap perancangan menyusun format media dan pemilihan materi pembelajaran. Pada tahap pengembangan dilakukan validasi oleh para ahli dan uji coba terbatas kepada siswa. Tahap akhir, yaitu penyebarluasan, dilakukan dalam bentuk distribusi file PDF kepada guru mata pelajaran di sekolah.

Studi Kasus: SMK Negeri 2 Makassar

Sebagai studi kasus, penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Makassar, khususnya pada Jurusan Teknologi Konstruksi dan Properti. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari guru mata pelajaran, dosen ahli materi dan media dari Universitas Negeri Makassar, serta sepuluh siswa kelas XII. Pengambilan data dilakukan melalui penyebaran angket dan kuisioner baik kepada validator maupun siswa, guna memperoleh masukan terhadap rancangan modul yang dikembangkan.

Hasil Validasi dan Respon Pengguna

Modul yang dikembangkan kemudian divalidasi oleh dua ahli materi dan dua ahli media. Hasil validasi oleh ahli materi menunjukkan tingkat kelayakan sebesar 93,8% yang dikategorikan sebagai "sangat layak". Penilaian ini mencakup aspek isi materi, kejelasan tujuan, kesesuaian dengan kompetensi dasar, serta keberagaman soal latihan. Validasi dari ahli media pun memberikan skor yang sangat tinggi, yakni 97,5%, yang mengindikasikan modul sangat layak dari sisi desain visual, kualitas gambar, tata letak, dan penggunaan bahasa yang komunikatif.

Sementara itu, uji coba terbatas yang dilakukan kepada 10 siswa menunjukkan bahwa respon mereka sangat positif. Hasil penilaian terhadap aspek tampilan media memperoleh persentase 92,1% dan aspek kebermanfaatan modul mencapai 92%. Para siswa merasa bahwa modul memudahkan mereka dalam memahami materi, meningkatkan motivasi belajar, serta membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan.

Analisis Proses 4D dan Dampaknya pada Kualitas Modul

Model pengembangan 4D yang digunakan dalam penelitian ini terbukti efektif dalam menghasilkan produk pembelajaran yang berkualitas. Tahap Define memastikan bahwa materi yang disusun selaras dengan kurikulum 2013 yang telah direvisi, serta mempertimbangkan kemampuan dan latar belakang siswa. Tahap Design menghasilkan format modul yang atraktif dan mudah dipahami. Tahap Develop memperlihatkan pentingnya validasi berulang agar kualitas modul dapat ditingkatkan sebelum digunakan secara luas. Terakhir, tahap Disseminate menunjukkan bahwa meski distribusi masih terbatas pada bentuk file PDF, namun potensi untuk pengembangan digital berbasis daring sangat terbuka lebar ke depannya.

Keterbatasan dan Rekomendasi

Meskipun hasil penelitian ini sangat menjanjikan, penulis mengakui adanya keterbatasan pada tahap penyebarluasan modul. Distribusi hanya dilakukan dalam bentuk digital kepada guru di satu sekolah, tanpa melibatkan implementasi skala besar. Penelitian lanjutan direkomendasikan untuk memperluas cakupan penggunaan modul ini di sekolah-sekolah lain serta mengembangkan versi daring yang dapat diakses siswa kapan saja. Selain itu, pengembangan modul lanjutan untuk kompetensi dasar lain yang belum tercakup (yaitu 3.1–3.8 dan 3.19–3.25) juga menjadi agenda penting untuk menyempurnakan cakupan bahan ajar.

Relevansi terhadap Dunia Pendidikan Vokasi

Penelitian ini sangat relevan dalam menjawab tantangan pendidikan vokasi yang menuntut adanya bahan ajar yang aplikatif, visual, dan kontekstual. Modul seperti ini memperkuat posisi siswa sebagai subjek aktif dalam pembelajaran, sekaligus mendorong guru untuk tidak hanya mengandalkan buku paket, tetapi juga mengembangkan media ajar sendiri sesuai kebutuhan kelas. Dengan demikian, pendekatan ini sejalan dengan visi pendidikan abad 21 yang menekankan pentingnya literasi digital, kreativitas, dan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

Komparasi dengan Penelitian Sebelumnya

Jika dibandingkan dengan penelitian serupa, seperti yang dilakukan oleh Reza (2019) dan Siahaan (2017) dalam pengembangan modul AutoCAD dan teknik pengukuran tanah, penelitian Illiani menonjol dalam hal tingkat validitas yang tinggi dan integrasi model pengembangan yang sistematis. Selain itu, dibandingkan dengan modul konvensional yang hanya menekankan pada materi teoritis, modul ini juga memasukkan elemen-elemen visual, latihan soal kontekstual, dan desain grafis yang memudahkan pemahaman siswa.

Simpulan dan Nilai Tambah Penelitian

Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan kontribusi nyata dalam dunia pendidikan teknik dan vokasional, khususnya pada pengembangan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa SMK. Validitas dan kepraktisan modul telah terbukti melalui serangkaian uji coba dan validasi. Dari sisi akademik, penggunaan model 4D menjadi strategi efektif dalam memastikan kualitas produk yang dikembangkan. Dari sisi praktis, modul ini menawarkan solusi atas kelangkaan bahan ajar yang interaktif dan kontekstual di sekolah menengah kejuruan.

Lebih dari itu, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dan inspirasi bagi guru dan lembaga pendidikan lainnya untuk mengembangkan modul sejenis yang relevan dengan kebutuhan siswa. Ke depannya, pengembangan ke arah digitalisasi dan integrasi dengan Learning Management System (LMS) seperti Google Classroom atau Moodle akan menjadi langkah strategis dalam memperluas jangkauan dan efektivitas modul ini di era pendidikan berbasis teknologi.

Sumber artikel asli:
Illiani Ashari. (2023). Desain Modul Pembelajaran Mata Pelajaran Aplikasi Perangkat Lunak dan Perancangan Interior Gedung Kelas XII di SMK. Skripsi. Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Makassar.